WAR ZONE

2.3K 421 51
                                    

Siang hingga sore hari, Fiza sibuk di gudang untuk stop opname pakaian second. Lily bercerita, banyak artis-artis yang mampir ke distro untuk menjual barang second. Fiza hanya mendengarkan.

Sudah hampir sepekan Fiza magang dan kalau hasil kerjanya bagus, dia bisa mulai bekerja besok.

Sebenarnya barang di toko, tidak murni barang second. Seperti pakaian yang pernah diberikan Mas Ammar, banyak pakaian bermerk yang masih baru dan bersegel dalam plastik.

Selain pakaian, masih ada sejumlah barang lain yang dijual di toko. Seperti jam tangan, tas wanita, sepatu, juga cindera mata branded dari luar negeri.

Fiza memberi saran pada Lily, untuk membuat pojok khusus pernak-pernik etnik Indonesia. Karena pastinya suvenir khas tanah air banyak yang menarik dan unik. Seperti hiasan mini berupa andong dan angklung yang bisa dibawa pulang.

Kata Lily, nanti dia mau bicarakan sama Abangnya dulu. Karena Abangnya sejak awal ingin semua barangnya bernuansa import.

Ketika Fiza hendak pamit, toko sudah sepi. Mungkin karena baru opening satu minggu ini. Tepat ketika dia mulai magang. Karena masih masa uji coba, Fiza hanya datang jam 1 siang sampai jam 5 sore.

Terdengar tawa renyah di ruang tengah yang berisi sofa dan meja kecil. Sepertinya Lily benar. Tamu Bang Akbar, penampilannya seperti artis. Meski mungkin bukan artis betulan.

"Jadi gini Bar, gue belum cerita kan tentang malam pertama gue."

Terdengar suara seorang laki-laki.

Astaghfirulloh, pembicaraan macam apa ini.

Fiza buru-buru mengikat tali sepatu dan bersiap pulang. Dia baru keluar dari gudang. Karena gudang bersebelahan dengan ruang khusus yang dijadikan mushola, ada lantai kayu sebagai batas suci. Dimana mereka wajib melepas sepatu.

"Jadi gini Bar. Gue kenalan sama Arin dua tahun lalu. Terus kita LDR-an. Pas gue balik lagi ke Indo, Arin baru habis putus dari pacarnya. Gue juga sama. Gimana kejadiannya gue lupa. Kita ketemu di klub dan akhirnya terjadilah malam pertama itu."

Fiza menutup bibir, mendengarnya.

"Maksud Lu, ngelakuin hubungan suami istri sebelum kalian nikah?"

"Ya gimana lagi Bar. Namanya juga melepas rindu setelah lama nggak ketemu. Tapi habis itu gue tanggung jawab kok. Buktinya gue nikahin dia enam bulan kemudian. Yang jelas gue nggak salah pilih. Arin seksi banget luar dalam. Di kamar juga dia juga hot. Beda banget sama cewek-cewek gue sebelumnya ..."

Brak...

Fiza tanpa sengaja berdiri dan menyenggol manekin sampai jatuh.

Terlihatlah wajah Fiza dengan jelas dan keinginan gadis itu untuk pamit jadi terhalang. Apalagi setelah Bang Akbar, kakak Lily memanggilnya.

"Fiz, kesini. Ini teman Abang. Ini Fiza, teman adik gue."

"Aku mau pamit pulang dulu Bang."

Fiza masih berdiri mematung.

"Ya ampun, ngapain buru-buru. Sini dong. Ini Deni, teman Abang yang baru selesai kuliah di Amerika. Dia teman SMA Abang."

Dengan berat hati Fiza mendekat dan dia melihat teman Bang Akbar itu memindainya dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Postur kamu mirip banget sama istri gue. Mungil. Kenalin, gue Deni."

Demi apa, rasanya Fiza ingin menabok mulut lelaki itu. Apalagi pandangan mata Deni menatapnya, tidak sopan.

"Deni baru nikah sebulan lalu, Fiz. Pengantin baru. Lagi hot-hotnya."

Deni tertawa mendengar ucapan Akbar.

SEPUCUK SURAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang