*Fiza Pov*
Aku mengucapkan salam dan membuka pintu ruang tamu yang terbuka separuh.
Tante dan adik bungsuku, Fauziah sudah mengambil wudhu dan bersiap sholat berjama'ah di rumah.
"Dek, tungguin Mbak ya. Mbak mandi sebentar."
"Jangan lama-lama Mbak. Zia takut keburu buang angin."
Aku tersenyum. Zia memang mudah masuk angin. Dia hobi memakai minyak kayu putih untuk membaluri perutnya, terutama setelah mandi.
"Oke Dek."
Kuambil pakaian ganti di kamar dan handuk di dekat kamar mandi. Secepat kilat aku membersihkan diri karena takut Zia ngambek.
Selesai sholat Maghrib, kami berdo'a bersama dan tadarus Qur'an. Zia berulang kali menguap sambil mengucek mata. Akhirnya kami selesai mengaji, bertepatan dengan suara Fathan yang terdengar di luar.
"Assalaamu'alaikum. Zi, tunggu di luar dulu ya. Aku kasih tahu kalau kamu mau masuk ke dalam. Kakakku sama adikku takutnya belum pada pakai hijab."
Sepertinya Fathan tahu aku sudah pulang, dari sepatu yang kusimpan di rak depan.
"Aku pulang aja Fath. Tolong pamitin ke Tante Anita ya. Mmm... Kalau hari Ahad kita jadi berangkat, kabari aku ya Fath. Biar aku bisa pinjam mobil yang lebih besar."
"Oke. Sebentar."
Fathan masuk dan mengatakan ke Tante kalau Ziyad hendak pulang.
"Mbak, ada Ziyad diluar."
Jujur aku tidak enak bertemu Ziyad. Kami tidak ada hubungan apa-apa meski dia pernah mengatakan menyukai aku. Mungkin dia hanya menghormati sosokku sebagai seorang kakak. Tapi katanya usia Ziyad lebih tua dari aku.
Tidak lama terdengar suara motor Ziyad pergi.
"Mbak Fiza, Kak Ziyad mau ajak kita hari Ahad pekan depan, jalan-jalan ke Dunia Fantasi. Sudah lama banget nggak kesana. Zia masih inget pas SD pergi sama Ayah dan Ibu."
Wajah Zia adikku terlihat bahagia, hanya dengan mendengar kata-kata "Dunia Fantasi".
Aku mengelus puncak kepala Zia dengan lembut.
"Maafin Mbak ya, nggak pernah ajak kalian jalan-jalan ke taman rekreasi."
Zia yang masih melipat mukena, memelukku erat.
"Mbak Fiza, gimana, bisa kan? Soalnya Tante nggak bisa ikut. Tante ada pesanan makanan untuk arisan RT."
Fathan ikut duduk di atas karpet.
"Iya Mbak, Tante absen dulu ya. Soalnya Bu RT sudah pesan dari dua minggu lalu."
Aku jadi serba salah.
"Dalam rangka apa Ziyad mengajak kita jalan-jalan?"
"Ziyad syukuran naik jabatan Mbak. Dia sekarang jadi manager di bengkel mobil tempat dia kerja. Hebat kan Mbak, dari montir bisa jadi manager."
Iya hebat. Usianya masih muda, sekolah sambil kerja. Tapi mengapa aku merasa tidak pantas menerima tawaran rekreasi dari Ziyad. Apa karena aku tahu dia menyukaiku.
Ah, jangan kepedean, Fiz. Ziyad hanya bercanda dan sekedar membuat hatimu berbunga meski sesaat.
"Mbak boleh ya pergi? Kita pergi sama-sama. Zia sudah nggak sabar mau ke istana boneka, naik bianglala, kora-kora, niagara-gara, arung jeram."
Aku tersenyum mendengar Zia hafal hampir semua nama wahana di sana. Sewaktu kami kecil, Ayah dan Ibu memang setahun sekali mengajak kami rekreasi. Kadang tahun ini kami bisa pergi ke Dufan dan Ancol. Tahun depan mungkin kami ke Taman Mini dan kebun binatang Ragunan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPUCUK SURAT CINTA
Romance"Yang namanya Fiza Lathifa itu artinya angin yang menyejukkan, lemah lembut. Kamu justru kebalikannya. Kayak angin ribut." -Ammar- "Yang namanya Ammar itu juga laki-laki yang kuat imannya. Lah kamu lemah iman kayak begitu." -Fiza- "Aku akan belajar...