LELAKI BAIK

2.2K 415 31
                                    

*Fiza Pov*

Ditolak lagi. Ini sekolah kelima yang aku datangi. Rata-rata sudah memiliki catering yang kerap menang tender di tahun sebelumnya. Sebagian meminta sertifikat halal dari MUI. Satu hal yang memang belum dimiliki oleh catering Tante. Saat ini usaha Tante Anita baru memiliki sertifikat laik sehat (hygiene) sanitasi jasaboga dari Dinas Kesehatan kota.

Untuk mengurus sertifikat itu pun, beberapa persyaratan telah kami penuhi. Mulai dari surat keterangan sehat dari Puskesmas, denah lokasi jasaboga, denah bangunan, surat izin tetangga, ijazah tenaga yang memiliki pengetahuan kesehatan dan rekomendasi dari APJI (Asosiasi Perusahaan Jasaboga Indonesia).

Tante Anita adalah lulusan SMK jurusan tataboga dan telah mengikuti kursus mengenai hygiene sanitasi makanan. Untuk rekomendasi dari APJI, aku harus banyak berterima kasih kepada Mas Arshaka. Karena Mas Arsha setahun lalu banyak membantu mengurus, sampai akhirnya sertifikat laik sehat keluar.

Beberapa perusahaan dan sekolah yang aku datangi, ternyata meminta sertifikat keterangan halal. Mas Ammar pernah juga menanyakan. Meski pernah mengakui dulunya mencicipi minuman keras dua tahun  lalu, tapi setelah itu Mas Ammar berhenti. Ia pun selalu ingat pesan orang tuanya, untuk selalu memilih makanan yang halal. Walaupun berada di negeri orang.

Jujur, aku merasa bersalah ke Tante. Karena aku belum bersungguh-sungguh mengurus sertifikat halal. Baru sampai tahap mengumpulkan dokumen untuk persyaratan. Akhirnya, kesekian kalinya aku berusaha, tetap belum membuahkan hasil. Setelah kembali ditolak, aku melangkah keluar gerbang sekolah dengan wajah kusut.

"Assalaamu'alaikum Fiza."

Aku dikejutkan oleh wajah seseorang yang sudah turun dan berdiri di samping Yaris merah.

"Fathan nggak bisa jemput?"

Ziyad tersenyum cerah, seperti biasa. Setiap melihat wajahku yang lelah dan kadang cemberut, Ziyad justru tetap ceria. Katanya, kalau ia tetap tersenyum, akan menular ke aku yang kadang suka moody.

"Fathan mengantar temannya ke rumah sakit. Disa takut Kakaknya ngamuk."

Disa? Siapa itu?

"Disa siapa?"

Ziyad membukakan pintu belakang karena tahu aku tidak mau duduk di sebelahnya. Apalagi kali ini kami pergi berdua.

"Ooh, biar Fathan nanti yang cerita tentang Disa. Dia calon adik ipar kamu." Ziyad tersenyum simpul.

Aku meneguk ludah, pahit.

Calon adik ipar?

"Tapi tenang aja Fiz. Fathan akan menikah setelah kita duluan yang menikah.

Pintu mobil ditutup dan Ziyad mulai menyetir perlahan.

"Siapa yang mau nikah sama kamu Zi? Kamu tuh aneh. Kita baru aja kenal, tapi udah ngajakin nikah."

Ziyad melirik dari kaca spion.

"Tiga tahun Fiz, aku kenal Fathan dan sering main ke rumah kamu. Kamu aja yang cuek dan sering menganggap aku nggak ada. Jadi kamu nggak akan menolak lamaran aku kan?"

Kali ini nada bicara Ziyad berubah serius.

"Aku bisa carikan calon istri buat kamu, Zi. Yang lebih dari aku."

"Oke, carikan aku yang sama kayak kamu dan namanya Fiza Lathifa dan punya adik bernama Fathan dan Fauziah."

Seketika aku menganga. Sudahlah aku jadi pusing. Aku memilih untuk tidur saja. Melihat tingkahku yang memejamkan mata, sepertinya aku mendengar suara tawa di depan.

SEPUCUK SURAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang