Suasana kantor Deniswara Harijati Digital Printing seperti biasa terlihat sibuk. Hampir semua karyawan duduk di depan kubikel masing-masing dengan layar komputer di depannya.
Namun tidak ada yang tahu apa yang sedang terjadi di gedung lantai 7. Tempat owner perusahaan itu sedang mengamuk ke salah satu kolega bisnis yang juga merupakan teman akrabnya sejak bangku kuliah.
"Den, gue nggak bisa ngelakuin ini. Anita mantan istri gue. Gue nggak tega hancurin bisnis catering dia. Itu sumber penghasilan dia buat biayain hidup dan biayai keponakan-keponakannya."
Lelaki bernama Prayoga itu terduduk lemas. Bagaimana mungkin hanya karena dendam dengan Fiza, Deni sampai hati memintanya menghancurkan bisnis Anita, mantan istrinya.
"Terus, Lu mau gue blow up kebusukan Lu tiga tahun lalu? Makan uang santunan anak yatim yang merupakan keponakan Lu sendiri, demi biaya perceraian dan biaya resepsi pernikahan dengan Aruna?"
Yoga hanya menunduk. Jujur ia telah lama menyesali perbuatannya. Tapi ia juga butuh waktu untuk mengembalikan kembali uang santunan yang ia 'pinjam'.
"Waktu itu gue nggak ada pilihan, Den. Gue cinta Aruna karena dari dia, gue akhirnya bisa punya anak."
Deni tertawa hambar.
"Dan Lu yakin anak Aruna pasti anak biologis Lu?"
Yoga mengepalkan tangannya kuat-kuat.
"Diam Den!!. Tolong hargai pertemanan kita. Gue nggak suka cara Lu ngancam bongkar rahasia masa lalu gue. Gue sendiri nggak peduli apa anak Aruna itu anak gue apa bukan. Yang jelas si kembar lahir pas gue sudah jadi suami Runa."
Deni bersiul mengejek.
"Oke kalau Lu memang nggak bisa diajak kerja sama. Jangan salahkan gue, kalau tahun ini gue cabut investasi di perusahaan Lu."
Lelaki yang menjadi lawan bicara Deni menggeram.
"Terserah Lu. Yang jelas, gue nggak bisa dan nggak akan menyakiti hati Anita lagi."
"Lemah Lu Ga, sana keluar."
Prayoga pergi setelah Deni mengusirnya. Lelaki itu turun lift sambil masih menggerutu kesal.
Ya Tuhan, tidak bisakah ia mencegah sikap Deni? Ia tahu Deni tadi berulang kali membicarakan nama Fiza, keponakan Anita yang membuat sahabatnya kesal. Tapi tidak dengan cara membuat catering milik mantan istrinya hancur.
Yoga masih setia mengikuti bisnis milik Anita. Di dasar hatinya, tersimpan rasa bersalah karena ia yang dulu mulai berselingkuh ketika masih menjadi suami Anita. Deni yang mengenalkan dengan Aruna, sekertarisnya.
Sejak itu, diam-diam ia sering check in ke hotel dan mengatakan ke istrinya kalau ada tugas di luar kota. Sampai akhirnya Aruna mengatakan dirinya hamil dan meminta Yoga menceraikan istri pertamanya. Karena Runa tidak mau dimadu.
Aruna terlihat molek dan lebih cantik dari pada Anita yang kurang pandai merawat diri. Sekarang ia tahu, biaya yang dihabiskan per bulan untuk pergi ke salon dan membeli make-up untuk Aruna, ternyata memang merogoh kocek yang tidak sedikit. Dan mungkin dulu ia yang tidak pernah memberikan uang lebih ke Anita, untuk sekedar ke salon atau membeli kosmetik.
Lift lantai dasar membuka. Yoga menelepon supir pribadinya untuk merapat ke lobi. Mercedes benz S-Class hitam bergerak menjemput Yoga.
"Pak, tolong mampir ke perumahan Mutiara Asri."
"Baik Pak."
Ketika hati Yoga gelisah, entah kenapa ia selalu pergi ke rumahnya yang dulu. Ia memang sengaja memberikan rumah untuk mantan istrinya, karena disanalah ia menyimpan kenangan indah bersama Anita. Saat mereka menikah, Anita mau menerima dan berjuang bersama dengannya, dari titik nadir.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPUCUK SURAT CINTA
Romance"Yang namanya Fiza Lathifa itu artinya angin yang menyejukkan, lemah lembut. Kamu justru kebalikannya. Kayak angin ribut." -Ammar- "Yang namanya Ammar itu juga laki-laki yang kuat imannya. Lah kamu lemah iman kayak begitu." -Fiza- "Aku akan belajar...