chapter 10

8.2K 701 42
                                    

"Gua disuruh pulang," ucap Reyhan pada Orio.

"Gak kerumah gua lagi?" tanya Orio. Reyhan menggelengkan kepalanya.

"Gak ah gua ngerepotin keluarga lo, lagian gua udah diteror mamah buat pulang,"katanya.

"Yaudah, gua an-

"Bokap gua udah didepan, gua duluan," potong Reyhan yang langsung berlari meninggalkan Orio yang malah cengo.

"Main ninggalin aja tuh bangke," gerutu Orio.

Reyhan membuka pintu mobil berwarna hitam, yang diyakininya bahwa ini adalah mobil sang ayah. Walau masih ada cemas takut kena amukan tapi Reyhan berusaha kalem.

"Udah bubaran?" tanya Rian yang ternyata stay dibangku kemudi.

Reyhan mengangguk pelan, sial Reyhan nampak canggung didepan bokapnya sendiri.

Reyhan mendudukan dirinya dibangku samping Ayah, Rian segera menghidupkan mobilnya.

"Kenapa semalem gak pulang?" tanya Rian.

"Nginep-

"Alasannya?" potong Rian.

"Kemarin pulang sore banget, motor Orio mau dipake Abangnya. Jadi aku ikut dia pulang kerumahnya."

"Kenapa gak nganterin kamu pulang dulu?" tanya Rian.

"Harus putar balik kalau nganterin aku pulang dulu, kan motornya mau dipake Abangnya," jawab Reyhan sesimple mungkin.

"Kenapa malemnya gak pulang? Dan gak minta jemput ayah atau supir," tanya Rian mengintrogasi.

"Ujan, ketiduran juga," balasnya.

Rian mengangguk."Alasan kamu Ayah terima. Jangan sekali-kali menghindar jika ada masalah dirumah," Sindir Rian.

Reyhan diam, memang benar, sekian persen Reyhan menghindar, yang tadi hanya sekian persen alesan yang pas dijadikan alesan.

"Sikap kamu jangan terlalu condong dengan kakakmu, jangan suka kabur-kaburan," lanjut Rian.

Tentu saja, Reyhan paham siapa kakaknya yang sedang Rian bicarakan. Tentu saja Kakaknya yang sudah berpulang ini, lagian cuma Gibran yang sering kabur-kaburan.

"Jika ada masalah, kita selesaikan. Bukan menghindar apalagi sampe kabur-kaburan."

"Rey gak kabur," lirihnya.

"Tapi menghindar kan?" tanya Rian.

Reyhan terdiam."diam berarti ia, tadi cuma alasan kan?" tanya Rian.

"Yaudah sih," acuhnya.

"Ayah bersikap seperti itu bukan berarti ayah galak sama kamu, Ayah cuma gak mau anak Ayah jam 9 malem masih ada dirumah, apalagi udah tengah malem banget," jelas Rian sudah mulai memggunakan nada santai.

"Aku kan cowok, bukan gadis."

"Mau melawan orang tua? Gak takut kena azab?"

"Kebanyakan nonton tv," celetuk Reyhan seenaknya.

"Reyhan Ayah lagi serius!" tekan Rian.

Anaknya yang satu ini memang bar-bar. Diseriusin malah becandain, dibecandain malah keenakan. Gak tau tuh sifat bar-barnya dari mana.

"Yaudah sih," sebalnya.

"Usia kamu berapa tahun rey?" tanya Rian seolah tidak tau.

"16," singkatnya.

"Umur 16 tahun emang harus ya main malam pulang malam?" tanya Rian.

"Ha-

"Otak kamu emang harus dibersihin," ketus Rian.

REYHAN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang