Reyhan baru saja menyelesaikan ritual mandinya, ia terkekeh melihat Cio yang sedang terfokus pada layar televisi, bahkan Reyhan heran dulu mengapa Cio bisa menyalakan televisi yang berada dirumahnya.
"Heh siapa yang nyalain tvnya?" tanya Reyhan sembari memangku Cio dan mendudukan dipangkuannya.
"Io," balas Cio dengan lucunya. Bahkan Reyhan mengecupi seluruh muka adiknya yang sangat mendomina dengan wajahnya waktu kecil dahulu.
"Pinter ya udah bisa nyalain."
"Yo dwong."
"Gemesin banget sih yo." Reyhan tak berhenti mengecupi pipi Cio.
"Tatittt," pekik Cio memukul Reyhan dengan tenaga bayinya.
Reyhan mengecek suhu tubuh adiknya, yang ia takutnya adiknya masih sakit dan butuh perawatan untuk memulihkan kondisinya.
"Cepet banget sembuhnya." Cio mengangguk kayak mengerti.
"Bagus, jadi gak buat mamah khawatir terus."
Reyhan mengamati lekat wajah Cio yang masih fokus pada kartun ditelevisi.
"Kalau udah besar, jangan nakal. Jangan kayak kakak lu ini ya Yo, jangan buat Ayah sama Mamah pusing," tutur Reyhan.
"Kakak lo ini percaya sama lo, lo pasti bisa jadi kebanggaan semuanya," ujar Reyhan dengan diakhiri senyuman.
"Tata mong apa?" tanya Cio tak mengerti.
Reyhan menggelengkan kepalanya,sangat bodoh berbicara hal serius pada anak bocil seperti Giogirno ini.
"Gak akan ngerti. Biar ngerti cepet gede makanya."
Reyhan besandar disopa, dengan Cio yang masih berada dipangkuannya,terlihat bocah itu sedang menahan kantuk.
"Katanya mau main?" cibir Reyhan.
"Nantuk." Cio membalikan badannya dan memeluk Reyhan, Cio menyandarkan kepalanya kedada bidang Reyhan.
"Ia tidur." Reyhan membantu agar Cio nyaman.
Setelah dipastiakan Cio terlelap, Reyhan membawa Cio dengan pelan kekasurnya.
Raya membuka pelan kamar sibujangnya itu, Raya tau kedua anaknya pasti tertidur dirasa sudah tidak ada suara recok.
Raya tersenyum, melihat Reyhan dan Cio saling memeluk.
Setelah membiarkan kedua anaknya tertidur, Raya pergi dan melanjutkan pekerjaan yang sempat ia tunda.
2 jam berlalu, Reyhan terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara adzan magrib.
"Astagfirulloh." kaget Reyhan. Ia tidur lumayan lama, Reyhan menoleh pada adiknya yang juga ada tanda tanda akan bangun.
"Hiks.."
"Kenapa nangis anak nakal??" tanya Reyhan memangku Cio dan menenangkannya hingga Cio tenang.
"Cuci muka ayo. Cio harus belajar sholat," ajak Reyhan.
"Colat?" Heran Cio.
"Ia sholat, kewajiban ayo." Cio mengangguk saja toh ia juga masih digendong Reyhan. Dan Cio mana ngerti akan sholat, namanya juga bayi yang baru berusia berapa tau, hampir 2 taun sih.
Setelah berwudhu.
"Cio turutin gerakan Kaka Rey ya," ujar Reyhan dengan sopan.
"Timana?" tanyanya.
"Belakang Rey."
"Ya tudah."
Setelah menunaikan sholat, Reyhan mandi. Cio bahkan tak beranjak dari kamar Reyhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYHAN || END
Teen FictionBook 3 || Selesai Revisi kecil-kecilan! Reyhan, sosok yang ramah dan softboy disakiti dengan takdir yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya. Perihal dirinya yang dipaksa dengan keadaan yang harus meninggalkan semuanya. Start:22 agustus 2020 Finish:18...