chapter 68

7.7K 584 249
                                    

Semua sahabat Reyhan sudah pulang kerumahnya masing masing, bertepatan dengan pulangnya mereka Reyhanpun membuka matanya, Raya yang menjadi saksinya Reyhan membuka mata.

Reyhan tersenyum tipis melihat Raya duduk disampinynya dan mengenggam tanganya pelan juga sesekali dicium oleh wanita yang telah melahirkanya.

"Mah," panggil Reyhan sangat pelan, juga karena alat pernafasan.

"Ia sayang, Rey mau minum?" tawar Raya menatap penuh kehangatan.

Malam tadi dokter berbicara bahwa sudah tidak ada harapan buat Reyhan, selama ini Reyhan terlalu hebat menyembunyikan sakitnya itulah kata dokter. Sehingga dokter terlambat memberikan penanganan yang baik.

Tapi Reyhan kuat, bahkan sekarang Reyhan sudah membuka matanya.

"Ayah mana?" lirihnya.

"Rey mau ketemu Ayah? Ayah lagi sama Cio, Cio mau jajan katanyaa," jelas Raya.

"Nanti aja," balasnya.

Raya tersenyum menatap Reyhan."Mamah senang Reyhan udah mah buka mata, Mamah kangen sekali," lirih Raya tak sadar jika matanya sudah berkaca kaca.

"Mah, jangan nangis." ingatkanlah bahwa Reyhan berucap dengan sangat lirih dan pelan, karena untuk berbicara saja dadanya sangat linu.

"Mamah senang."

"Apapun yang terjadi Mamah harus senyum selalu, jangan ada air mata yang menetes dari kedua mata indah Mamah. Rey gak ikhlas," jelas Reyhan.

Raya mengelus rambut Reyhan."kamu adalah kebahagiaan Mamah, Mamah akan selalu tersenyum asal kamu selalu baik baiksaja. Putra kesayangan Mamah." tulus Raya.

Reyhan terdiam sesaat dan menghela nafas,hu rasanya saja sakit."Mah..

"Ia sayang."

"Reyhan kuat banget ya bertahan sampe sekarang," ucapnya.

"Ia,Anak mamah kuat banget. Mamah harap kamu akan selalu bertahan sampai akhir nak"

Reyhan menggelengkan kepalanya."Jangan berharap lebih sama aku Mah, aku takut ekpetasi Mamah tidak sesuai dengan kemampuan aku."

"Sayang, Mamah sangat percaya sama kamu, kamu kuat. Putra mamah semuanya kuat,ya mungkin Gibran hanya lelah dan ingin istirahat makanya dia pergi."

"Mah, Rey juga cape kayak A Gi, boleh Rey juga pergi."

Raya meneteskan air matanya."Tidak, mamah tidak mau kamu pergi, cukup," ucap Raya.

Reyhan terdiam.Reyhan juga ingin tetap hidup, tapi untuk hidup 2 jam lagi saja Reyhan ragu.

"T-tapi Rey juga mau istirahat kayak A gibran."

"Bukanya Rey udah janji untuk tidak meninggalkan Mamah, Nak?" Reyhan terdiam lagi.

"Katanya mau lulus SMA terus kuliah ditempat yang dulu jadi cita cita A Gibran, mau bahagiain Mamah sama Ayah. Mau nikah sama perempuan yang kamu cinta, dan apa Rey lupa untuk menemani Mamah sama Ayah dimasa tua kita nanti?" Reyhan menitikan air matanya, ia ingin rasanya Reyhan melakukan itu semua tapi apa kah bisa.

Reyhan membalas genggaman Raya."Mah, Rey ingin sekali tapi apakah bisa?"
Raya tersenyum."Rey kan kuat, pasti bisa Nak..

Reyhan menggelengkan kepalanya."Rey gak akan bisa Mah, ini terlalu sakit," lirihnya membuat Raya menangis kembali hatinya terasa dicabik oleh pernyataan sang anak.

"Kamu bisa."

"Mah, please permudah kepergian aku." Raya membuang mukanya, ini terlalu sakit.

"Tidak, kamu harus selalu sama Mamah."

REYHAN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang