chapter 12

6.9K 667 39
                                    

Reyhan sudah sampai dirumahnya, dia diantarkan pulang oleh Orio tentunya.

"Gimana pertandingannya, Nak?" tanya Oma yang memberikan handuk pada Reyhan.

Diluaran hujan, Orio dan Reyhan menerobos hujan dengan alasan tidak mau kemalaman.

"Alhamdulillah Oma, masuk besok main lagi," kata Reyhan.

Oma tersenyum."Semoga sampai final." Reyhan mengangguk.

"Yaudah sana mandi, habis itu kebawah buat makan malam, Ya. Mamahmu sedang masak," jelas Oma.

"Siap Oma."

Reyhan melangkahkan kakinya untuk menuju kamarnya."kak Bryan mau kemana?" tanya Reyhan ketika berpapasan dengan Bryan yang sudah rapih.

"Keluar," singkat Bryan.

"Kan hujan kak."

"Apa gunanya mobil?" cibir Bryan. Reyhan terkekeh.

"Yaudah iya iya yang punya mobil baru," kesal Reyhan.

"Syirik bilang bos," ketus Bryan menonyor kepala Reyhan, membuat Reyhan kesal lagi.

"Gak baik loh tonyor-tonyor kepala orang," ketus Reyhan.

"Udah-udah sana lo mandi. Udah tau ujan ko malah pulang."

Reyhan cemberut."Kalau gua pulang telat, dimarahin lagi kan berabe ganteng, udah ya punya kakak bukannya ngebela malah fitnah-fitnah yang aneh-aneh. Emang ya gak ada akhlak," sindir Reyhan.

"Apa lo?" tanya Reyhan ketika melihat Bryan menatap Reyhan tajam.

"Udah sana mandi, bacot mulu." Bryan mendorong Reyhan pelan, membuat Reyhan bergurutu.

"Emang ya tuh punya kakak satu, pikaseubeuleun wae," gerutunya.

"Eh.. eh.. ehh ini kenapa belum mandi?" tanya seseorang yang tak lain adalah Rian.

"Eh Ayah." Reyhanpun salim. Rian mengacak rambut Reyhan yang basah itu.

"Ayo coba kenapa belum mandi?"btanya Rian yang kembali berubah menjadi hangat.

"Kan baru pulang Yah," balasnya.

Rianpun menggelengkan kepalanya."Yaudah sana. Segera mandi."

"Ayahhh," rengek Reyhan.

"Nanti juga kamu tau. Mandi dulu aja sana, kasian badannya dingin tuh." Reyhanpun mengangguk.

"Cio mana yah?"

"Mandi segera bukanya malah nanyain Cio," Gereget Rian.

"Bye Ayah!" Reyhanpun malanjutkan langkahnya untuk masuk kekamarnya.

Rianpun turun kebawah untuk menyusul sang istri yang sedang masak dibantu oleh Bi Ina sedangkan Oma sedang nungguin Cio yang sedang tidur dikamarnya.

"Reyhan udah pulang, Mas?" tanya Raya sembari mengiris wortel.

Rian mengangguk singkat."Udah sini biar aku yang ngiris," ujar Rian.

"Beneran? Bisa emang?" tanya Raya sedikit tak percaya.

"Kamu ngeremehin aku?" tanya Rian tak nerima.

"Yaudah ia ia sekalian iris bawang-bawang itu ya? Aku mau nguci dagingnya dulu," jelas Raya.

"Siap."

Rianpun anteng dengan mengiris wortel juga bawang yang sudah Raya siapkan.

"Udah Mas?" tanya Raya.

"Udah." Rian nampak bahagia melihat potongan hasil karyanya.

"Kamu mau bantu lagi gak?" tanya Raya.

"Apa lagi?

"Elapin meja makannya ya," suruh Raya dengan memelas.

"Ia siap Tuan Putri," ucapan Rian membuat Raya bersemu.

"Udah punya anak empat, masih aja suka gembel. Gak ngerti aku sama kamu," gerutu Raya, Rianpun hanya terkekeh dan segera melaksanakan tugasnya.

"Yahh Kakak kemana sih?" tanya Reyhan yang sudah mengganti pakaiannya. Sudah mandi juga tentunya.

"Lagi keluar sebentar, beli cemilan juga jemput seseorang," jelas Rian. Rian pun duduk dikursi meja makan, toh acara memgelap mejanya udah beres.

Reyhan mangguk-mangguk."Hidung kamu merah, flu?" tanya Rian.

Reyhan mengangguk lemas."Laki ko lemah, Ayah aja kuat. kamu keturunan siapa dah?" tanya Rian mencibir.

"Buta ijo," ketusnya.

Rian terkekeh,tangan kekarnya mengecek tubuh Reyhan.bTakutnya demam atau gimana.

Semua anaknya, memang sangat lemah dengan air hujan."Gak sakit ih," ketus Reyhan.

"Anget sedikit, minta obat gih sama Mamah." Reyhan menggelengkan kepalanya.

"Orang gak sakit, ngapain minum obat." Rian menghela nafas, mungkin ia anaknya ini memang tidak sakit.

"Gimana pertandingannya?" tanya Rian.

"Seru Yah, lumayan menguji mental, tenaga juga pikiran," ucap Reyhan antusias.

"Menang? Masuk semi?" tanya Rian.

"Ia dong. Besok main lagi sih katanya." Rian mangguk-mangguk.

"Ayah doain menang ya, kalau bisa dapet perhargaan pemain terbaik. Keren gak tuh?"

"Aamiin."

"Piala-piala, piagam penghargaan udah numpuk sekamar.bCoba tambahin lagi Rey, biar jadi 2 kamar," kekeh Rian.

"Ayah mah, nyindir aku karena aku gak banyak nyumbang piala?" tanya Reyhan dengan kesal.

"Gak git-

"Reyhan pastiin,bnanti Rey akan jadi juara umum. Liat aja," potongnya.

"Wah?

"Kesel Ayah ngeremehin terus," ketusnya.

"Karena aku masuk IPS ya yah?" tanya Reyhan.

"Gak gitu, kan basis kamu emang disana. Suka bener ngenang masa lalu," cibir Rian.

"Ayah mah," rengeknya.

"Rengek aja terus ke bocah."

"Em.. aayah dukung gak kalau aku hobby sama Voly?" tanya Reyhan.

Rian mengangguk."Dukung ko, no bad," katanya.

"Kalau aku masuk Timnas?"

"Aamiin." bukan Rian tapi itu Raya yang tadi sudah mendengar obrolan kesayangannya itu.

"Kamu mau masuk Timnas?" tanya Rian.

"Kalau dapet dukungan, ya pasti aku capai. Tapi keinginan aku lebih besar jadi pengacara sih," Kekehnya.

"Pengennya jadi pengacara, disentak dikit kicep," cibir Raya

"Ya itu mah beda lagi astagfirulloh."

"Jadi gimana? Timnas apa Pengacara nih?" tanya Rian.

"Penyanyi aja, kalau enggak jadi idol dikorea. keren gak tuh, suara bagus, ngedance bisa, tampang cakep-

"Ada-ada aja kamu," Potong Raya.

"Mamah mah potong terus," rengeknya.

"Udah-udah sana, mamah mau nyajiin makanan. Malah ngejogrog disini," ketus Raya mengusir pria2 tampan itu.

Tak lama Byranpun datang dan langsung bergabung.

"Baru pulang Kak?"

Bryan mengangguk. "Lo dari mana deh Kak?" tanya Reyhan.

"Ketemu sama temen-temen lama lah," acuh Bryan.

"Kirain kemana, gak biasanya lo main biasanya ngurung diri dikamar sama buku-buku," cerocos Reyhan.

****

T B C

Jangan lupa tinggalkan jejak kuy.

REYHAN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang