Pagi ini, suasana berbeda dari sebelumnya. Yang mengetahui masalah tadi malam memilih tutup mulut, mereka tidak mau membuat yang lain khawatir. Apalagi tahu kalau Jungwom hilang entah kemana.
Jake juga jadi diam, tidak mengatakan sepatah kata pun. Hal itu tentu saja membuat yang lain heran, tapi Hanbin menjelaskan kalau Jake sedang tidak enak badan.
Beberapa dari mereka tidak percaya, tapi mereka memilih diam karena menyadari kalau orang-orang yang tahu masalah tadi malam menatap mereka dengan tajam.
Seperti saat ini, belum ada yang berani membuka topik. Kei berada di luar menunggu kedatangan Pak Toto, Seon ditemani oleh Youngbin memilih memeriksa tangan yang tadi malam ditemukan sekaligus mengamankan mayat Taki yang disembunyikan di kamar nomor lima.
Heeseung menjaga Daniel di kamar satu. Iya, Daniel dipindahkan ke kamar satu. Kebetulan disana ada satu kasur berukuran cukup untuk dua orang, dan untungnya Daniel baik-baik saja.
Mungkin...
"Loh, Daniel kenapa?!"
Heeseung terlonjak, rupanya Jay datang bersama Nicholas. Dalam hati dia merutuki dirinya, padahal Kei sudah memintanya untuk menjaga rahasia tentang Daniel.
"Sstt! Jangan berisik, nanti Kak Kei marah," tegur Heeseung dengan nada berbisik.
Jay dan Nicholas yang penasaran masuk ke dalam kamar tak lupa menutup pintu, duduk di kasur Sunoo menunggu penjelasan Heeseung.
"Jelasin ke kita, kenapa kepala Daniel diperban begitu? Dan kenapa sudut bibirnya robek kayak habis dipukul?" Tanya Jay mengintrogasi.
"Kalian janji bisa jaga rahasia?"
"Apa jangan-jangan... ini yang bikin kalian diem aja?" Duga Nicholas tepat sasaran.
"Iya... gue minta tolong jangan kasih tau siapapun..."
"Iya iya, buruan cerita."
"Daniel jatuh di kamar mandi, pelipisnya kebentur wastafel. Kalau soal mulutnya, gue gak tau," dusta Heeseung, dia mana mungkin memberi tahu yang sebenarnya.
Nanti dia kena marah Kei.
"Kenapa dia tidur disini? Kenapa gak di kamarnya?"
"Tanya Kak Kei, jangan tanya gue."
Nada suara Heeseung berubah datar, tanda tak mau membahas lebih lanjut. Jay dan Nicholas pun diam, memilih menatap wajah tenang Daniel yang pucat.
Aneh, kalau diperhatikan... kenapa terlihat ada sesuatu yang lain?
"Hei, kalian berdua sadar, gak?" Tanya Nicholas, menunjuk pipi kiri Daniel, lebih tepatnya di dekat telinga. "Bagian sini biru, lebam, kayak bekas pukulan."
Jay menyipitkan matanya. "Kok lo tau?"
"Jelas gue tau, gue itu suka ngurusin anak yang jadi korban bully di sekolah dulu."
"Kok beda sama lo di Survival Games?"
"Mana gue tau, bahkan hampir semua dari kita sifatnya berbanding terbalik dengan sifat kita di game itu. Contohnya Jake, Sunoo, dan Daniel."
"Bener juga sih... tapi kenapa ya?"
Nicholas mengedikkan pundak tanda tak tahu.
"Semuanya kumpul, Pak Toto udah dateng!" Seru Kei dari bawah.
"Iya!" Jawab Jay keras, lalu berlari ke bawah.
"Nicholas, ayo turun. Dan tolong jangan kasih tau siapapun ya," pinta Heeseung serius, sebelum menyusul Jay tanpa basa-basi lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Dorm | I-LAND ✓
Mystery / Thriller❝ Pembunuhan yang sebenarnya telah dimulai. ❞