: R U N A W A Y (1)

14.1K 4.3K 2.1K
                                    

"Ih, mukanya biasa aja dong, lawak amat," celetuk Jungwon bertopang dagu, lalu tertawa terbahak-bahak sampai hampir terjungkal dari sofa.

"Kurang ajar! Kenapa lo bisa bangun?!" Bentak Sunoo marah, merasa dibohongi.

"Hehe, bisa dong." Jungwon cengengesan, lalu mengedipkan matanya ke Daniel. "Makasih kerja samanya, Niel. Baik deh."

"Daniel, kenapa lo-" Youngbin menggantung ucapannya, pisau ia todongkan, dia marah dibohongi seperti itu.

"K-kalian bilang gue disuruh tutup mulut aja!" Teriak Daniel mengeluarkan apa yang ia tahan sejak kemarin. "Tapi apa, kalian suruh gue kurung Kak Heeseung sama Kak Geonu di gudang! Gue hampir bunuh mereka, gue gak mau!"

"Mulai berani ya!"

"Lawan aja, Niel. Jangan takut," sahut Jungwon santai, lalu mengunyah keripik pisang milik Nicholas yang ada di atas meja. "Lagian ya, ngapain sih takut sama mereka? Padahal tinggian lo."

"Dih, apa hubungannya sama tinggi badan?!" Protes Sunoo tak terima.

"Ada hubungannya lah, lo itu selalu ngincar kepala, emangnya sampe?" Ledek Jungwon dengan smirknya.

"Yang Jungwon!"

"Apa sih? Berisik tau," kata Jungwon seraya melempar bungkus keripik pisangnya, sebelum meloncat tinggi dari sofa dan menendang Sunoo sampai menghantam meja.

"Niel, lo tau kan apa yang harus lo lakuin?" Tanya Youngbin, nadanya mengancam.

Daniel menggeleng, dia tidak mau disuruh-suruh lagi. "Maaf, gue gak mau bikin Kak Euijoo kecewa sama gue."

Jungwon terkikik, lalu memukul Youngbin tepat di wajah sampai jatuh ke belakang.





BUGH!




"Nah, misi penyelamatan dimulai!" Sorak Jungwon heboh lalu berlari kabur ke lantai atas.
























































Heeseung menggenggam sekop dengan erat, cuma itu senjata yang dia punya. Daripada melawan dengan tangan kosong? Nanti tangannya putus dalam sekali tebas.

"Udah lah, nyerah aja."

Dia menggeleng, dia tidak akan menyerah sampai tenaga terakhir. Karena tujuan dia di Survival Games adalah untuk hidup, berarti sekarang dia juga harus hidup. Dia harus pulang, pasti ibunya menunggu.

Kyungmin berdecak, dia tidak suka membuang waktu, tapi dua orang di depannya terus menahan serangan.

"Ck, dasar."

Geonu terengah-engah, dia harus membawa Heeseung pergi dari sini. Tapi Taeyong terus menghalanginya, sebenarnya motif mereka itu apa sih?

"Kalian itu masih muda, gak sepantasnya kalian jadi psikopat kayak gini..." ucap Heeseung sendu, merasa gagal sebagai teman yang lebih tua.

"Lo juga gak sepantasnya selamatin kita semua, kenapa lo gak biarin kita mati aja?" Balas Taeyong bersama, terdengar benci.

"Justru bagus kan? Kalian tetap hidup sampai-"

"Gak usah banyak omong!" Teriak Kyungmin berlari maju mengangkat goloknya tinggi-tinggi.






DOR!






Darah menyiprat, lubang tercipta di keningnya, membuat tubuhnya langsung tumbang, tak bernyawa dalam sekejap.

Tangan Geonu gemetar, menodong sebuah pistol yang tak sengaja ia temukan di balik kursi panjang, di dekat mayat Hanbin.

"Maaf, gue terpaksa..." gumam Geonu, merasa bersalah telah membunuh temannya sendiri.

Jujur, Heeseung terkejut. Kenapa bisa ada pistol disini? Milik siapa itu? Masa iya sih ada yang membawanya dari arena Survival Games?

"Taeyong, lo mau berhenti, kan? Tolong jawab iya..."

"Cih, ngapain gue berhenti?"





DOR!





"Kalau begitu maaf, gue gak bakal biarin kalian bunuh siapapun lagi," ucap Geonu, sebelum memapah Heeseung menuju hutan.






















































Ni-Ki memperhatikan Heeseung dan Geonu yang berjalan tertatih-tatih masuk ke dalam hutan. Ia menyunggingkan senyumnya, merasa senang melihat mereka berhasil selamat.

Ah, apa dia bisa selamat juga?

"Ayo lihat ke depan, Ni-Ki," ujar Sunghoon dari atas, menatap dingin dirinya.

Ni-Ki tidak yakin, dia sendiri berada di antara hidup atau tidak. Luka di perutnya akibat tusukan cutter terus mengeluarkan darah, yang bisa ia lakukan hanyalah menahannya agar tidak kehabisan darah.

"Wah, ternyata ada yang berhasil lolos," gumam Sunghoon menyadari kemana arah pandang Ni-Ki.

Ia terkekeh, menginjak perut Niki kuat-kuat, membuat Ni-Ki berteriak kesakitan.

"Berhenti, Sunghoon!" Teriak Jay, berlari maju menerjang Sunghoon, mendorongnya ke pagar pembatas dan berusaha menggapai cutternya.

Sunghoon berontak, namun Jay terus menahannya. Ia mendesis, menendang kaki Jay dengan kuat kemudian memukul kepalanya.

"Jangan pikir lo bakal menang lawan gue, Jay."

Nicholas berdiri berpegangan ke kursi, poni rambutnya menutup sebagian wajahnya, perban di kepalanya terlepas. Darah kembali mengalir dari sana setelah menghantam dinding, tentu saja Sunghoon yang melakukannya.

Kepalanya celingak celinguk, namun tidak menemukan senjata apapun. Ah, terpaksa dia harus menggunakan kursi untuk melawan.

"Sadar, Hoon! Inget, lo gak bakal selamat kalau gak ada Kak Heeseung!" Seru Jay menggoyang-goyangkan pundak Sunghoon.

"Gue gak peduli!"







BUAKH!






Kursi menghantam tubuhnya, Sunghoon terdorong ke dinding pembatas dengan keras, memegang lengannya yang mungkin patah.

Nicholas panik "Hoon, maaf ya! Sumpah, gue gak sengaja!"

DAK DAK DAK!

"Kak, buka pintunya!"

"Loh, itu suara Jungwon, kan?" Tanya Jay, mendadak dia merasa senang.

"Sialan, kenapa dia masih hidup?" Umpat Sunghoon, otaknya berputar keras sekarang.

"Ni-Ki, bertahan sebentar lagi, ya."

Ni-Ki mengangguk lemas, tak menjawab permintaan Nicholas. Dia tidak bisa bergerak, tubuhnya sakit.

"Hh, walaupun ada Jungwon, gue tetap bisa bunuh kalian, walaupun cuma satu orang aja," kata Sunghoon menatap remeh mereka.

"Hoon, cukup! Lo pasti mau pulang, kan? Ayo pulang sama-sama," mohon Jay sungguh-sungguh.

"Pulang, ya..." Sunghoon mengangguk-angguk. "Kalau begitu, ayo kita pulang sama-sama, Jay."

Dan tanpa aba-aba, Sunghoon menarik tangan Jay, membawanya terjun bebas ke bawah.

Bloody Dorm | I-LAND ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang