Kei semakin frustasi, korban bertambah. Harus diapakan mayat kedua temannya? Kalau dibiarkan itu tidak baik, mereka sama saja tidak menghargai orang yang sudah tiada.
Mau dikubur pun juga tidak mungkin, mungkin ditaruh di gudang adalah pilihan terbaik untuk saat ini.
Anak-anak yang berada di bawah umur dipaksa masuk ke kamar, kecuali Daniel. Karena para tetua akan mengintrogasinya, karena dialah satu-satunya orang yang ada di lantai atas.
"Hei, Niel. Jujur, apa yang terjadi sama lo, Taki, dan Jungwon? Dan lo liat gak siapa yang dorong Yoonwon?"
Daniel menggeleng takut, tak berani berkontak mata dengan teman tertuanya. Sungguh, dia takut.
"Jujur, Niel."
"G-gak tau..."
"Jangan paksa Daniel, kasian dia," tegur Youngbin karena tidak tega melihat Daniel seperti itu.
"Iya kasian, tapi lebih kasihan mana sama yang jadi korban?" Balas Kei sinis, mendecih kesal.
"Sabar, sabar." Jaebeom mengusap-usap pundak Kei agar dia tenang, takut terjadi perdebatan.
Heeseung diam memikirkan sesuatu. Kalau Daniel satu-satunya orang yang ada di lantai atas, berarti orang yang menyebabkan Nicholas terluka juga dia, dong? Ah, masa iya sih?
Tapi kalau diingat-ingat, Daniel jauh lebih sadis di Survival Games. Apa jangan-jangan sifatnya itu memang sifat aslinya?
"Di Survival Games lo itu pembunuh, bisa aja lo emang sengaja bunuh-bunuhin orang-orang yang ada disini," tutur Jake to the point.
Hanbin memutar bola matanya jengah. "Jake, ayolah. Jangan emosi, gue tau lo takut, tapi gak gini juga."
"Eh bentar, lo ngapain disini? Seharusnya lo di kamar," heran Kei baru sadar.
"Gue merasa gak aman kalau gak bareng kalian..."
"Kenapa? Seharusnya lo di kamar bareng Sunoo, dong. Nanti kalau dia kenapa-napa gimana?"
"Dia tidur di kamar dua, tukeran kamar sama Sunghoon."
Sekarang gantian Heeseung yang heran. "Kok dia mau? Terus yang jagain Nicholas itu Sunoo? Yakin lo?"
"Ya... iyalah?"
"Aduh Jake..." Kei menepuk jidat. "Siapapun cek kamar dua sekarang, gue takut, serius."
"Di kamar dua ada Jay, tenang aja," kata Geonu. "Dia bakal disana sampai Youngbin balik."
"Terus di kamar tiga cuma Niki sama Euijoo doang?!"
"Euijoo jago bela diri."
"Kita semua bisa bela diri, tapi situasi disini jauh lebih buruk, contohnya Jungwon yang entah ada dimana. Dia paling jago bela diri, tapi nyatanya apa?"
"Apa kalian gak mau periksa seluruh area asrama?" Tanya Jaebeom memberi saran.
"Nah, gue setuju," jawab Seon.
"Tapi jangan malam ini, kasian yang lagi tidur."
"Terserah, asal masalah selesai gue setuju aja."
Kepala Daniel semakin menunduk, tangannya meremat kuat celananya sampai kukunya memutih. Jujur saja, dia khawatir semuanya tidak baik-baik saja. Tapi dia hanya bisa diam, dia tidak mau dituduh lagi.
"Heeseung, lo liat apa?"
"Eh, apa?"
"Lo liat apa?" Geonu mengulangi pertanyaannya.
"Itu... gue denger suara."
"Dari mana?"
"Kamar lima."
"Jaebeom, kenapa kita yang disuruh periksa kamar lima, sih? Serem nih," bisik Jaeho bergidik ngeri.
"Nurut aja napa, lo mau dimarahin?" Balas Jaebeom sengit, melangkah masuk ragu-ragu ke dalam kamar lima.
Jaeho mencengkram lengan baju Jaebeom, tidak mau jauh-jauh karena hawa disini terasa menyeramkan, apalagi darah-darah yang ada tidak dibersihkan karena tidak ada yang berani menyentuhnya.
"Kayaknya, disini gak ada orang, deh," ucap Jaebeom setelah meneliti seisi kamar. "Cuma ada mayat Taki di kamar mandi... mau liat gak?"
"Hiih, gak mau ah!" Tolak Jaeho mentah-mentah. "Udah yuk, gue takut nih."
"Iya deh iya, ayo keluar."
"Yes, lo pengertian banget deh uwu, jadi pengen nabok, gak."
"Dih, gak jelas lo."
Keduanya pun keluar dari kamar, menutup pintu dengan pelan dan menguncinya agar tidak ada yang masuk sembarangan.
Tanpa mereka sadari, mereka melupakan sesuatu, dan sesuatu itu ada di dalam kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Dorm | I-LAND ✓
Mystery / Thriller❝ Pembunuhan yang sebenarnya telah dimulai. ❞