"Hoon, siapa yang pukul kepala lo di dapur?" Tanya Nicholas dengan nada berbisik.
Sunghoon tak menjawab, malah menatapnya datar. Nicholas heran, padahal mereka hanya berdua saja, ngobrolnya pun berbisik juga.
"Jujur aja, gak apa-apa," lanjutnya pelan.
"Lo siapa?"
"H-hah?"
Sunghoon berubah sinis. "Lo siapa? Kenapa gue ada disini?"
"Hah?!" Nicholas langsung ngeblank, beneran. Masa iya... Sunghoon amnesia? Padahal dipukul pakai piring doang, loh... dia yang dipukul entah pakai apa tidak amnesia kok...
"Jay mana?"
"D-di kamar..."
"Oh, makasih."
"Eits, mau kemana? Nanti dulu!" Cegah Nicholas merentangkan tangannya lebar-lebar. "Gue tau lo pernah amnesia pas masih kecil, tapi masa lo amnesia lagi gara-gara dipukul pake piring doang?!"
"Minggir, gue mau ke Jay."
"Aduh, disini dulu, situasi lagi panas!"
"Gue bilang mau ke Jay!"
"Ya ampun, ternyata lo bisa ngegas juga, ya..."
Sunghoon marah, berdiri dari duduknya sambil menunjuk Nicholas. "Gue gak kenal lo dan gue gak tau apa yang terjadi disini! Kenapa kepala sama lengan gue diperban?! Kenapa ada orang pingsan disitu?! Dan kenapa disini sepi?! Lo bawa gue kemana?! Ini tempat apaan?!"
"Astaga, tenang dulu, please. Tenang ya, tenang~" bujuk Nicholas tak tahu harus merespon seperti apa.
"Mana Jay?! Gue gak mau disini sama orang asing!"
"Ya Tuhan, santai dong santai! Hiih, lama-lama gue gas juga lo."
"Ini ada apaan sih ribut-ribut?"
Jimin datang dengan segelas susu di tangannya, menatap heran dua pemuda itu karena membuat suara bising yang menganggu. Heran, sejak kapan mereka suka bertengkar seperti itu?
"Lo siapa lagi?!" Tanya Sunghoon menatap Jimin dengan horor.
Jimin yang lagi minum susu langsung tersedak. "Uhuk! Uhuk! Hoon, lo sehat?"
"Sehat lah! Lo siapa?! Tukang buah, ya?!"
Jimin mendelik. "Heh sembarangan, sejak kapan gue jualan buah?!"
"Terus handuk di leher itu apaan?! Kaos kegedean dan kotor begitu, gak mandi berapa hari lo?!" Tuding Sunghoon tak berhenti.
"Nicholas, dia kenapa sih?! Kok begini?!" Seru Jimin bingung bercampur takut.
"Lo yang kenapa?!" Balas Sunghoon ngegas.
"Apaan sih kok ngegas?!"
"Gak jelas lo, lo juga ngegas!"
"Ngajak ribut ya lo?! Sini maju!"
"Ayo, siapa takut!"
"Udah woi udah!" Teriak Nicholas berdiri di antara keduanya, menghalangi mereka yang sepertinya hendak baku hantam. "Kalian ini, jangan berantem dong! Di situasi kayak gini harusnya kita mikir gimana nasib kita selanjutnya. Aduh, kepala gue berdenyut..."
Sunghoon mendengus. "Hhh, gue mau ke Jay. Kamarnya dimana?"
"Di lantai atas..."
"Oh."
Jimin gregetan ingin sekali menjambak rambut pemuda itu, tapi dia urungkan setelah ingat kalau kondisi pemuda itu sedang tidak baik alias habis terluka.
"Sinting tuh orang."
"Ngarang banget lo."
"Nic, gue jadi lupa mau ngomong apa ke lo."
"Ngomong tinggal ngomong..."
"Oh iya, gue inget!" Jimin menjentikkan jarinya. "Tadi malem, gue gak sengaja liat J-"
"AAAAAAAA! DARAH SIAPA INI?!!!!"
Loh, itu kan suara Sunghoon!
Drap drap drap!
Jay berlari keluar dari kamarnya setelah mendengar teriakan Sunghoon. Teman satu distriknya itu berdiri di depan pintu kamar sebelah, memandang genangan darah dari bawah pintu yang terlihat masih baru, merah sekali.
"Njir, darah siapa nih?!"
Sunoo keluar dari kamarnya, terlihat bingung melihat dua orang itu berdiri di kamar dua.
Eh, kamar dua?
"Siapa yang ada di dalam?! Jaeho bukan sih?!" Tanya Jay panik sendiri, seingatnya Jaeho numpang tidur di kamar dua karena efek asap tadi membuatnya mengantuk dan malas pindah tempat.
Berarti di dalam Jaeho...
"Minggir, biar gue dobrak pintunya," perintah Heeseung tiba-tiba datang bersama Ni-ki dan Geonu.
Keduanya pun minggir, memberi ruang agar Heeseung bisa mendobrak pintunya.
"Semoga gak ada orang di balik pintu," gumam Heeseung, lalu menabrakkan dirinya ke pintu.
BRAK!
Kamar dua sama berantakannya dengan kamar lima saat pertama kali dibuka. Darah dimana-mana, semuanya berantakan!
"Kak Jaeho!" Seru Sunoo berlari masuk lebih dulu ke dalam, menghampiri tubuh temannya yang tergeletak tak bernyawa.
Ni-ki bergidik, leher Jaeho terjerat kain, kain yang sama dengan kain yang digunakan untuk menutup mulut Jungwon. Perutnya terbuka lebar, organ dalamnya diacak-acak.
Tapi bukan itu yang membuat mereka marah, tapi seseorang yang berdiri kaku tak jauh dari mayat Jaeho, dengan kedua tangan gemetar dan penuh darah.
"DANIEL, UDAH GILA YA LO?!" Bentak Jay marah.
"Maaf kak... maafin gue," lirihnya pelan, lalu darah menetes dari hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Dorm | I-LAND ✓
Mystery / Thriller❝ Pembunuhan yang sebenarnya telah dimulai. ❞