: H E ' S W A K E U P

13.9K 4.4K 2.1K
                                    

Aku gregetan serius dah T_T






"Seung, lo kuat jalan, kan?"

"Iya, tapi gimana sama yang lain?"

Geonu menggeleng. "Gue harap mereka baik-baik aja, tugas gue sekarang itu pastiin lo selamat dan bawa lo pergi dari sini."

"Tugas?"

"Heum, sebenernya banyak sih yang minta tolong ke gue..."

"Hah?" Heeseung melongo tak mengerti, Geonu menghela nafas lalu lanjut berjalan keluar dari asrama.

"Euijoo, Kak Seon, Kak Hanbin, Jimin, Daniel, Jaeho, dan Kak Kei minta tolong ke gue supaya lo selamat."

"Ke-kenapa?"

"Karena lo udah selamatin nyawa kita semua di Survival Games, Seung. Kalau lo gak minta kita dihidupin lagi di game itu, kita semua bakal dibunuh beneran sama pemerintah."

"Widih, berarti maksud lo kita yang bakal bunuh kalian gak tau diri, gitu?"

Deg!

Oh tidak, sejak kapan Kyungmin ada di sana membawa sebuah golok.














































Nicholas, Jay, dan Ni-Ki menunduk ke bawah, saat ini mereka ada di balkon, memikirkan segala cara untuk turun ke bawah tanpa menimbulkan cedera sedikit pun.

Pintu balkon sudah mereka kunci, jadi untuk saat ini mereka bertiga aman, mungkin?

Mereka bisa saja turun dengan cara berpegangan pada tiang, tapi itu terlalu beresiko, mereka bisa saja terjatuh.

"Sunghoon, jangan diem aja dong, ayo bantu mikirin cara," kesal Jay karena temannya itu hanya diam di dekat pintu, menatap mereka dengan datar.

"Oh, gue tau!" Ni-Ki berseru. "Karena gak ada cara lain lagi, kita harus turun lewat tiang itu. Pegangan yang kuat, turun pelan-pelan, dan jangan menimbulkan banyak suara."

"Gue setuju." Jay menepuk tangannya, menunjuk Ni-Ki dengan gayanya. "Yuk turun, lo duluan deh. Karena lo lebih muda, lo yang turun duluan."

"Oke, gue turun, ya."

"Jangan!" Larang Nicholas, menarik Ni-Ki menjauh dari tiang.

"Loh, kenapa?"

"Di tiangnya ada oli! Lo bakal langsung merosot jatuh kalau lo turun lewat situ!"

"Wah, jeli juga mata lo, Nic," puji Sunghoon tiba-tiba, bertepuk tangan seraya melangkah maju ke arah mereka. "Tapi sayang banget gak jadi jatuh, padahal gue pengen banget liat, loh."

"Lo juga komplotan mereka?!" Tanya Jay tak menyangka.

"Iya, kenapa?"

Bagai disambar petir, Jay mematung di tempat. Mendadak hatinya terasa... sakit. Sakit telah dikhianati oleh teman satu distriknya sendiri.

Jujur saja, Jay tidak pernah berpikir kalau Sunghoon termasuk salah satu pelakunya. Sunghoon itu terkenal baik di distrik mereka, tapi apa... nyatanya tidak.

"Lo pura-pura amnesia?! Jadi, itu semua-"

"Iya, Jay," potong Sunghoon cepat. "Kepala dipukul dan lengan ditusuk pisau, itu bagian dari rencana. Gue sih gak peduli kepala gue bocor ataupun putus, asalkan gue bisa bunuh kalian, itu gak masalah."

"Gila lo!"

"Makasih pujiannya, itu tandanya kalian setuju untuk gue bunuh."

Sial, mereka tidak bisa pergi kemanapun. Pintu balkon dikunci, dan diganjal pakai kursi. Kalau ingin keluar lewat sana, butuh waktu untuk memindahkan kursinya.

"Gue pikir pelakunya Kyungmin sama Taeyong aja..." gumam Nicholas, dalam hati dia merasa bersalah karena dugaanya meleset banyak.

Sunghoon menyeringai tipis, mengeluarkan sebuah cutter dari saku celananya diam-diam, kakinya terus melangkah maju tanpa henti.

"Dimulai dari Nicholas, Jay terakhir."

"Hoon, lo gak inget apa janji lo?! Lo bilang lo bakal lindungin temen-temen lo, tapi apa ini?!"

"Siapa bilang?" Sunghoon mengangkat cutternya. "Gue lindungin Sunoo dari kalian, gue juga lindungin Taeyong dari kalian. Gue berusaha semaksimal mungkin agar gue gak ketuduh karena cuma gue yang bisa tolong mereka."

"Lo udah gak waras, kak," kata Ni-Ki.

"Terus kalian mau apa? Mau kabur pun percuma, kenapa gak loncat aja?"

"Oke, kalau begitu gue bakal loncat sekarang," kata Jay penuh keyakinan.

"Jay, lo jangan ikut-ikutan gila, dong!" Panik Nicholas menarik Jay untuk turun dari pagar pembatas.

"Balkon ini gak setinggi balkon-balkon pada umumnya, kenapa kalian gak mikirin itu, sih?!"

"Huh, sadar juga," dengus Sunghoon. "Karena kalian udah tahu itu, ini saatnya bagi kalian untuk mati nyusul yang lain."





















































"Ah, Kak Youngbin gak seru, nih," cibir Sunoo. "Harusnya Kak Jake langsung bunuh aja, gue bosen nih."

"Gue bukan orang yang suka liat orang lain langsung mati," balas Youngbin datar, lalu lanjut menyayat lengan Jake dengan pisau lipatnya.

"Kalian bertiga gak waras! Kalian semua gila!"

"Woah, berani juga lo, kak. Tapi sayangnya, kita gak peduli."

"ARGHHHH!"

"Kayaknya Kyungmin butuh bantuan." Taeyong berdiri dari duduknya. "Gue kesana, ya."

"Oke deh, jangan lupa balik kesini."

"Ck, iya-iya."

"Tuh, Kak Jake. Itu yang namanya temen, kalau temennya dalam bahaya, dia bakal tolongin. Lah lo, lo dalam bahaya gak ada yang tolongin, kasian."

Sunoo geleng-geleng kepala dramatis, ingin rasanya Jake meninju wajahnya. Tapi apa daya, berdiri saja susah karena kaki kanannya dipatahkan oleh Youngbin.

"Kak Youngbin, gue ke atas aja deh, bosen banget disini."

"Ya udah sana."

"Oke deh." Sunoo meloncat riang, melangkah pergi untuk menyusul Sunghoon di lantai atas.

Tapi tiba-tiba...





BRUK!





"Aduh!"

Dia jatuh tersungkur ke lantai, pisau di genggamannya pun terlempar sedikit jauh di depannya. Sial, siapa yang berani menyandung kakinya?!

"Kak Jake gak sabar pengen mati, ya," desis Sunoo marah sembari berdiri.

"Hei kak, kalau ngomong tuh diliat dulu orangnya."

Deg!

Tunggu dulu, suara itu kan...

"Kata siapa Kak Jake gak ada yang tolongin? Nih, gue ada disini," lanjut orang itu dari atas sofa, duduk bersila dengan santai dan tangan terlipat di depan dada, disertai tampang mengejeknya.

Dia Jungwon, Yang Jungwon.

Bloody Dorm | I-LAND ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang