"Siapa yang pukul Nicholas sampai kepalanya bocor begini, hah?!" Tanya Kei murka.
"Kak Kei, sabar..."
"Gimana gue bisa sabar, Seon? Masalah ini gak bisa dibiarin lagi, cukup Taki! Jangan ada lagi, kalau perlu gak ada yang meninggal!"
"Terus sekarang gimana?" Tanya Jay, ketakutan melandanya. "K-Kak Kei, lo liat kemana Pak Toto pergi, gak? Kita bisa keluar kalau tau arah-"
"Gua gak liat dan gue gak tau, karena pas Pak Toto jalan pergi gue langsung masuk ke dalem," potong Kei cepat.
"Satu-satunya orang yang ada di lantai atas... itu Daniel," ucap Sunghoon tiba-tiba, seraya memandang Nicholas yang terbaring lemas di sofa.
"Lo tau darimana Daniel di lantai atas?" Tanya Youngbin dengan tatapan menyelidik.
"Barusan Sunoo bilang."
"Sun..."
"Gue kira boleh dikasih tau..."
"Aduh Sunoo, harusnya lo ijin dulu, dong."
Sunoo mengusap tengkuk lehernya kikuk, menundukkan kepala. "Maaf, ta-tapi kita harus ke atas, kan? Kita harus periksa, gue takut Daniel kenapa-napa."
"Terserahlah, gue pusing," ucap Kei final sebelum masuk ke dalam kamarnya.
Niki menghela nafas, dia tidak menyangka masalah akan serumit ini. Hhh, seketika dia menyesal memilih menginap di asrama ini daripada pulang ke rumah sendirian naik kendaraan umum.
"Kak, hari ini kita makan apa?" Tanyanya kemudian.
"Telur dadar atau mie, Pak Toto belum kirim stok bahan-bahan buat kita," jawab Seon, dia tahu dari Kei.
"Oke... terus soal Jungwon gimana?"
"Gue punya tiga dugaan..."
"Apa?"
"Pertama, dia kabur. Kedua, dia disembunyiin. Ketiga, dia udah mati."
Malam ini terasa horor, hanya berlaku di ruang makan saja sih. Karena di ruang tv sedang ramai, tawa Sunoo dan Niki terdengar, disusul tawa yang lain karena tayangan yang mereka tonton lucu.
Di ruang makan ada Heeseung, Sunghoon, Jimin, dan Jaeho. Keempatnya diam, fokus makan telur dadar buatan Sunghoon.
Sebenarnya Jaeho gatal ingin menanyakan masalah yang terjadi, tapi dia merasa tidak enak jika menganggu acara makan mereka. Tapi bodo amat lah, dia penasaran.
"Seung, mayat Taki ditaruh dimana?"
"Uhuk uhuk!"
"Kalau makan pelan-pelan," tegur Jimin menyodorkan segelas air putih.
"M-maaf."
Sunghoon geleng-geleng kepala, memilih lanjut makan agar dia bisa cepat-cepat ke kamarnya untuk menjaga Nicholas, karena sekarang gilirannya.
"Kalau gak salah, dia tetep di kamar mandi," jawab Jimin memberi info yang dia dapat dari Niki.
"Demi apa? Kok gak dikubur?"
"Lo pikir aja sendiri, ya kali kubur mayat di tengah hutan begini. Lagipula, gak ada cangkul."
"Pakai pisau dapur kan ada," balas Jaeho acuh, sembari melahap sesuap nasi.
Sunghoon berhenti makan, menatap Jaeho dengan aneh. "Pikiran lo serem banget, lo sehat, kan?"
"Badan segar bugar begini jelas sehat, dong."
"Aneh lo," kata Jimin ikut-ikutan, membawa piringnya ke wastafel lalu mencucinya.
"Kak Heeseung."
"Apa, Hoon?"
"Lo denger sesuatu, gak?"
"Denger apa?"
"Suara orang ngobrol, kayaknya dari balkon."
"Perasaan lo aja kali." Jaeho mengibaskan tangannya santai, lalu mengalihkan pandangannya ke pintu kaca yang memperlihatkan pohon-pohon menjulang tinggi di luar sana. "Lagian ya, mana mungkin suara orang-"
BRUK!
"AAAAAAAA!"
Mereka bertiga berdiri serentak, semua fokus keluar. Teriakan Jimin yang menggelegar membuat yang ada di ruang tv langsung menuju lokasi, penasaran kenapa temannya itu berteriak.
"Kenapa? Ada apa?" Tanya Taeyong panik.
Tak ada yang menjawab, dia pun menerobos maju disusul yang lain. Dan betapa terkejutnya mereka melihat Yoonwon tergeletak menghadap tanah dengan darah dimana-mana.
Heeseung, Sunghoon, dan Jaeho saling melempar pandang, berlari keluar dan mendongak ke atas, ke arah balkon.
Pagarnya rusak, sedikit penyok dan hampir lepas dari tempatnya. Seseorang mendorong Yoonwon dari atas sana, entah siapa dia.
"Panggil siapapun yang ada di lantai atas, sekarang," perintah Heeseung dengan perasaan tak karuan.
"Wih, makin seru nih. Habis ini bunuh siapa, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Dorm | I-LAND ✓
Mystery / Thriller❝ Pembunuhan yang sebenarnya telah dimulai. ❞