SCK 5

23.4K 1.1K 21
                                    

Sejak kejadian di kolam renang beberapa hari kemarin, Erick berusaha keras menghindari Kirana. Pasalnya, saat di rumah Kirana selalu memakai pakaian yang ketat dan panjangnya di atas lutut.

Erick dibuatnya panas dingin dengan tampilan istri pura-puranya itu. Dan sekarang yang Erick lihat adalah Kirana yang  membelakanginya sedang menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Mini dress ketat berwana biru muda,  mencetak tubuh seksi istrinya, membuat mata Erick tak berkedip. Hatinya ingin menolak, tapi matanya tidak mau diajak kerja sama.

Jadilah Ia terpergok oleh istrinya saat Kirana akan menghidangkan masakannya di meja makan.

"Mas..."

Erick jadi kikuk, memalingkan wajahnya ke arah lain. Kirana tersenyum geli melihat tingkah suaminya.

"Makanannya udah siap. Ayo makan, Mas." Ajak Kirana pada suaminya yang masih setia berdiri di tempatnya.

Malam ini Kirana membuatkan Erick masakan Italia. Chicken parmesan. Salah satu makanan klasik terenak dari tempat kelahiran sang Papa. Daging ayam goreng garing digabung dengan spaghetti dan keju.

Bukannya di rumah Erick tidak ada asisten rumah tangga. Banyak malahan. Tapi Kirana berpesan kalau untuk urusan perut suaminya, biar dia yang mengurus. Benar-benar istri idaman. Sayangnya hanya sementara.

Erick duduk di kursinya yang paling ujung tempat Papa biasa duduk dan Kirana duduk di sisi sebelahnya. Mereka menyantap makanan dalam keadaan hening. Sesekali Kiran memperhatikan suaminya. Ia khawatir jika Erick tidak menyukai masakannya. Tapi kelihtannya Erick menyukainya. Terbukti dengan piringnya yang kini sudah kosong tak bersisa.

"Masakan yang enak. Terimakasih."

Kirana tersenyum mendengar pujian Erick. Baru Ia membuka mulut, Erick keburu melanjutkan ucapannya.

"Harusnya kamu tidak perlu repot-repot melakukan ini. Ada banyak asisten di sini. Aku nggak membayar kamu untuk hal-hal seperti ini." Tambah Erick dan beranjak pergi.

Senyuman Kirana luntur. Ekspresinya tak terbaca.

"Aku melakukan ini sebagai tugas dan kewajiban seorang istri. Bukan untuk sesuatu yang harus dibayar." Kirana juga berdiri manatap punggung Erick.

Langkah Erick terhenti dan berbalik. Ia mendekati Kirana yang masih berdiri di dekat meja makan.

Erick semakin mendekat pada Kirana, hampir tak berjarak. Kirana mencoba bertahan pada posisinya. Tangan Erick yang tadinya berada di saku celananya, kini telah berpindah pada sisi meja yang ada dibelakang Kirana.

Erick agak menunduk agar dapat menatap wajah Kirana. Begitupun Kirana, Ia sedikit mendongak untuk membuat dirinya berani di hadapan Erick.

"Apa yang kamu bilang tadi? Kewajiban?" Erick menaikan sebelah alisnya.

"Iya. Ada yang salah?"

Erick menggeleng pelan dan menampilkan smirknya, "Bagaimana jika aku meminta hakku sebagai suami?"

Dengan penuh keberanian Kirana menatap mata Erick, "Tentu aku akan memberikannya."

"Jangan coba-coba menggodaku, Kirana."

Kirana tersenyum, "Apa salah jika aku menggoda suamiku sendiri, Mas."

Entah keberanian dari mana, Kirana bisa mengatakan hal seperti itu. Dia tau resikonya jika sampai Erick terpancing.

Erick diam. Raut wajahnya tak terbaca. Mereka saling tatap beberapa detik. Kemudian tangan Erick berpindah pada pinggang Kirana, hingga membawa tubuh Kirana merapat padanya. Membuat istrinya itu tersentak dan reflek menyentuh dada Erick yang terasa keras.

Erick menatap Kirana dalam. Dari mata coklat istrinya, kemudian berpindah pada bibir Kirana yang ranum. Perlehan wajahnya mendekat, mengikis jarak antara mereka. Dan...

"Astaghfirullah!!!"

Sebuah suara menginterupsi kegiatan dua insan yang hampir bercinta di meja makan. Erick dan Kirana tersentak kaget dan seketika menoleh ke sumber suara. Ternyata di sana sudah ada keluarga kecil Shareen. Langsung mereka memisahkan diri masing-masing.

Shareen dan Randy  baru saja tiba di rumah kakaknya, langsung disuguhkan adegan suami istri, yang  hampir saja mengotori pandangan anak-anaknya. Shareen kaget dan reflek berteriak, langsunh menutup mata ketiga anaknya dengan tangannya dan juga Randy. Alif, Abyan, dan Alea.

"Mas! Kalo mau bikin anak jangan di meja makan dong. Mata triplets jadi tercemar nih!" Protes Shareen sambil menutup mata Alif dan Abyan

Sedangkan Randy yang menggendong Alea  dan juga menutup mata anaknya, hanya menahan tawa melihat adegan di depannya.

"Salah kalian sendiri." Jawab Erick singkat.

Kirana kikuk dan malu. Langsung Ia berjalan cepat ke kamar, saat menyadari pakaian yang Ia kenakan.

Kirana mengatur debar jantungnya. Hampir saja Ia dan Erick akan melakukannya malam ini, kalau tidak ada adik iparnya yang tiba-tiba datang. Apalagi Ia kepergok memakai pakaian yang seksi seperti ini. Aduh. Membayangkannya saja sudah membuat wajah Kirana semerah tomat. Cepat-cepat Ia mencari pakaian yang tertutup, dan segera keluar kamar untuk menemui adik iparnya.

Saat Kirana keluar kamar ternyata di depan kamar Erick sudah ada Shareen yang menatapnya heran.

"Bukannya ini kamar Mas Erick?" Tanya Shareen.

Kirana bingung mau menjawab apa. Tidak mungkin kan kalau Ia bilang mereka pisah kamar. Bisa berabe.

"Emm... iya. Itu kamar Mas Erick. Mbak abis ganti baju di kamar ini." Jawab Kirana menunjuk kamarnya sendiri.

"Soalnya lemari Mas Erick penuh. Jadi barang-barang Mbak nggak muat lagi."

"Ooo.. gitu." Shareen menatap curiga hingga membuat kakak iparnya salah tingkah

Kedatangan Shareen dan Randy adalah bermaksud mengajak Kirana untuk berlibur. Rencananya, Shareen akan liburan ke luar negeri bersama dengan triplets, dan Ia ingin mengajak Kirana pergi bersama mereka 2 hari lagi.

Kirana merasa senang diajak liburan oleh Shareen. Tapi Ia harus mendapat persetujuan dari Erick untuk mengiyakan ajakan adik iparnya.

"Mbak, sih tergantung Mas Erick mengizinkan atau tidak." Ucap Kirana.

"Pergilah. Kamu butuh liburan."

"Tuh kan, Mbak. Ayo kita happy happy." Timpal Shareen antusias.

Meski suaminya mengizinkannya, namun Kirana merasa tidak tega meninggalkan Erick sendiri.

Sampai esoknya di kantor, Kirana kembali bertanya pada Erick, "Apa nggak apa-apa kalau aku ikut Shareen, Mas? Nanti siapa yang mengurusi keperluan Mas Erick?"

"Jika yang kamu takutkan adalah urusan kantor, Aku bisa menanganinya."

"Maksudku, di rumah nanti siapa yang akan mengurusi Mas Erick?" Tanyanya lagi lirih.

"Dengar Kirana, Aku bisa mengurus diriku sendiri. Lagi pula, keberadaanmu lebih berarti jika di kantor dari pada di rumah. Ingat Kirana, pernikahan ini hanya sandiwara. Jadi jangan kamu bebankan dirimu dengan tugas dan kewajiban seorang istri sungguhan."

Kirana terhenyak mendengar jawaban Erick. Walaupun sandiwara, tapi dari awal Kirana berniat untuk menjadi istri yang berbakti untuk suaminya. Tak menyangka jika Erick terang-terangan mengatakan itu. Pria di depannya ini tak memperdulikan perasaannya.

"Oke. Kalo gitu, Aku izin pulang duluan. Aku mau menyiapkan barang-barang untuk besok. Permisi." Kirana keluar dan membanting keras pintu ruangan Erick.

Erick menghembuskan nafas kasar. Ia sadar betul bahwa ucapannya pasti melukai hati Kirana. Padahal selama ini Erick merasa sangat terbantu dengan perlakuan Kirana yang selalu perhatian padanya. Tapi, entah mengapa Ia sulit untuk mengakui itu semua.

🍁🍁🍁

Tbc.

Sandiwara Cinta Kirana (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang