SCK 10

23.4K 1.1K 17
                                    

Lagi PTS , sambil nungguin kiriman  jawaban siswa, kepengen Up.

Happy reading, ya...

🍁🍁🍁

Malam itu, Kirana menangis sejadi-jadinya di dalam kamar. Entah kenapa Ia jadi seemosional ini jika berhadapan dengan Erick. Padahal siangnya Ia bertekad untuk tegar, namun Ia tetap tak bisa.

Ia tak sanggup jika berhadapan dengan Erick. Ia ingin Erick tau perasaannya. Tapi bagaimana jika Erick tidak menerima perasaannya? Bagaimana jika suaminya malah berpikiran yang tidak-tidak tentangnya?

Entahlah, Kirana tak tau harus bagaimana lagi. Ia tidak ingin menduga-duga yang tidak pasti. Tapi rasa di hatinya, menginginkan Erick tahu bagaimana perasaan Kirana yang sebenarnya. Tapi lagi-lagi Kirana berpikir, Ia tak mau mengulang kejadian di masa lalu. Mengemis cinta lelaki, namun malah ditinggal pergi.

Kirana tak mau jika itu terjadi, makanya setelah kejadian malam itu, sepasang suami istri itu saling diam. Mereka hanya bicara seperlunya saat berada di kantor. Kirana berusaha seprifesional mungkin. Begitupun Erick. Setidaknya Kirana masih membuatkan Erick sarapan, dan menyediakan makan malam. Terserah bagaimana suaminya, mau makan atau tidak, yang penting Kirana sudah melakukan tugasnya.

Saat berangkat ke kantor pun, Kirana pergi pagi-pagi sebelum Erick keluar dari kamar. Mereka pergi dengan menggunakan mobil masing-masing. Utung saja tidak ada karyawan yang menyadari tingkah Bos mereka. Hal itu sudah terjadi selama seminggu. Tahan sekali Kirana mendiamkan Erick.

Erick sendiri merasa tak nyaman dengan keadaan mereka. Di hari ke tiga, Erick sudah ingin memulai komunikasi yang baik pada Kirana. Namun yang ada, istrinya itu selalu menghindarinya. Seperti tak memberi kesempatan untuk Erick berbicara mengenai masalah mereka. Erick hanya bisa berbicara dengan Kirana saat ada urusan kerjaan saja.

Sekarang sudah seminggu sejak malam itu, Erick tidak suka jika Kirana mendiamkannya berlama-lama seperti ini.

"Untuk hari ini ada rapat internal dengan departemen keuangan pukul 10.00. Setelah itu, Anda free." Jelas Kirana.

Mereka berdua berada di ruang kerja Erick. Seperti hari-hari biasanya, Kirana menyampaikan jadwal kegiatan Erick.

"Oke." Erick menanggapi.

"Kalau begitu Saya permisi dulu." Ucap Kirana mengakhiri.

Inilah kalimat pamungkas yang selalu Kirana gunakan untuk mengakhiri komunikasinya dengan Erick selama seminggu ini. Biasanya, dulu Ia akan berkata, "Apa ada yang lainnya, Pak?", jika seperti itu maka komunikasi dua arah yang mereka lakukan akan bertambah durasinya, sedangkan sekarang ini, Kirana tidak ingin berlama-lama di depan Randy.

"Tunggu, Kirana."

Baru dia akan menyentuh handle pintu, niatnya sudah dicegah oleh  panggilan Erick.  Dengan terpaksa Kirana pun berbalik.

"Ada lagi, Pak?"

"Nanti malam, Bunda Hana mengundang kita makan malam. Jadi, kita harus datang bersama." Ucap Erick hati-hati, khawatir jika Kirana akan menolaknya.

"Baiklah." Jawab Kirana singkat dan berlalu pergi.

Jawaban singkat Kirana mengakhiri percakapan sepasang suami istri yang sedang bersikap profesional sebagai Bos dan skretaris.

Erick mendengus. Kirana masih bertahan dengan sikapnya. Ia berharap ada cara yang dapat memperbaiki hubungan mereka.

Setelah maghrib, Erick dan Kirana pun sudah berangkat ke rumah keluarga Yaser. Di dalam porsche putih, suasana hening. Tidak ada percakapan atau sekedar basa-basi antara mereka berdua. Erick yang menyetir, sesekali melirik ke arah wanita disampingnya yang pandangannya lurus ke depan.

Sandiwara Cinta Kirana (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang