SCK 16

20.9K 924 20
                                    

Aura bahagia menyelimuti Kirana sejak tadi pagi. Setelah malam dingin yang panjang, yang Ia lalui bersama dengan Erick, Ia tidak berhenti tersenyum. Rasa yang tak bisa digambarkan, jika ini dibilang bahagia, maka ini lebih dari bahagia.

Perlakuan manis Erick membuatnya merasa diinginkan. Sentuhan-sentuhan lembut suaminya itu, membuat Kirana terbuai. Membayangkan kejadian tadi malam, membuatnya merona. Semalam mereka tidak melakukannya sekali, tapi Erick seperti kecanduan dengan apa yang dimiliki istrinya. Mereka melakukannya beberapa kali. Hingga saat Kirana terbangun, Erick masih enggan melepasnya.

Oh, ya ampun. Rasanya wajah Kirana memanas mengingat semua itu. Pengalaman pertama yang tak terduga dan tanpa persiapan. Kirana berharap Ia tidak mengecewakan suaminya.

"Lagi apa, sayang?"

Pelukan Erick dari belakang tubuh Kirana dan suara serak pria itu, membuyarkan lamunannya.

"Eh. Ini... bikin kopi." Jawab Kirana agak gugup.

Erick semakin mengendus leher istrinya. Seperti kecanduam aroma tubuh Kirana, hingga membuat Kirana kembali meremang.

"Mass..."

"Heum..."

"A...aku... nggak bisa gerak, ini." Kirana menggeliat, berusaha melepaskan diri dari pelukan suaminya.

Erick sendiri masih enggan melepas Kirana, sampai suara ketukan dari luar membuatnya mau tak mau melepaskan istrinya, yang harus beranjak membukakan pintu.

"Kita sarapan dulu, Mas." Ajak Kirana.

Ia membawa bungkusan, berisi makanan yang dibeli oleh penjaga villa. Tadi Kirana sempat meminta dicarikan sarapan untuk dirinya dan Erick, sekalian juga untuk orang-orang yang menjaga villa.

Dari salah satu penjaga, Kirana baru tahu kalau villa keluarga Bernardo ada 5 unit yang serupa dengan yang digunakan oleh Erick dan Kirana saat ini. Sedangkam villa utama, yang bisa dipakai sekeluarga, ada di bagian paling depan dekat pos penjaga. Kirana jadi berpikir kalau semua ini sudah direncanakan Erick. Karena menurut pengakuan penjaga tadi, biasanya Erick dan Papanya lebih suka di villa utama. Mungkin ini siasat suaminya agar mereka mau tak mau tidur bersama.

"Mas Erick mau sarapan apa? Ini ada bubur ayam, sama kupat tahu. Mau yang mana?" Tanya Kirana sambil menyajikannya di piring.

"Aku maunya kamu."

Dengan santainya Erick menjawab seperti itu. Sedangkan Ia tak tahu jika jantung Kirana sudah dagdigdug tak karuan. Wajah Kirana pun nampak tersipu malu ditatap seperti orang yang memuja oleh suaminya.

"Makan dua-duanya aja kalo gitu, biar kenyang." 

"Boleh juga. Tapi suapin, ya." Balas Erick diakhiri kedipan mata.

Astaga. Entah kenapa akhir-akhir ini Erick jadi manja begini. Sudah berapa kali Ia minta disuapi oleh Kirana seperti ini. Erick yang cuek sepertinya sudah berubah jadi  Erick yang manja.
Kirana menurut saja, apa yang diminta oleh suaminya. Erick sedang ingin dimanja.

Rencananya mereka berdua akan pulang pagi ini. Tapi Erick bilang, sebentar lagi akan hujan, dan Ia tidak mau menyetir dalam keadaan hujan. Apalagi di daerah Lembang, jalannya naik-turun. Erick tidak mau terjadi sesuatu yang tak diinginkan nantinya.

"Kalau terjadi apa-apa dengan kita, terutama denganku, bagaimana nasib ribuan karyawanku, sayang?"

Begitulah ucapan Erick yang membuat Kirana pasrah saja. Memang, sih diluar masih terlihat gelap dan sepertinya mendung. Dan tak berselang lama, rintik hujan pun terdengar. Akhirnya ucapan Erick terbukti benar.

Sandiwara Cinta Kirana (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang