SCK 9

21.9K 1K 11
                                    

Di dalam kamar yang bernuansa navy, abu-abu, terbaringlah seorang laki-laki yang sedang merutuki kebodohannya. Erick.

Belum juga Ia sembuh dari sakitnya akibat sakit malarindu ditinggal istrinya liburan, sekarang malah Ia melukai hati wanita yang sudah dengan telaten merawatnya. Padahal Kirana baru sampai dari perjalanannya, bukannya langsung istirahat, malah langsung mengurus Erick yang lemah.

Siang tadi Erick menunggu kehadiran Kirana yang mengantarkannya makan siang. Namun nihil, yang datang malah Bik Nina.

Begitu juga malamnya. Bik Nina bilang, Kirana juga tak terlihat setelah membuat sarapan tadi pagi. Terpaksa Erick mengurus dirinya sendiri. Makan sendiri, minum obat sendiri. Seperti lagu dangdut saja.

Esok paginya, Erick masih setia menunggu Kirana datang ke kamarnya. Hari ini Ia berencana meminta maaf. Sulit sekali bila jauh-jauh dari Kirana. Semalaman malah Ia sulit tidur. Entah kenapa Kirana begitu mempengaruhi hidupnya.

Tok...tok...tok...

Suara ketukan pintu terdengar. Erick langsung menyuruh seseorang di luar sana masuk. Ia sudah curiga kalau itu bukan Kirana, kalau istrinya, pasti langsung masuk tanpa mengetuk pintu.

Dan tepat dugaannya. Lagi-lagi wanita paruh baya yang sudah lama bekerja di rumahnya. Bik Nina.

Bik Nina masuk dengan membawa nampan yang di atasnya terlihat piring dan gelas. Erick langsung menghela nafas kasar.

"Ini sarapannya, Mas Erick."

"Makasih, Bik."

"Sama-sama, Mas." Bik Nina baru akan melangkah keluar namun Erick menginterupsi, hingga Bik Nina mengurungkan niatnya.

"Ngomong-ngomong.... ekhem... Gimana dengan Kirana?" Erick bertanya agak ragu. Bisa dibilang kalau itu keliahatan, gengsi.

"Oh, Mbak Kirana sudah berangkat ke kantor, Mas. Setelah bikinin sarapan dan juga bikin lauk untuk makan siang untuk Mas Erick, Mbak Kirana langsung pergi. Beliau juga pesen, kalo Mas Erick harus minum obatnya setelah makan."

"Oh, Oke. Makasih, Bik."

Bik Nina mengangguk kemudian berlalu pergi meninggalkan majikannya sendirian.

Erick lesu mendengarnya. Kirana sudah pergi ke kantor. Sebegitu jahat kah dirinya, sampai Kirana tak ingin melihatnya. Tapi masih beruntung, Kirana masih membuatkannya makanan. Berarti istrinya itu masih peduli dengannya. Tapi Erick sendiri yang tak perduli dengan istrinya.

Ia harus segera memikirkan cara agar bisa bertemu dengan Kirana, segera meminta maaf, dan memperbaiki semuanya. Tapi langkah pertama adalah, Ia harus sembuh dulu. Erick tidak ingin terlihat lemah dihadapan istrinya. Setidaknya besok Ia harus sehat.

🍁🍁🍁

Kirana pergi ke kantor sendiri dengan mengendarai mercynya. Hari ini Ia masih kesal dengan Erick dan tidak ingin melihatnya. Walaupun begitu, Ia masih menyempatkan diri memasak untuk suaminya yang menyebalkan.

Biarlah, kali ini Kirana akan bersikap seperlunya saja. Tidak akan lagi dia bertingkah layaknya istri yang berbakti. Cukup sudah. Dia hanya akan menunggu kapan waktunya Ia akan diceraikan.

Diceraikan. Sungguh miris nasib Kirana. Ia tidak pernah beruntung soal percintaan, apalagi pernikahan.

Kirana berjalan di area kantor. Beberapa karyawan sudah ada yang datang. Banyak yang menyapanya, apalagi semenjak Ia menikah dengan CEO EB Group, Kirana disegani karyawan yang lain. Walaupun ada beberapa karyawan perempuan yang iri melihatnya, namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka hanya bawahan. Paling, mereka hanya bisa membicarakan Kirana di belakang. Tapi sekali lagi, Kirana tidak mau ambil pusing soal itu.

Sandiwara Cinta Kirana (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang