SCK 8

22.4K 1.1K 7
                                    

Erick luar biasa Sibuk. Pekerjaannya bertambah banyak, karena sekretaris andalannya, yang notabene adalah istrinya, sedang asyik liburan di luar negeri. Tak ada yang membantunya, di kantor. Hendra sedang ditugaskan ke luar kota.

"Argh... kenapa disaat seperti ini, dua orang itu tidak ada?" Geram Erick.

Sudah beberapa hari ini Erick sibuk di kantor. Pergi pagi, pulang malam. Jika Erick mau, sebenarnya Ia bisa saja pulang lebih cepat, karena setelah seminggu Kirana pergi, Hendra sudah kembali lagi ke kantor. Dan tentu saja pekerjaan Erick jadi lebih ringan.

Tapi, jujur saja, Ia sengaja menyibukkan dirinya dengan pekerjaan di kantor. Terkadang malah Ia sering melewatkan waktu makan siang dan bahkan makan malamnya. Entah mengapa Ia tidak berselera dengan makanan di luar ataupun masakan asisten di rumahnya. Ia ingin makan masakan istrinya. Rasanya menyesal membiarkan Kirana pergi. Tapi, itulah yang tidak Ia inginkan, jika dirinya memiliki waktu kosong, tiba-tiba Ia bisa kepikiran dengan Kirana.

Padahal Erick sendiri yang bilang kalau Kirana tidak berarti apa-apa dalam kehidupannya. Biar dia tahu rasanya menjilat ludah sendiri.

Kepalanya tambah pusing, ketika membayangkan foto seksi istrinya yang nyaris telanjang di pinggir pantai. Tubuh istrinya yang padat berisi, dengan warna sawo matang yang eksotis, apalagi buah dada Kirana yang sepertinya pas di genggaman Erick. Membayangkannya saja bisa membuat juniornya membengkak di bawah sana. Sungguh Erick jijik jika harus bermain solo.

Beberapa hari kemudian, Erick disibukan dengan beberapa meeting dengan klien yang berbeda-beda. Karena jadwal yang padat, hari itu Ia hanya sempat meminum kopi yang disajikan saat meeting. Alhasil esok harinya, tubuhnya terasa lemas tak bertenaga. Mual dan muntah yang Ia rasakan. Ditambah pusing di kepalanya.

Seharian itu Ia tak keluar kamar. Untung saja saat itu Hendra datang mencarinya karena Bosnya itu tak terlihat di kantor. Langsung saja Hendra menghubungi dokter keluarga Bernardo, begitu tau kalau Erick sakit.

Kata dokter, Erick mengalami gejala tifus. Sementara dia masih diberi obat terlebih dulu dan beristirahat total di rumah. Tapi sampai malam, Ia bahkan tidak meminum obat itu. Tidak ada asisten rumah tangga yang berani menyuruhnya jika Erick bersikeras tak ingin.

Sampai pada saat Ia merasakan kehadiran Kirana. Istrinya.

Erick mendengar saat Kirana berulang kali memanggil namanya. Ia senang istrinya sudah pulang. Tapi karena tubuhnya yang masih lemas dan kepalanya yang pusing, Erick hanya menjawab singkat pertanyaan Kirana dengan isyarat kepalanya.

Lama suara Kirana tak terdengar lagi. Erick sempat berfikir jika kehadiran istrinya hanya mimpi belaka. Malang sekali nasibnya. Sakit sendirian dan berharap ada istri yang mengurusnya.

Tiba-tiba ada suara pintu kamarnya terbuka. Erick masih tak bertenaga untuk sekedar mengintip siapa yang masuk. Namun suara dan sentuhan lembut, membuatnya langsung mengetahui siapa pelakunya. Kirana.

Lama membuat dirinya sendiri bisa bangun dari tidurnya. Otak Erick tak dapat berkompromi dengan tubuhnya yang lemah. Tapi akhirnya Ia bisa terbangun dan duduk bersandar di kepala ranjang, dengan bantuan Kirana.

Ternyata istrinya memang hadir secara nyata. Ia tadi pergi dan kembali dengan membawa semangkuk bubur, yang Erick yakini adalah buatan tangan Kirana.

Kirana dengan sabar dan telaten menyuapi Erick. Tapi Erick hanya mampu menelan sampai empat sendok saja. Kirana memberinya obat dan membantunya kembali berbaring dengan mata terpejam.

Erick merasakan Kirana akan pergi meninggalkannya. Hatinya tidak mengizinkan itu terjadi. Ia ingin Kirana tetap di sini. Di sisinya. Ia tidak mau ditinggal sendirian. Kemudian Erick menahan Kirana dan memberikan tempat kosong di ranjangnya untuk Kirana. Di sampingnya.

Sandiwara Cinta Kirana (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang