SCK 23

18.9K 1K 116
                                    

Kirana masih menyendiri di dalam kamarnya. Ia enggan menemui suami yang telah menyakitinya. Bukannya Kirana tidak dengar ketukan pintu dan suara Erick yang terus meminta maaf, ia jelas sekali mendengarnya. Tapi egonya mengatakan untuk membiarkan pria itu terus memohon di luar sana.

Sumpah. Kirana sangat hancur tadi malam. Ia seperti orang yang telah kehilangan akal sehingga mengamuk dan merusak dekorasi candle light dinner yang susah payah ia siapkan. Untung saja Bik Nina mendengar teriakan-teriakan keras Kirana, jadi wanita paruh baya itu cepat-cepat menghentikan amukan sang istri majikannya.

Kini Kirana berendam air hangat dalam bath up agar lebih tenang. Sakit hatinya lebih parah dari yang pernah ia rasakan sebelumnya. Semua lelaki yang terlibat dengan diriya, pergi meninggalkannya demi perempuan lain. Begitu tak pantasnya dia dicintai seseorang.

Habis sudah air mata Kirana menangisi nasibnya semalaman. Kini hanya hancur yang ia rasakan. Tak ada lagi yang lebih sakit dari penghianatan suaminya. Bahkan luka sederet sayatan-sayatan tipis di kedua pergelangan tangannya tak ada apa-apanya.

Kirana sadar, dirinya memang bodoh telah mencintai Erick begitu dalam. Harusnya ia tahu jika dari awal pernikahan ini hanya sandiwara, maka ia harus siap dengan segala resikonya. Ia terlalu terbawa perasaan, apalagi saat Erick berperilaku seolah memujanya.

Wanita cantik itu kini duduk berselonjor di balik sisi ranjangnya. Pagi ini harusnya ia berangkat ke kantor mendampingi bos sekaligus suaminya itu meeting. Tapi ia tidak siap melihat Erick sekarang. Rasa marah, benci, dan kecawa lebur menjadi satu. Kirana mengelus dengan sayang perutnya yang sudah terlihat menonjol.

"Maafin Mama, sayang ...." lirihnya menahan air mata.

Kemudian ia meraih ponsel yang ada di sampingnya dan mencari nama seseorang.

"Halo ...."

"... Pak, hari ini saya tidak bisa masuk kerja." Ucapnya lemah.

"Apa terjadi sesuatu?"

Kirana menggeleng lemah walau ia tahu kalau Pak Hendra yang ada di ujung sana tidak dapat melihatnya.

" ... apa saya boleh menyerah ... sekarang?"

**

Sore itu benar-benar hari yang membuat Erick bimbang. Ia juga tidak menyangka jika Kirana bisa semarah itu. Selama dua hari Kirana tak keluar kamar. Ketika keluar kamar, seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka. Erick juga tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Namun tiba-tiba istrinya itu meminta mengakhiri hubungan mereka. Sejak hubungan mereka lebih intim Erick tidak berpikir untuk melepaskan Kirana. Erick sempat menghalangi keinginan istrinya itu, namun Kirana tetap pada kemauannya.

"Kamu tau, Kirana? Pernikahan ini belum berumur satu tahun. Kalau kamu ingin berpisah sekarang, kamu nggak akan bisa membawa apapun dari sini!" Tegas Erick bermaksud mencegah Kirana.

"Aku tau. Aku juga nggak berminat untuk membawa materi yang pernah Mas Erick berikan kepadaku. Aku menerima ajakan Mas Erick dulu bukan karna materi, tapi karna aku menginginkan hatimu."

Erick tertegun mendengar penuturan Kirana.

"... dan aku cukup tau diri jika hatimu nggak bisa aku dapatkan ... jadi tolong ... biarkan aku bahagia."

Mendengar permintaan Kirana, Erick merasa dadanya kembali dihujam batu besar. Jujur, ia sangat menyesal telah mengabaikan Kirana jika akhirnya seperti ini.

Sekarang sudah lewat tiga hari Kirana pergi dari rumah setelah ia mengucapkan kalimat talak pada wanita itu. Mereka sudah resmi bercerai secara agama.

Sandiwara Cinta Kirana (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang