CEO Gila vs Psikiater Bar-bar |5| |Little Concern|

30.9K 2.4K 70
                                    

Hai readers!

I'm back!

Don't forget to vote, comment, and share ya!

Happy reading!

Thank you!

***

"Thank you," ucap Kirana saat Tommy menyodorkan sebuah sandwich di hadapannya. Kenapa pria di sebelahnya itu sangat perhatian? Tanpa banyak bicara, Tommy menyediakan sarapan untuknya mengingat dirinya langsung mengikuti pria itu tanpa sempat sarapan tadi.

Tommy tak membalas. Pria itu hanya menyandar dengan sebuah iPad di tangannya. Selama beberapa saat hanya hening yang memenuhi ruangan berdominasi hitam itu.

"Jadi kenapa kau tidak membangunkanku?" tanya Kirana memecah keheningan beberapa menit kemudian, masih sambil mengunyah makanannya.

Hening.

"Bukankah katamu aku harus berolahraga bersamamu?" Kirana kembali menggigit sandwichnya.

Hanya suara pelan kunyahan Kirana yang terdengar.

Kirana menelan sandwich dengan banyak sayur itu. "Tanganmu kenapa?"

Tidak ada suara.

"TOMMY!" seru Kirana kesal.

Ceklek. Pintu ruangan Tommy terbuka.

"Bro–" Pria yang menggenakan setelan abu-abu yang baru melangkah masuk itu langsung terdiam begitu mata cokelatnya menangkap keberadaan Kirana. "Oh, siapa wanita cantik ini brother?" Pria jangkung itu menatap Kirana dengan lekat.

"Apakah dia alasanmu menunda meeting selama 30 menit?" Mata cokelat pria yang berdiri di depan Kirana itu menyusuri Kirana dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Dennis," panggil Tommy penuh peringatan dengan nada rendah.

Pria yang dipanggil Dennis itu tidak mengalihkan pandangannya, melainkan mengulurkan tangannya. "Dennis Burton, sepupu Tommy Fletcher."

Tommy menghela nafas. Matanya menatap tajam satu-satunya saudara yang masih menganggapnya itu. "Den–"

Suara Tommy terpotong dengan suara Kirana yang menyambut uluran tangan Dennis. "Kirana Lorraine Ananta–" Kirana mengantung kata-katanya seraya menoleh, menatap Tommy. "Seseorang yang harus bersama Tommy 7 hari 24 jam."

Dennis langsung menoleh, menatap Tommy sambil melotot. "Dia kekasihmu?!"

Tommy hanya menatap Dennis dengan tatapan tajam nan datarnya seakan berkata mana mungkin ucapan Dennis itu benar.

Dennis mengangkat alisnya sebelum menatap Tommy dan Kirana bergantian. "Bukan?"

Kirana menggeleng sedangkan Tommy tidak mengubah ekspresinya.

Beberapa detik kemudian, sebuah senyum lebar terlukis di wajah Dennis. "Kalau begitu aku punya kesempatan mendekatinya!" seru Dennis semangat sambil menatap Kirana menggoda.

"Tidak!" sahut Tommy langsung dengan suara keras yang membuat Dennis dan Kirana menatapnya heran.

Kirana mengangkat alisnya.

"Kau menyukai Kirana?" tanya Dennis dengan tidak percaya mengingat tidak sekalipun sepupunya itu terlihat dekat dengan seorang wanita.

Tommy mendengus seraya membuang wajahnya. Sial, reaksi macam apa tadi?

CEO Gila vs Psikiater Bar-Bar (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang