Hai readers!
I'm back!
Don't forget to vote, comment, and share ya!
Happy reading!
Thank you!
***
"Dia belum turun?" Tommy menatap datar salah satu maidnya yang sedang menata berbagai macam makanan untuk makan malam di meja yang terbuat dari kaca di hadapannya.
Maid berjenis kelamin wanita itu menunduk. "Belum, Sir."
Tommy mendesah pelan. Pria yang memakai kemeja itu berbalik dan kembali masuk ke lift menuju lantai tiga. Letak kamarnya dan kamar Kirana berada.
Tidak ada alasan lain selain Kirana sengaja menghindarinya. Sejak menapakkan kaki di mansionnya, wanita itu sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya. Sepertinya wanita itu malu.
Mengingat gelagat malu wanita itu membuat sudut mulut Tommy kembali naik, tidak banyak, hanya sedikit namun cukup membuat pengawal yang bersitatap dengannya saat pintu lift terbuka terheran-heran.
Senyum Tommy langsung menghilang. Ia berdeham sebelum mendatarkan ekspresinya dan melangkah cepat menuju kamar Kirana yang berada di sebelah kamarnya. Sial, bisa-bisa hancur reputasinya sebagai pria dingin.
Tok. Tok. Tok.
Tommy mengetuk pintu hitam itu dengan menahan keinginannya untuk langsung membuka atau mengetuk pintu itu dengan tidak sabaran. Selama ini dirinya nyaris tidak pernah mengetuk benda dari kayu itu.
Namun ternyata hal ini tidak terlalu susah. Entah karena semua orang melakukannya atau karena jantungnya yang bereaksi berlebihan atau matanya yang ingin segera bertatapan dengan mata hitam itu.
Sedangkan di dalam sana, Kirana langsung mengigit bibirnya sambil berjalan ke sana kemari bak setrika saat pintu kamarnya diketuk. Apa itu Tommy? Dirinya sangat malu untuk bertemu dengan pria itu. Haish, kenapa dirinya harus menutup mata sih?!
Wait. Langkah Kirana berhenti. Bagaimana jika yang mengetuk kamarnya adalah pengawal atau maid Tommy? Bagaimana jika akibat terburuknya mereka bisa dipecat? Mengingat dari yang ia baca, Tommy adalah pria yang cukup pemarah, setidaknya pada pegawai atau rekan kerjannya yang tidak becus.
Mau tak mau, Kirana berjalan mendekati pintu. Ia harus memastikannya. "Siapa?!" serunya.
Di balik pintu itu, Tommy memanggil salah satu pengawalnya yang kebetulan lewat dengan tangannya.
Pengawal yang memakai setelan hitam itu langsung mendekat. "Ya, Sir?"
"Jawab dia," bisik Tommy dengan suara sangat kecil seraya menunjuk pintu hitam itu.
"Siapa?" kembali terdengar teriakan Karina dari sebrang sana.
Sambil menatap atasannya dengan heran, pengawal itu berseru setelah mendapat anggukan dari Tommy. "Saya, Miss."
Cklek.
Tommy mengkode pengawalnya itu agar kembali menjalankan tugasnya. Lalu ia menoleh.
"Kamu," gumam Kirana dengan mata terbelalak sambil mencoba kembali menutup pintu kamarnya. Namun gagal karena sebuah tangan kekar langsung menahannya. Tommy.
"Apa?" Kirana menatap Tommy garang.
Tangan Tommy menarik tangan Kirana dengan sekali sentakan hingga wanita itu sukses keluar dari kamarnya. "Dinner," ucapnya pelan dan datar tetapi cukup membuat Kirana bungkam.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO Gila vs Psikiater Bar-Bar (End)
RomanceEND. 1 #barat 1 #usa 1 #complicated 1 #complete 1 #mental Tommy Fletcher, seorang billionaire yang terkenal akan ketampanan bak dewa Yunani. Julukan pria dingin dan misterius sangat melekat di pria jangkung ini. Namun siapa sangka Tommy rutin berko...