"Ia mendatangiku setiap malam."
Beberapa orang bilang ia murahan, jahat, ada juga yang bilang dirinya telah gila. Ah, dunia memang dipenuhi orang-orang tak berperasaan yang berani mengkritik tanpa mengintrospeksi diri. "Aku tidak gila, tapi sepertinya nyaris." Ia terkekeh, lantas mengusap wajah agak kasar berkali-kali.
Orang-orang berkata bahwa sosok perempuan yang satu ini adalah badai, yang datang bersama hal tak terduga setelah sekian tahun menghilang tanpa kabar. Ada yang bilang ia kabur ke Belanda padahal usianya masih muda di kala itu, baru lulus SMA. Ia mungkin akan diperalat seseorang, menjadikannya senjata setelah menempa bertahun-tahun.
"Ia ganggu tidurku. Ia selalu muncul di setiap mimpiku. Aku bisa rasakan belaian tangannya seolah nyata kurasa seperti hidup di dunia nyata. Aku tak bisa membedakan mana saja bagian mimpi dan mana saja yang sifatnya nyata, sebab sudah sering sekali kurasa badanku lemas dan tiba-tiba ketika aku terbangun sosoknya muncul di hadapanku. Ia membisikkan kalimat penenang, kadang ia juga belai rambutku sampai aku tertidur kembali-"
"Apa setelah itu kau merasa seperti ketindihan? Bagaimana kalau sleep paralysis?"
"Bukan, tolong jangan menyela, Tuan Sarjana S2. Biasanya saat aku kembali tertidur setelah ia datang untuk menenangkanku, semua bayang-bayang itu akan menghilang. Lalu pagi akan tiba dan aku sadar dengan dunia nyata. Jadi, aku belum gila, kan?"
Hening lumayan lama, si pria yang dipanggil menggunakan sebutan jenjang akhir pendidikannya itu pun terlihat sedang memainkan jemari di atas keyboard komputer. Pada jas di bagian dada sebelah kanannya terjahit benang-benang bordir yang membentuk susunan huruf C-H-O-I dan disambung lagi dengan Y-O-O-N-G-I. Ia adalah seorang psikiater, yaitu profesi yang benar-benar ia sesali sebab profesi itu sama sekali tidak memiliki kecocokan untuk pribadi introvert. Ia jarang bicara di luar jam kerja, sebab di waktu-waktu seperti ini dirinya benar-benar dituntut untuk tetap berinteraksi bersama manusia-manusia keji yang ternyata masih butuh bantuan.
"Kudengar beberapa hari lalu kau membuat kekacauan. Kau hampir melompat ke Sungai Han, kenapa?" Yoongi bertanya tiba-tiba tanpa angkat kepala sama sekali dari hadapan komputer. "Kau datang kemari setiap minggu, tapi tidak pernah mengatakan apa pun selain tentang mimpi. Lantas apa ada yang kau sembunyikan sekarang, Jeong?"
Pasien yang kini duduk di atas kursi yang berseberangan dengan Yoongi itu pun lantas berdiri seraya mengaitkan tasnya kembali ke bahu. "Sudah berkali-kali kukatakan tapi seorang pun tak ada yang percaya. Yasudah aku pergi, aku juga tidak mau konsultasi denganmu lagi," ucapnya lalu melangkahkan kaki keluar ruangan.
Yoongi yang tertinggal di dalam pun lari mengejar dan berteriak-teriak memanggil. "Jeong! Jeongyeon! Gu Jeongyeon!" Tapi sayangnya perempuan dua puluh enam tahun yang dipanggil Jeongyeon itu sudah terlanjur keluar dari rumah sakit, sedangkan untuk mengejarnya tentu tak akan mungkin sebab ada banyak pasien lain yang sedang menunggu giliran. Maka dengan langkah pelan Yoongi kembali ke ruangannya, ia menghela napas panjang. "Argh! Sial!" umpatnya dengan satu gerakan kasar menyisir rambut ke belakang dengan jari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalopsia: Lonely Sailing
WerewolfAkibat dari masa lalu yang kelam, Gu Jeongyeon mendedikasikan seluruh hidupnya untuk membalas dendam. Ia berpikir, segala duka yang hadir di jalannya adalah kesalahan dari seseorang dan memang sudah seharusnya ada yang bertanggung jawab. Pada upaya...