0.6 | Hal-hal yang terpendam

427 128 18
                                    

Note: Sebagai pengingat aja, sebenarnya udah dibahas di chapter sebelumnya. Aku make usia karakter di sini sesuai tahun lahir asli si visualisasi. Misal Jeongyeon itu 1996, Jimin 1995, Seokjin 1992, begitu juga dengan Yoongi dan Hoseok. Tapi kalo Lim, karena dia memang gaada visualisasi, aku buat karakter dia seumuran sama Seokjin.

Happy reading ❤️

Delapan tahun yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Delapan tahun yang lalu.
Musim gugur, 2015

Di tengah malam yang dingin ketika sunyi lebih dahulu melingkupi seluruh kota, pria dengan jaket hitam tebal dan topi baseball yang menutupi sebagian wajahnya berjalan tergesa-gesa menembus lorong-lorong yang mulai sepi.

Wajah pria itu dihiasi oleh memar dan pada sudut bibirnya darah menetes. Kakinya pincang dan buku-buku tangannya membiru. Napasnya berhembus kencang bersama dadanya yang kembang-kempis seperti orang yang habis terlibat adegan kejar-kejaran.

Ia mencoba memasukkan kunci pintu dengan tergesa-gesa, itu menciptakan suara berisik di tengah-tengah senyapnya atmosfer. Ruangan yang dimasukinya benar-benar gelap dan ada suara isakan yang bercampur dengan suara air tumpah dari kamar mandi. Maka dengan cepat ia lari menuju kamar mandi. "Nona!" serunya penuh kepanikan.

Yang dipanggil dengan sebutan Nona itu pun mulai mengangkat kepalanya dengan lemas. Badannya basah dan sangat dingin, sedang bibirnya mulai membiru karena terlalu lama mengguyur badannya dengan air.

"Lim..." panggilnya dengan suara lemas.

Lim yang seharusnya bertanggung jawab atas keselamatan Gu Jeongyeon seketika menjadi kalang kabut, ia lari menuju lemari dan mengambil sebuah handuk, juga selimut. Shower yang masih menyala mengguyur tubuh sang majikan langsung dimatikan, lalu ia menggosokkan handuk untuk mengeringkan rambut perempuan tersebut.

Selimut tebal itu juga dililitkan pada badannya, lalu Lim menggendongnya menuju kasur.

Oh, bahkan pria asing berhati dingin ini pun masih punya rasa kemanusiaan begitu melihat Jeongyeon kacau melebihi kucing liar yang kelaparan selama berminggu-minggu.

Berkali-kali Lim mencoba menghubungi Seokjin, tetapi panggilannya terus ditolak. Kakinya yang tadi berjalan pincang kini menendang-nendang lemari besar di sudut kamar dengan gelisah, sedang tangan kirinya berpangku tangan pada kursi tua dari kayu di samping meja rias.

Usaha yang tidak membuahkan hasil itu pada akhirnya membuat Lim menyerah, ia meletakkan ponsel ke atas meja dan bergegas menghampiri Jeongyeon yang telentang di atas kasur.

"Nona, dengarkan aku baik-baik." Lim meneguk ludahnya dengan susah payah. Napasnya yang bergemuruh dapat terdengar jelas dan hembusan napasnya yang tidak beraturan tidak sengaja mengenai wajah Jeongyeon.

Kalopsia: Lonely Sailing Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang