Selamat berbahagia,
akhirnya setelah sekian
chapter baru ada hal
baik di ujungnya bwahaha.
Sampai jumpa di ujung![Happy Reading]
Pada awalnya Seokjin memang sangat ragu untuk menuruti apa yang dikehendaki sang adik. Bagaimana mungkin dirinya bisa memindahkan tanggung jawab perusahaan kepada orang asing meski itu hanya sementara? Tapi kemudian setelah diskusi dan perdebatan yang panjang, dia mengalah, terlebih lagi usai Haejoon memberi persetujuan tentang hal tersebut.
Tidak, sebenarnya bukan hanya sekedar persetujuan dari Haejoon, tetapi ada hal gila yang dikatakan Jeongyeon. "Jika kalian menganggap Jimin sebagai orang asing, baiklah ... nikahkan kami. Dengan begitu dia akan menjadi bagian keluarga kita," ujarnya hingga membuat Mama tidak habis pikir.
Hanya saja kondisi bungsu Gu tersebut saat ini sedang tidak baik-baik saja, sedikit guncangan mungkin dapat membuatnya retak. Maka keputusan terakhir pun diambil dengan menyetujui Jimin menanggungjawabi Tifone, karena lagipula dia hanya diberi kontrak jangka pendek.
Sesungguhnya, terselip rasa ragu dalam hati Jeongyeon ketika dirinya memaksakan agar Jimin mengambil alih sebagian Tifone sementara dirinya beristirahat. Jimin juga tidak ingin, dan dirinya sendiri terlampau takut pada keserakahan Kwon Haejoon yang mungkin akan mengambil Tifone darinya. Tidak, tidak boleh, dirinya harus berhasil melepaskan Tifone dari Haejoon bagaimana pun caranya.
Dan pada hari ini adalah awal baru bagi Jimin sebagai sosok lain yang sangat asing bagi dirinya sendiri. Tanpa perlu memberi identitas pribadi ataupun menunjukkan pengalamannya di bidang bisnis, dia langsung bisa sampai di sini dengan mudah, tentunya karena Gu Jeongyeon. Di balik meja bertuliskan papan berisi namanya, Jimin tersenyum samar seraya terkekeh lirih melihat dirinya yang tampak asing.
Diperkenalkan Haejoon sebagai dirut pengganti, nama hangul 'Hyun Jimin' menghiasi papan di atas meja, dan Lim menjadi sekretarisnya. Di ruangannya kini, dia berdiri menghadap jendela kaca raksasa yang langsung menghadapkannya pada pemandangan kota dari ketinggian.
Untuk saat ini dia akan membantu Jeongyeon dan sekaligus pula mencari jalannya sendiri untuk membalas dendam. Karena Jimin sendiri tahu, dia maupun Jeongyeon sama-sama saling membutuhkan satu sama lain dan memang memiliki dendam yang sama untuk meminta pertanggung jawaban, maka bersatu adalah jalan yang tepat.
Begitu Lim datang dengan setumpuk dokumen penting yang sempat terlantar selama Jeongyeon cuti, Jimin panggil pria berbadan tinggi tersebut sehingga keduanya berdiri berhadapan. Pada awalnya Lim tertegun, masih bertanya-tanya apa maksud Jimin memanggilnya dan mengapa dia hanya menatap saja. Lalu beberapa detik setelah itu sorot keduanya bak terkunci, iris merah Jimin bagai mengambil alih kesadaran Lim hingga membuatnya terdiam membisu lumayan lama. Setelah itu Jimin pun mengedipkan matanya hingga sorotnya dengan Lim terputus dan dia menyeringai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalopsia: Lonely Sailing
WerewolfAkibat dari masa lalu yang kelam, Gu Jeongyeon mendedikasikan seluruh hidupnya untuk membalas dendam. Ia berpikir, segala duka yang hadir di jalannya adalah kesalahan dari seseorang dan memang sudah seharusnya ada yang bertanggung jawab. Pada upaya...