Pagi ini sebelum memulai aktifitasku mengunjungi kamar-kamar pasien, aku lebih dulu mengunjungi Zoe. Dia melambaikan tangannya padaku seraya tersenyum saat melihatku berdiri di pintu.
“Mau nyuapin aku?” tanyanya saat aku sudah berdiri di dekatnya. Dia mengulurkan mangkuk makanannya padaku. Aku tersenyum melihatnya.
“Baik, ibu dosen cantik.” Sahutku sembari menerima mangkuk dan mulai menyendok makanan.
Zoe tertawa mendengar balasanku. Dia membuka mulutnya saat aku menyuapkan makanan. Bahkan, makanan di mangkuk sampai habis. Perawat yang mengurusnya tersenyum melihatnya. Perawat itu bilang ini adalah pertama kalinya Zoe makan sampai habis. Biasanya dia hanya memakan dua sendok saja.
“Kalau begitu, mulai sekarang, kamu harus menyuapiku supaya makananku habis.” Zoe mengatakannya dengan manja.
Aku tertawa mendengarnya. Tanganku mengusap rambutnya. Senang rasanya bisa melihat Zoe kembali ceria seperti ini. Besok dia juga sudah bisa kembali ke rumah. Aku berjanji, apapun akan aku lakukan untuknya. Demi dia dan kebahagiaannya, aku bisa menghadapi semuanya.
-00-
Pandanganku tidak lepas dari memandangi Zoe yang sedang tertidur pulas. Hari ini, akhirnya, dia bisa pulang dari rumah sakit. Aku sengaja mengosongkan jadwal untuk mengantarnya pulang ke apartemennya. Dan sekarang dia sedang beristirahat setelah meminum obat. Tanganku menyentuh keningnya pelan, dan menyingkirkan rambut-rambut pendek yang menutupi keningnya. Tadi pagi, dia sangat bahagia saat aku mengantarkannya pulang. Dia bahkan sama sekali tidak melepaskan genggaman tangannya. Katanya, dia merasa nyaman bersamaku. Dia juga bilang dia mungkin tidak akan bisa bertahan jika tidak ada aku. Lalu, bagaimana bisa kami berpikir untuk berpisah sebelumnya?
Perhatianku teralihkan saat mendengar ponselku bergetar. Aku beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke luar kamar, karena aku tidak ingin mengganggu tidur Zoe. Aku melihat sekali lagi layar ponselku. Ada nama Anthony di layar.
“Kamu sudah sampai di rumah?” tanya Anthony.
“Ya. Zoe sedang tidur sekarang.”
“Ada yang ingin aku bicarakan denganmu tentang kondisi Zoe.”
Sesuatu kemudian mengusik hatiku, mendengarnya. Apakah ada sesuatu yang terjadi hingga Anthony ingin membicarakannya tanpa kehadiran Zoe?
“Aku akan ke rumah sakit setelah Zoe bangun.”
“Oke. Aku akan menunggumu.”
Telepon kemudian ditutup. Pikiranku terusik memikirkan apa yang akan dibicarakan Anthony. Apakah kondisi Zoe memburuk sehingga dia ingin membicarakannya secara pribadi denganku?
Tanganku menggenggam erat ponsel. Pikiranku terus berputar, memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi.
-00-
“Ternyata keadaan Zoe tidak sebagus kelihatannya.” Ucap Anthony sembari menyodorkan hasil EKG dan beberapa berkas tentang kondisi kesehatan Zoe.
Aku menerimanya dan mulai membacanya.
“Aku pikir harus dilakukan tindakan karena otot jantungnya mulai mengalami penebalan abnormal. Obat yang selama ini aku berikan tidak memberikan efek signifikan.” Lanjutnya.
“Maksudmu operasi?”
“Ya. Myectomy septum.”
Aku diam. Operasi akan menjadi sesuatu yang besar untuk Zoe. Tetapi, melihat hasil pemeriksaannya, aku lebih takut jika terjadi sesuatu yang buruk padanya. Kemungkinan dia akan mengalami gagal gantung juga besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day We Had
RomantiekAku tidak pernah berpikir kalau takdir akan membuatku bersinggungan dengan perempuan bernama Zoe. Membawaku pada keputusan-keputusan besar, termasuk mengakhiri pertunanganku dan memilih menikahinya. Namun, aku tidak pernah menyesali setiap waktu yan...