Chapter 01 : OSPEK

2.7K 166 38
                                    

pelecehan seksual
⚠ kekerasan
⚠ kata kasar

Suatu Kampus di Ibukota
Pukul 05.43 WIB

"Hachim!" Lyodra menggosok hidungnya setelah bersin akibat udara pagi yang sangat dingin. Ya, pagi buta Ia sudah di tengah lapangan, berdiri terkantuk-kantuk dengan mata setengah terpejam.

Dingin banget Ya Tuhan, Lyodra butuh kehangatan. Lyodra membatin lalu terkikik geli, menertawakan suara batinnya sendiri yang terdengar menjijikkan.

"BARIS YANG RAPI WOI!!" Teriakan seorang senior membuat Lyodra hampir melompat kaget, menyebabkan rasa kantuknya hilang meski hanya sedikit.

Disinilah Lyodra sekarang, berbaris dengan name tag besar tergantung yang membuatnya terlihat bodoh. Lalu, kenapa Ia tetap memakai name tag itu? Apakah karena takut pada senior?

Tidak, Ia hanya memakai name tag tersebut sebagai bentuk penghargaan atas usaha Ziva membuatkannya name tag. Ia juga tidak mengerti kenapa teman sepercicilannya itu terlihat takut pada senior-senior tidak jelas ini. Padahal, Ziva itu tukang labrak.

"Ly, tutupin." Nada suara Ziva yang berbaris di belakangnya terdengar takut saat salah satu senior bermuka sangar lewat di samping barisan mereka. Lyodra mengenali senior itu, Ia adalah senior yang Ia tahu pernah membully Ziva saat masih SD.

Oh, tentu saja, trauma masa kecil mungkin menjadi sebabnya.

Lyodra tidak menertawakan Ziva yang ketakutan. Meski Ia dikenal pecicilan dan jarang serius bila bersama teman dekatnya, Ia tahu tempat. Tidak semua hal bisa dijadikan bahan candaan.

"LEMAH AMAT KALIAN! CUMAN DITERIAKIN DOANG, MUKANYA UDAH KAYAK MAU PINGSAN!" Senior itu tertawa, memperdengarkan suara buruknya yang menggema seantero lapangan.

Cih, mental pembully.

Lyodra menggertakkan gigi menahan emosi, menatap senior itu tajam. Ia mengambil napas, berusaha mengendalikan emosinya untuk tidak melabrak senior tersebut. Masih pagi untuk membuat keributan.

Jengah melihat senior yang sedang berbicara di depan, Ia menoleh ke belakang. Nampak seorang gadis dengan rambut bergelombang apik memasuki gerbang. Merupakan hal yang buruk, karena gadis itu terlambat.

"Eh, kamu yang telat. Sini-sini!" Seru seorang senior di dekat gerbang yang memanggilnya untuk mendekat. Anehnya, nada suaranya berubah menggoda, tidak membentak-bentak seperti tadi.

Hal itu disadari Lyodra. Ia memicingkan mata, mengamati senior dan maba yang terlambat itu. Cara senior itu menatap gadis yang terlambat itulah yang mendorongnya untuk bertindak.

"Sam, titip Ziva." Lyodra menepuk bahu Samuel, menyuruhnya berpindah posisi di depan Ziva yang masih menunduk ketakutan.

Samuel langsung paham, menggantikan posisi Lyodra yang sudah menerobos lautan maba yang menghalanginya. Sambil terburu, Ia berseru, "Permisi, permisi..."

Sementara di dekat gerbang, keadaan sudah lebih genting. Jarak senior dan maba itu terlalu dekat, membuat kekhawatiran Lyodra berubH jadi keyakinan.

"Cantik-cantik kok telat." Senior itu mengusap-usap dagu maba dengan tulisan name tag Tiara itu, menyeringai menatap maba yang sekarang menunduk takut.

"Kenapa kok telat?" Senior itu semakin berani. Ia mengusap lengan Tiara, lalu turun hingga menyentuh pinggangnya. Tak hanya sampai disitu, Ia hampir meraba paha Tiara.

Tiara ketakutan, badannya gemetar hebat, lututnya lemas, suaranya tercekat, ingin berteriak tapi tidak bisa. Ia juga tak bisa berontak sebab kedua tangannya dicengkeram oleh pria menjijikkan itu. Ia hanya bisa menangis tertahan, berdoa dalam hati.

Chasing By The Past | Lyodra x TiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang