DEGHA : CONFESSION.

88 13 0
                                    

      Belakangan saya lagi suka nonton kdrama 18 Again. Drama adaptasi filmnya Zac Efron yang lawas itu 🤣 . Dibintangi Lee Do Hyun si mas kunang2 dalam Hotel De Luna. Dari banyak segi, versi Kdramanya jauh lebih bagus dan ngena di hati ketimbang versi aslinya.

    Kalau teman2 sendiri lagi suka nonton kdrama apa? >.<

    Have a great day all.
    Warm& Regards 💗

    Buat yang belum follow, yuk mari follow dl ya. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian berupa vomment ya. I 💗u all
**************************

     Saat aku terjaga, waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Teman sekamarku sedang tidak ada di kamar.

     Memang ada alasan khusus kenapa aku mengajak Aktor itu untuk sekamar denganku. Ada beberapa hal pribadi ingin kutanyakan padanya. Sejak insiden di Hotel pada malam acara penghargaan itu, aku selalu bertanya-tanya dalam hati. Ada hubungan apa sebenarnya antara seorang Han Daniel dengan Kamina Praninda?

   Meski jauh dilubuk hati aku sudah tahu jawabannya. Mereka pasti sepasang kekasih. Dulunya. Segalanya terlihat jelas semenjak Daniel menjadi Host di program kami.

   Dari cara Daniel menatap Mina. Pandangan intens yang terus menerus pria itu berikan, bahkan saat Mina sedang tak memperhatikannya. Aku mungkin diam saja tapi bukannya bodoh.

   Padahal aku telah berjanji pada diri sendiri untuk tetap bersikap tenang sesuai rencana. Namun niatku goyah juga, saat tanpa sengaja mendengar ucapan Daniel tadi siang. Ketika dia tengah menelpon seseorang diluar balkon kamar. Dan mengira aku masih mandi.

    "Aku akan menyatakan lagi perasaanku padanya hari ini. Semoga semuanya berjalan lancar"

    Seharusnya aku langsung mengkonfrontasi Daniel saja tadi. Alih-alih menunggu waktu yang tepat dan malah ketiduran.

    Tak mau membuang waktu. Aku bergegas berganti pakaian. Memakai sepatu ketsku kemudian beranjak keluar kamar. Dan mendapati perempuan itu duduk di sana. Di atas sofa ruang tamu, menonton televisi dan tertawa kencang sekali.

   "Hei, bisa kamu kecilkan volumenya?" kataku. Seraya berjalan mendekati Diksya.

    Wanita itu cuma melirikku sekilas, raut mukanya seketika berubah kembali dingin. Astaga, sampai kapan dia bakal memusuhiku. Hanya karena selama ini aku diam, bukan berarti aku tahan terus menerus disalahkan.

    Diksya tidak pernah tahu cerita sesungguhnya. Dibalik putusnya hubunganku dengan Nindi. Sahabat baiknya sejak SMA. Harusnya aku memberitahunya namun kupikir, karena dia teman Nindi sudah semestinya perempuan itu yang mengatakan segalanya. Itu hak dia untuk bercerita. Ternyata pikiranku salah besar. Nindi bersikap seakan dia sepenuhnya korban, dan kini sudah sangat sulit mengubah image ku di mata Diksya.

   Menurut Diksya, aku ini sejenis virus yang perlu dibasmi dari atas muka bumi.

    Diluar dugaan, Diksya meraih remote dan mengecilkan volumenya. Kini aku berdiri tepat disampingnya seraya berkata.
  
    "Bukan suara televisinya. Tapi suara kamu tuh. Kalah toa Masjid"

    Sepasang pupil Diksya melebar. "Ya!" dia meraih bantal lalu dengan cepat melemparkannya ke arah wajahku.

    Beruntung refleksku sangat bagus. Aku berhasil menghindar tepat pada waktunya namun.

    Benda itu justru melayang mengenai korban lain. Dalfin Santoso.

    Diksya seketika berdiri, wajahnya pucat. Dengan panik dia berlari mendekati pemuda itu.

(COMPLETED!) FIXING ME.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang