Pagi ini saat aku bangun Kak Dipta sudah tidak ada di kamar. Menghela nafas panjang, aku pun segera bangkit dan siap beraktifitas. Membenahi kamar, mandi. Namun aroma harum khas bawang putih dan bunyi berisik dari dapur segera menyambutku seusai keluar dari kamar.
Bau enak yang sangat lezat menuntunku hingga ke dapur. Di sana rupanya Kak Dipta sedang asyik memasak. Masih hanya memakai boxer, punggung telanjangnya terpampang jelas. Tubuhnya yang tegap, besar berototnya tampak sibuk bergerak seiring sepasang tangannya bekerja. Bisep dan trisep terlihat di antara kegiatan melemparkan telur dari atas teflon. Kulit coklat keemasannya berkilau setiap kali terkena pancaran sinar matahari dari jendela yang ia buka, agar udara segar pagi hari dapat masuk.
Sewaktu berputar, Kak Dipta tersenyum lembut padaku. Garis tegas pada tulang pipinya membuat ketampanannya di pagi hari naik ke level sempurna.
"Nasi goreng jawa plus omelete keju. Aku dengar pola makanmu berantakan beberapa hari ini jadi mulai sekarang aku akan mengontrol dan mengatur asupan gizimu" tukasnya santai. Sembari meletakkan omelete tersebut ke atas dua piring datar berisi nasi goreng jawa bagian masing-masing yang mengepulkan asap panas.
Mataku bersinar, air liurku rasanya sudah siap menetes.
Kak Dipta meletakkan teflon ke tempat cuci piring, lalu menarikkan sebuah kursi buatku.
"Terima kasih" kataku saat duduk.
Merasa begitu bersyukur, sebab memiliki seseorang yang begitu perhatian dan peduli padaku.
Kak Dipta duduk disampingku, memimpin doa pagi lalu kami pun mulai makan.
Reaksi pertama yang kulakukan setiap kali memasukkan suapan pertama makanan apapun ke dalam mulutku adalah. Memejamkan mata
Menikmati sensasi sentuhan rasa awal yang diakibatkan makanan tersebut pada lidah dan juga badanku.
"Ini enak. Masakan Kak Dipta selalu yang terbaik di dunia" kataku berapi-api.
Aku menoleh dan melihatnya tertawa melihat kelakuanku. Sayangnya ekspresi lepas Kak Dipta hanya berlangsung sesaat. Secepat kedipan mata pandangannya langsung berubah serius.
Aku hanya bisa menghela nafas diam-diam. Sepanjang aku mengenalnya Kak Dipta selalu seperti ini.
Serius. Ambisius. Sekaku dan sekering kanebo kalau bahasa anak zaman sekarang. Dan aku termasuk satu dari sangat sedikit orang yang mengetahui keinginan terbesar Kak Dipta.
Menjadi orang tak terkalahkan dan menakhlukan dunia. Di mulai dari, memunculkan dirinya pada halaman-halaman dan cover depan majalah bisnis atau orang terkemuka tingkat Nasional.
Kak Dipta telah menjalani hidup yang sangat keras. Selama bertahun-tahun di Jakarta. Kekejaman, persaingan, permusuhan, telah menempanya menjadi sosok tangguh.
Musuh takut padanya, kawan mengagguminya. Namun di balik itu semua Kak Dipta adalah lelaki rapuh dan membutuhkan penopang.
Selama ini aku sudah melakukan tugas itu, berharap baginya cukup baik.
"Proposal program baru darimu telah ku -ACC" tukas Kak Dipta tenang.
Tapi aku terkejut. Tersedak. Dengan cekatan Kak Dipta mengambilkan air minum untukku sembari membelai lembut punggungku.
"Harus segitu kagetnya ya?" Kak Dipta tampak geli.
"Tentu saja aku kaget. Kenapa Kakak nggak bicara dulu denganku, tiba-tiba langsung memutuskan? Aku kan sudah bilang dari awal itu hanya ide yang muncul ketika aku sedang iseng. Selain itu bukannya menyalahi aturan seorang Editor naskah sepertiku mengajukan rancangan baru, terlebih lagi aku kan orang baru di kantor Kak. Lalu apa kata Bu Kinan selaku Direktur Keuangan? Apa beliau sudah setuju" kalimatku berhamburan panik keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
(COMPLETED!) FIXING ME.
RomanceKepergian Kamina Praninda'Mina'(22) dari kota asalnya ke Jakarta pada awalnya adalah untuk menghapus rasa sakit hati atas cinta sekaligus mengejar mimpi dan cita-citanya. Namun kehadiran Degha Afanjaya (27) playboy kelas paus yang dengan terang-te...