Prilly mendorong trolinya menyusuri super market yang terletak di tengah kota ini. Kakinya melangkah menuju rak susu ibu hamil lalu memasukkan tiga dus. Matanya meneliti benda demi benda agar dapat memastikan kandungan zat nya.
"Ada tambahan, bu?" tanya penjaga kasir sambil mendekatkan barang ke alat penentu harga.
Prilly menggeleng sambil tersenyum simpul. "Tidak ada," ucapnya sekenanya.
Penjaga kasir itu hanya tersenyum lalu memasukkan belanjaan Prilly kedalam kantong pelastik. Prilly menghembuskan nafasnya menatap belanjaannya yang lumayan banyak. Jika ada suaminya, pasti pria itu dengan cepat melarang keras Prilly untuk mendorong troli.
Kaki jenjang Prilly telah berada didepan supermarket, tangannya masih setia memegang troli. Cuaca siang ini cukup mendung, awan hitam menutupi langit yang seharusnya warna biru.
Wanita itu mendorong trolinya menuju mobil di Parkiran yang tak jauh dari tempat ia melangkah.
"Maaf ya sayang ya, buat kamu kecapean." Prilly menyandar pada kursi kemudi, dia memejamkan matanya sejenak. Tangannya tak henti-henti mengelus perutnya.
Tak lama, ia menyalakan mesin mobil. Sebenarnya, Prilly tidak boleh mengemudi lagi oleh Ali dan keluarganya. Namun dalam kondisi mendadak seperti ini, Prilly tidak mau merepotkan siapapun.
Jalanan lumayan lengang, mobil motor berlalu lalang dengan santainya dari lawan arah mobil yang Prilly kendarai. Mobilnya melaju dengan kecepatan standar, Prilly membelok setir bukan kearah Rumahnya.
Saat sudah memasuki pekarangan Rumah seseorang. Prilly bergegas turun dari mobil, ia terdiam sebentar menatap bangunan yang lumayan besar ini.
Tuk tuk tuk
Terdengar suara langkah kaki dari dalam. Prilly memundurkan langkahnya, menunggu pemilik Rumah membuka pintu.
"Eh, ada Prilly."
Prilly tersenyum. "Assalamualaikum, Tante." Prilly mencium sopan punggung tangan wanita paruh baya dihadapannya ini.
"Udah lama enggak dateng kesini. Wah, udah mau punya anak ya, berapa bulan ini?"
"Lima bulan, Tante," jawab Prilly.
Wanita paruh baya itu mengangguk. "Ayo masuk!"
Prilly menggeleng. "Enggak Tan, Prilly kesini mau ketemu Gritte. Gritte nya ada ga, Tan?"
Wanita paruh baya itu, terdiam sebentar. Dari raut wajahnya, ia tampak bingung. Prilly yang menyadari itu mengerutkan dahinya sambil menatap intens.
"Gritte...."
"Gritte ada kan, Tante?"
Wanita paruh baya itu bernama Ria. Ia menggeleng lirih, matanya berkaca-kaca. Prilly tak mengerti.
"Gritte, kemana, Tante?"
Ria menundukkan kepalanya. Nafasnya terlihat tergesa-gesa dari gerakan tubuhnya. "Gritte, udah ga tinggal disini."
Prilly menganga mengetahui fakta yang baru ia ketahui. Mengapa sahabatnya itu tak cerita apapun? Bahkan Prilly seperti kehilangan kabar gadis itu.
"Tante, tau gak Gritte sekarang ada dimana?"
Ria menggeleng. "Enggak tau," jawabnya.
Mendengar itu Prilly semakin mengerutkan dahi. Ria, ibunya Gritte sendiripun tidak tau keberadaan Gritte, nampaknya benar-benar ada masalah besar yang terjadi.
Tangan Prilly mengelus lengan Ria. Senyuman terukir tipis dibibirnya. "Apa ada masalah antara Gritte dan Tante?"
Ria termenung sambil menatap lurus kemanik mata Prilly. Matanya berkedip sangat pelan. "Ada, Prilly."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Captain
Фанфик[On Going] [Sedang di revisi] Hanya sebuah kisah tentang seorang pilot tampan menikahi wanita cantik dan manis karena sebuah perjodohan. Pilot tampan itu adalah Aliando Syarief. Seorang pilot yang bertanggung jawab dan profesional terhadap pekerjaan...