Drama masuk angin

2.2K 211 27
                                    

Entah hari keberapa yang pasti Prilly tidak tahu, intinya dia masih sabar menunggu waktu dimana Ali akan bangun kembali. Hari-hari yang dilalui terasa sepi dan juga hampa, langit senja yang indah pun tak bisa membuat ukiran melengkung atas bibir Prilly. Tidak ada mata yang terpancar kebahagiaan lagi.

Prilly menghela nafasnya sambil menatap kosong seseorang yang terbaring dihadapannya. Jari-jari Prilly bergerak diatas lengan Ali dan menyelipkan jari tangannya dengan ibu jari tangan Ali. Prilly menempelkan punggung tangan Ali di pipinya sambil merenung.

"Ali enggak cape apa, tidur terus?" lirihnya sambil mengerucutkan bibir.

"Kalau kamu bangun, aku janji gak akan bikin kamu jengkel lagi."

Bibir Prilly mendarat di punggung tangan Ali sambil memejamkan mata beberapa saat. "Baby kita sedih lihat Daddynya gak nyapa dia. Kamu gak kasihan?"

"Ali, ih, aku kangen!!!" Prilly berdecak karena tak ada respon. Jelas, Ali sedang tidak sadarkan diri bagaimana bisa menanggapi ocehan Prilly?

Prilly berhembus nafas pasrah sambil menopang jidat dengan tangan kanannya. Seandainya bisa, Prilly ingin memaksa agar Ali bisa pulih secepatnya, bisa bangun cepat. Prilly merasa hidupnya sepi, benar-benar sepi, bahkan kadang kali Prilly lupa dengan keadaan calon anaknya di dalam perut.

"Silahkan masuk."

Suara dari ujung pintu membuat Prilly menoleh cepat, matanya menangkap kehadiran mama Resi yang diikuti oleh Captain Andri. Prilly tersenyum tipis lalu menyalami Captain Andri.

"Selamat siang, Prilly."

"Siang juga, Captain. Captain Andri apa kabar?"

Captain Andri tersenyum menawan sesuai dengan penampilannya yang sangat lekat dengan kepribadiannya. "Saya baik, kamu gimana Prilly?"

"Alhamdulillah, baik juga."

Prilly mendudukkan dirinya di sofa kamar inap Ali diikuti Captain Andri yang duduk disebrangnya. Suasana hati Prilly sesungguhnya sangat tidak mendukung untuk berbicara dengan siapapun. Tapi, apa boleh buat?

"Saya kaget betul ketika tau kalau Ali dijahati orang sampai dilarikan ke Ugd. Sebenarnya bagaimana bisa Ali sampai di tusuk seperti itu?"

Tidak banyak basa-basi Prilly langsung menceritakan secara detail pasca kejadian. Bibir Prilly setengah bergetar saat mengucapkan kalimat demi kalimat. Hampir saja air matanya luncur ketepian, namun berhasil ia usap secepat mungkin.

Prilly masih berada di zona susah lupa untuk peristiwa yang menegangkan itu. Semenjak kejadian itu, Prilly lebih sering menghindari tempat-tempat gelap dan sepi. Di Kamar rumahnya saja, yang biasanya setiap malam dimatikan lampu, sekarang menjadi terang benderang selagi Ali belum di sisinya.

"Aduh, gila mata banget yang nusukin murid didikan saya. Nanti saya bantu coba cari orangnya, ya."

Mulut Prilly sedikit terbuka membentuk huruf 'o' karena tak percaya dengan kebaikan hati Captain kebanggaan suaminya ini. "Captain serius?"

Captain Andri mengangguk mantap tanpa ragu. "Saya bantu. Coba kirim aja identitas sama fotonya, nanti saya sebar ke teman-teman di luar kota siapa tau ditemukan."

"Makasih banyak, Captain!" kata Prilly sambil tersenyum lebar senang mendapati pernyataan Captain Andri.

"Sama-sama. Kamu tau? Ali itu murid yang sangat pintar diantara senior-seniornya yang pernah saya didik. Bukan membandingkan, namun saya bangga terhadap pendiriannya yang ingin terus berjuang." Captain Andri menghela nafasnya sebelum melanjutkan. "Saya pernah tanya, apa mimpimu? Dia jawab, saya ingin membahagiakan ibu dan kakak saya, serta ingin mencukupi kebutuhan istri dan anak saya kelak."

The Perfect CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang