Gritte

2K 223 26
                                    

"Hish, beres dong! Pasti mereka suka." Prilly membawa nampan berisi toppoki makanan khas korea yang ia buat sendiri khusus untuk suami dan sahabat-sahabatnya yang datang ke Rumah Prilly hari ini.

Prilly tersenyum cerah saat aroma makanan itu menembus indra penciumannya. Ia menyimpan nampan itu meja makan. Mata Prilly melihat Ali dan Verrel berbincang sambil sesekali tertawa yang membuat Prilly terkekeh, sedangkan Tania tadi pamit pergi ke kamar mandi sebentar.

"Halah punya jambul lima senti aja bangga!" ejek Ali sambil menepuk jambul mancung Verrel sehingga menukik kebawah.

Verrel mendengus sambil menoyor kepala Ali. "Gue capek-capek sisir, lo main tepok? Wah, ngajak ribut nih."

"Ayo ribut!"

"Gak takut lo?"

Ali tersenyum menantang. "Ngapain takut?"

"Minum arak sana, biar otak encer."

"Muka lo kali yang encer," kata Ali.

"Muka gue rata!" Verrel menepuk-nepuk pipinya sendiri menunjukkan.

Ali mengangkat sebelah alisnya. "Coba dah, lo tunjuk muka pake jari tangan!" pinta Ali.

Tanpa curiga apapun, Verrel mengangguk kecil lalu mengacungkan jari telunjuknya didepan muka. "Terus?" tanya Verrel.

"Jarinya ngarah ke siapa?"

"Gue."

Ali menyugingkan senyum. "Yang ganteng?"

Dengan muka polosnya Verrel tersenyum girang. "Gue!"

"Suaminya Tania?"

"Verrel Bramasta ganteng tidak tertandingi"

"Si yang ngakunya horang kayah?"

"Gue dong!" Tangan Verrel yang satu lagi menepuk dadanya seolah bangga.

"Si pendosa?"

"Gu--" Dahi Verrel berkerut mendengar lontaran kalimat Ali. Verrel menggeplak mulut Ali sedikit keras, karena sembarangan menyebut dirinya pendosa. Ya...meskipun benar adanya sih. Ali meringis lalu menatap tajam.

Verrel menggelengkan kepala, raut wajahnya dimiris-miriskan. "Kurang ajar mulut lo!"

"Gak usah munafik, lo punya dosa banyak banget sama gue dari orok."

"Orok? Apaan tuh?"

"Bayi, geb!"

Verrel semakin bingung dibuatnya, Ali itu berbicara pakai bahasa apa sih?

"Geb apa pula?" tanya Verrel.

Ali berdecak dan mengambil bantal sofa didekatnya. "BEGO!" pekiknya lantang sambil melempar ke hadapan wajah Verrel.

"Woi, gak usah ngegas dong! Gue kan tanya Geb itu apa, kok dibilang bego?!" kesal Verrel sambil menatap sinis Ali.

"Bapak Verrel tolong jangan buat saya naik darah ya...," kata Ali, matanya berkedip lambat seolah tengah menambah kesabaran.

"Ya elu! Abisnya gue tanya apa, jawab apa!"

"Astagfirullah." Ali terus mengusap dada.

"Napa lo?"

"Dahlah males!" Ali bangkit dari karpet berbulu dan berjalan menghampiri Prilly dengan kekesalan di ubun-ubun nya.

Alis tebal Ali menukik ke bawah, dadanya naik turun. Bisa-bisanya dia punya sahabat tapi sangat susah konek juga.

Ali duduk di kursi mini bar sambil menatap Prilly yang sedang memasukkan es batu kedalam empat gelas minuman. "Kenapa sih?" tanya Prilly seraya terkekeh sambil matanya sesekali melirik Ali.

The Perfect CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang