Chapter 44 : Sarapan

145 30 0
                                    


Ibu Fu Wu Tian meninggal saat dia berumur sepuluh tahun.

Ayahnya, Fu Xiao, menghabiskan seluruh hidupnya di medan perang, dimana dia mengalami kemenangan dan kekalahan. Dan ibunya adalah wanita yang aneh. Dia bukan wanita yang lembut. Karakternya sangat berani. Dia bukan warga negara Da Ya. Rumor mengatakan bahwa Fu Xiao membawanya kembali dari Guan Wai, dan kemudian keduanya tidak lama kemudian menikah.

Fu Xiao berada di Guan Wai sepanjang tahun, dan istrinya tinggal bersamanya di Guan Wai. Ketika Fu Xiao meninggal, dia tidak enggan melepaskannya. Dia hanya meninggalkan beberapa kata, lalu dia mengikuti Fu Xiao.

Ini semua adalah hal-hal yang An Zi Ran dengar sebelum dia menikah dengan istana Fu.

Saat ini, hanya Fu Wu Tian dan Fu lao wang ye, keduanya, yang tertinggal untuk mengelola istana Fu. Hari pertama setelah menikah, seseorang harus menghormati mertuanya dengan secangkir teh. Karena orang tua Fu Wu Tian tidak lagi hidup, satu-satunya tetua yang tersisa untuk dihormati adalah Fu lao wang ye.

Melewati koridor, keduanya tiba di lobi.

Fu lao wang ye sudah bangun. Saat ini, dia sedang duduk di kursi utama dan meminum teh panas yang disajikann oleh seorang pelayan. Di lobi kosong hanya ada dia dan pelayan yang melayaninya.

Saat melihat mereka masuk ke dalam lobi, Fu lao wang ye langsung meletakkan cangkir teh dan menatap lurus ke arah mereka.

Melihat penampilan itu, naluri An Zi Ran memberitahunya bahwa Fu lao wang ye tidak dalam keadaan pikiran yang jernih. Fu Wu Tian pasti dengan sengaja memanfaatkan kondisi lao wang ye agar dia setuju untuk membiarkan cucunya mengambil seorang pria untuk istrinya. Jika lao wang ye tidak sakit, An Zi Ran tidak percaya bahwa dia akan setuju.

[Keduanya berlutut di depan Fu lao wang ye.]

Pelayan itu maju dengan nampan. An Zi Ran mengambil secangkir teh dari nampan dan memberikannya kepada Fu lao wang ye. "Kakek, minumlah teh ini."

Fu lao wang ye menerima secangkir teh sambil tersenyum. Dia menyesap dan kemudian berkata, "Menantu perempuan* saya sangat baik." Kemudian dia menyerahkan amplop merah ke tangan An Zi Ran. Itu tipis dan tidak tampak berat. Kemudian, An Zi Ran menemukan bahwa itu adalah uang kertas sepuluh ribu yuan. Jumlah yang besar itu mengejutkannya.

[t/n: pada translate inggris nya grandaughter in law jadi ak mentranslatenya rasa2 mau di ubahh,, dan karna kakeknya juga sdang pikun yaa aku biarin aja jadi menantu perempuan Q_Q Padahal kan ziran laki2]

An Zi Ran dengan sengaja mengabaikan panggilan 'menantu cucu perempuan'. Tanpa mengubah ekspresinya dia menerima amplop merah dan kemudian mengucapkan terima kasih.

Fu Wu Tian juga menghormati kakeknya dengan secangkir teh, tapi lao wang ye kurang antusias dengan cucunya sendiri.

Ketika mereka bangun, An Zi Ran mendengar Fu lao wang ye berkata kepada cucunya dengan nada suara sombong, "Wu Tian ah, kamu tidak menyia-nyiakan anggur kuat yang kakek bawa. Kamu benar-benar tidak mengecewakan kakekmu. Tapi aku mendengar dari para pelayan bahwa kamu melakukannya dengan sangat intens tadi malam. Ini baru hari pertama, kamu harus berhati-hati agar istrimu tidak terlalu lelah. "

Anggur yang memabukkan?

Mungkinkah anggur yang diminumnya tadi malam?

An Zi Ran segera memandang Fu Wu Tian hanya untuk melihat dia berkata, "Kakek, saya tahu apa yang saya lakukan."

Fu lao wang ye tidak yakin. "Jika kamu tahu apa yang kamu lakukan, lalu bagaimana istrimu bisa begitu (merintih kesenangan) lantang kemarin? Jangan berpikir bahwa aku tidak tahu, kamu pasti telah terlalu berlebihan dengan istri mu tadi malam, jika tidak, mengapa dia bangun terlambat ? Itu pasti perbuatanmu. "

[BL] The Big landlord ( 大地主)  By Yin Ya ( 尹琊 ) [Bahasa Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang