Chapter 8

715 50 0
                                    

"Mei Suyin, kamu sudah menyiapkan baju untukku besok?" tanya seorang wanita yang berbalut baju tidur sutra.

"Sudah, Nyonya. Saya menyiapkan hanfu warna merah muda."

"Bagus. Sekarang aku ingin tidur," ucapnya.

Mei Suyin keluar dan menutup pintu kediaman majikannya.

"Hah... Aku harap Xian Chunhua tidak akan mengajak ribut denganku di pertemuan besok," ucap wanita itu setelah dayangnya sudah keluar.

Ia menatap dirinya sendiri di cermin. Orang bilang wajahnya sangat elok, membuat seluruh wanita di Kerajaan Lianghu cemburu. Sepertinya memang benar.

Alis lurus tipis yang tidak mengintimidasi, bibir mungil merah merekah, bulu mata yang panjang, dan kulit seputih salju. Orang yang baru tahu tentangnya, akan melihatnya sebagai wanita yang lemah lembut dan perlu dilindungi.

Tapi kenyataannya dia tidak seperti itu. Penampilan bisa menjebak. Sudah tersebar juga rumor akan sifat buruknya.

"Dibalik wajah Selir Resmi He yang lemah lembut, ternyata ia suka menindas selir lainnya."

Tidak sedikit orang yang membicarakannya. Tapi ia tidak masalah, toh memang benar walaupun sedikit dilebih-lebihkan.

Daripada menindas, lebih tepat jika mengatakan ia suka mengintimidasi selir lain yang mengancam posisinya. Lebih mudah menakuti para selir saat mereka masih setingkat dibawahnya daripada saat sudah setara.

Posisi yang saat ini He Renxin pegang sangatlah penting untuk kekuatan keluarganya. Walaupun sang raja memang tidak terlalu pilih kasih, tapi pemegang tahta itu menjadi lebih percaya akan keluarganya karena menyayangi He Renxin.

"Ya sudahlah. Aku ngantuk, mau tidur saja," ucapnya pada diri sendiri.

---

Matahari sudah lama muncul di permukaan. Terdengar suara burung-burung berkicauan.

"Ayo bangun, Nyonya. Hari ini ada pertemuan untuk semua selir. Nyonya harus hadir, kan?"

"Lima menit lagi, Wu Qingling..."

"...Kalau Nyonya masih tidak mau bangun juga, saya akan memberi tahu Selir Zhang."

Mata Fang Shuqing langsung terbelalak mendengar dayangnya menyebut Selir Zhang. Temannya itu memang baik, tapi dia sangat rajin bangun pagi. Pasti Fang Shuqing akan diomeli jika ketahuan malas bangun.

"Dasar kamu ini, ya. Tau aja kelemahan aku," ujar Fang Shuqing sambil beranjak dari kasurnya.

Ia masih mengenakan hanfu putih untuk tidur. Rambutnya juga tergerai acak-acakan. Tidak ada yang terlihat bagus dari penampilannya sekarang.

Tak tahan melihat penampilan majikannya, Wu Qingling langsung menyisir rambut Fang Shuqing sambil menceramahinya.

"Nyonya harus merias diri hari ini. Di pertemuan seperti ini, Ibu Suri akan datang untuk mengecek para selir," ucap Wu Qingling.

Fang Shuqing mencoba mengingat informasi tentang Ibu Suri. Tapi sepertinya Fang Shuqing yang dulu juga jarang bertemu orang itu.

"Ibu Suri orangnya seperti apa?"

"Tenang saja, Nyonya. Saya dengar beliau adalah orang yang baik. Selama tidak membuatnya kesal, Nyonya akan baik-baik saja."

"Baguslah kalau begitu."

- ISTANA SELIR: AULA PERTEMUAN -

Fang Shuqing memasuki aula pertemuan. Wu Qingling menunggu di luar bersama para dayang lainnya. Sudah ada beberapa selir yang berada di ruangan, mereka semua mengobrol masing-masing.

"Selir Fang, ayo duduk di sebelah saya," ajak Selir Zhang yang sedang duduk sendirian.

Tanpa berpikir dua kali, Fang Shuqing langsung duduk di sebelah temannya itu. Selain Selir Zhang, tidak ada selir lain yang dekat dengannya.

Ia melihat ke sekitar. Kursi yang paling megah masih kosong, pasti itu untuk Ibu Suri. Beberapa kursi di dekat Ibu Suri sudah terisi. Bangku-bangku tersebut hanya diperuntukkan selir berstrata tinggi.

Salah satu yang duduk di situ adalah Selir Resmi He. Orang yang beberapa waktu lalu membuat Fang Shuqing merasa tidak tenang.

Di seberangnya ada Selir Resmi Xian. Tidak ada banyak memori tentangnya. Yang Fang Shuqing ketahui hanyalah orang-orang tidak menduga Xian Chunhua akan mendapat posisi Selir Resmi. Kebingungan ini disebabkan keluarganya yang kurang berpengaruh dibanding selir lain.

"Ibu Suri memasuki ruangan!" teriak seorang dayang dengan lantang.

Semua orang spontan berdiri dan membungkukkan badannya untuk menunjukkan hormat.

"Duduklah kembali," perintah Ibu Suri begitu ia sudah duduk di kursi megahnya.

Ibu Suri membahas banyak hal tentang etika seorang selir, cara berperilaku di istana, dan sebagainya. Fang Shuqing hampir saja menguap karena topiknya membosankan.

Sebenarnya ia ingin mengajak ngobrol Selir Zhang. Tapi melihat semua selir tidak ada yang berbicara, sepertinya jika ia mengobrol akan dianggap tidak menghargai Ibu Suri. Fang Shuqing ingin cari aman saja.

"Kalian semua tahu kan bahwa raja sampai saat ini belum mempunyai keturunan sama sekali?" tanya Ibu Suri dengan serius.

Suasana mendadak menjadi lebih tegang. Muka para selir berubah menjadi pucat.

"Jika ada di antara kalian yang melahirkan putra raja, aku akan langsung mengangkat status kalian," ucap Ibu Suri dengan mantap.

Tidak ada yang terlihat senang mendengar hal itu. Mereka semua menghindari tatapan Ibu Suri, termasuk Selir Resmi He. Tetapi ada satu orang yang mukanya tidak berubah masam, senang malahan.

"Ibu Suri, saya akan selalu berusaha untuk melahirkan seorang putra raja," jawab Selir Resmi Xian tanpa ragu.

Ibu suri tersenyum dan menyentuh kedua tangan Xian Chunhua dengan telapak tangannya.

"Memang hanya kamu yang bisa aku andalkan."

Para selir meninggalkan aula pertemuan. Ibu Suri sudah menuju ruangannya sejak tadi. Ada beberapa selir yang sudah kembali, ada juga yang masih di sekitar aula untuk mengobrol.

"Selir Zhang, kenapa tadi para selir langsung cemas begitu diminta mengandung keturunan raja? Bukankah bagus apabila bisa naik status?" tanya Fang Shuqing.

Seorang selir yang mendengar pertanyaan itu langsung ikut menimbrung. "Selir Fang, apa Anda tidak tahu rumornya?"

Selir itu mengajak Fang Shuqing dan Selir Zhang ke tempat yang lebih sepi, memastikan tidak ada yang menguping.

"Sudah pernah ada tiga wanita yang mengandung anak dari raja saat ini. Yang pertama merupakan selir seperti kita. Dua lainnya sempat menjadi ratu sebelum akhirnya meninggal."

Fang Shuqing dan Selir Zhang mendengarkan dengan seksama.

"Kedua ratu tersebut sehat pada masa kehamilannya. Tapi tiba-tiba, saat persalinan mereka meninggal karena pendarahan berlebih."

"Kalau yang selir, dia baru mengandung beberapa bulan tapi sayangnya keguguran. Anehnya, beberapa hari setelah keguguran ia mati karena pendarahan juga."

Fang Shuqing memotong perkataan selir itu. "Bukankah itu bisa jadi hanya kebetulan?"

Muka selir itu berubah menjadi lebih serius.

"Saat baru dua orang korbannya, orang masih menganggap itu kebetulan. Tapi jika sudah tiga? Saya pun jadi ragu jika disuruh untuk mengandung anak raja."

Setelah sudah berkisah panjang lebar, ia langsung bergegas kembali ke kediamannya tanpa memperkenalkan diri.

"Selir Zhang, tadi itu selir siapa? Saya tidak tahu namanya tapi mukanya familiar," tanya Fang Shuqing.

"Saya pun tidak tahu. Sepertinya selir yang baru memasuki istana."

Mereka menyesal tidak menanyakan namanya. Padahal kan lumayan bisa jadi teman baru di istana.

Ashes of the SilkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang