Chapter 6

839 46 0
                                    

Badan Fang Shuqing tergeletak, tidak bernyawa.

Xuebai mendengus. "Bikin repot aja."

Rubah itu sekali lagi memberhentikan waktu. Terpampang jelas muka para pelayan yang tengah panik. Pemandangannya bagaikan lukisan yang menampilkan tragedi.

Ia mengucapkan suatu mantra. Waktu berjalan mundur dan berhenti tepat di saat Fang Shuqing datang ke dunia ini.

"Aku harap dia tidak akan mencoba untuk mati lagi," gumam Xuebai dengan kesal.

Hanya dengan satu gerakan, waktu mulai berjalan lagi kembali ke awal. Seakan-akan insiden bunuh diri itu tidak pernah terjadi.

Bagai film yang bisa diputar ulang, waktu kembali ke saat Fang Shuqing dibangunkan Wu Qingling.

Kali ini, ia langsung bangun tanpa harus diomeli berkali-kali.

"Apakah yang tadi itu kematian?"

Sakit yang tadi ia alami terasa sangat nyata. Rasanya seperti ada yang memorak-porandakan tubuhnya. Ia tidak ingin pernah mengalami hal itu lagi.

"Rubah, apa gue gak boleh balik?" tanya Fang Shuqing yang sedang duduk di ranjangnya.

"Tidak. Jika kamu sudah mengubah akhir dari hidupmu, di saat itulah kamu boleh kembali."

"Berarti nanti pas balik, semua yang gue kenal udah tua dong?"

"Tenang saja, aku sudah menghentikan waktu di duniamu itu."

Fang Shuqing tetap tidak merasa terhibur. Saat ini, ia berada di dunia yang asing. Tempat di mana ia tidak bisa menemui Fira ataupun orangtuanya. Orang-orang yang dia sayang tidak ada di sini.

Ia menyuruh para pelayan untuk pergi keluar. Ia mengurung diri di kamarnya dan menangis.

"Gue gak mau ada di sini," pikirnya.

Terbayang di kepalanya memori akan sekolah, rumah, SBMPTN, dan kisah cintanya yang kacau. Ia menerka-nerka kapan akan dia pulang ke semua itu. Ke rumah yang sesungguhnya.

Bahkan setelah setengah jam, air matanya tetap mengalir dengan deras. Kelopaknya matanya bengkak parah. Fang Shuqing sudah tidak punya energi lagi untuk menangis.

Ia menatap lama ke tembok sebelum akhirnya menetapkan tekad.

"Kalo emang gue harus di dunia ini dulu, setidaknya hidup gue di sini harus hepi kan?" pikirnya sambil mengepalkan tangan.

Ia berdiri dan mengusap air matanya yang tersisa dengan telapak tangan.

"Gue bisa. Gue bisa. Gue bisa..." gumam Fang Shuqing tanpa henti.

Nyatanya, ia masih takut dengan dunia yang asing ini. Ia juga tidak terlalu yakin dengan kemampuan dirinya untuk bertahan. Tapi ia merasa setidaknya harus mencoba dulu.

Xuebai menunjukkan wujudnya. "Kamu udah tenang? Orang-orang sebelum kamu juga kayak gini awalnya."

Fang Shuqing menganggukan kepala.

"Kalau begitu, aku akan mulai prosedur 'transfer memori' untuk ngasih semua ingatan tubuh ini. Dari bayi sampai waktu sebelum kamu datang ke sini," ucap Xuebai.

Rubah putih itu mengucapkan kata-kata yang Fang Shuqing tidak bisa mengerti. Ia hanya menyimak saja.

Muncul memori-memori asing di dalam kepalanya. Semua kenalan, perasaan, dan budaya yang sebelumnya diketahui tubuh ini seakan diserap semuanya oleh Fang Shuqing. Yang awalnya asing, jadi familiar.

Terlintas memori soal orang tua. Ayah ibu Fang Shuqing meninggal beberapa tahun lalu saat sedang dalam perjalanan ke pernikahan seorang kerabat. Hari itu hujan turun sangat lebat, longsor terjadi di mana-mana. Bencana itu menelan banyak korban jiwa, termasuk kedua orang tua Fang Shuqing.

Saat itu, Fang Shuqing yang sudah menjadi selir diberikan izin untuk pergi mengurus pemakaman orang tua. Ia merasa begitu terpukul akibat musibah itu. Dunianya serasa terbelah. Tapi untungnya, ada paman dan saudara-saudaranya yang menemani dengan sepenuh hati. Mereka memang benar-benar keluarga.

Tanpa sadar pikirannya telah kemana-mana, ia langsung memfokuskan diri lagi.

"Rubah, misi gue cuma bertahan hidup kan?"

"Iya, gitu doang."

Fang Shuqing membulatkan tekadnya untuk hidup dengan tenang dan bahagia. Sebelumnya ia diracun Selir Zhou karena mendekati sang raja. Makanya kali ini, ia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.

- TAMAN SELIR UTARA -

Matahari bersinar terang dan angin berhembus pelan.

Fang Shuqing memutuskan untuk melihat bunga-bunga yang mekar. Ia berkeliling dan menghirup aromanya.

"Orang yang ngurus kebon ini jago banget," pikirnya.

Terdengar suara langkah kaki seseorang. Orang itu mengenakan hanfu berwarna biru tua dan ditemani oleh beberapa pelayan. Rambut yang hitam legam, wajah secantik dewi, dan aura yang berwibawa. Tidak perlu diragukan lagi identitas orang ini.

"Selir Resmi He, bagaimana kabar Anda?" ucap Fang Shuqing sambil membungkukkan badannya sedikit. Tak lupa ia memasang senyum di mukanya untuk formalitas. Menunjukkan rasa hormat pada orang dengan status lebih tinggi merupakan sebuah keharusan di sini.

"Selir Fang di sini juga rupanya. Kabarku baik-baik saja," jawabnya dengan anggun.

Fang Shuqing mencoba mengingat hal apa saja yang ia ketahui tentang Selir Resmi He. Rupanya wanita satu ini berasal dari keluarga He yang lumayan berpengaruh. Keluarganya terkenal ambisius dalam politik. Nama aslinya adalah He Renxin.

Dengan jari tangannya yang lentik itu, He Renxin memetik sebuah bunga peony. Ia menghirup wangi bunga itu.

"Tumben sekali, ya," ucap He Renxin.

"Apanya yang tumben, Selir Resmi He?" tanya Fang Shuqing.

He Renxin tertawa kecil. "Biasanya jika aku muncul, kamu langsung terburu-buru pergi."

Fang Shuqing tidak menjawab apa-apa dan hanya tertawa masam. Setelah diingat-ingat lagi, memang ia sering langsung kabur jika bertemu He Renxin. Alasannya adalah ia takut dengannya. Para selir lain juga banyak yang menghindar.

Selir Resmi He terkenal karena sifatnya yang sangat ambisius. Ia mengejar cinta raja bukan untuk sekedar cinta saja. Ia melakukan itu agar posisi keluarganya semakin kuat dalam pemerintahan. Makanya ketika ada selir-selir lain yang mulai mengancam posisinya, dia akan segera menyingkirkan mereka.

Fang Shuqing merasa ngeri mengetahui fakta tentang wanita ini. Cantik tapi mematikan.

He Renxin bisa merasakan Fang Shuqing merasa tegang berada di dekatnya. Ia berjalan ke arah selir itu dan menatap matanya.

"Tenang saja, aku tidak akan menyakiti orang-orang yang bukan ancaman untukku," kata He Renxin.

Ia langsung meninggalkan taman setelah mengucapkan kalimat tersebut pada Fang Shuqing.

- ISTANA SELIR -

Fang Shuqing kembali ke kediamannya dengan rasa tidak tenang. Ia masih merinding mengingat kata-kata Selir Resmi He.

Baru tadi pagi, ia memutuskan untuk mengikuti saja peraturan istana yang ada agar tidak terlibat masalah. Ia juga mengubah gaya bicaranya agar lebih mirip seperti selir-selir di istana agar tidak menonjol. Ia tidak ingin usahanya sia-sia hanya karena menyinggung He Renxin.

"Selir Resmi He gak bakal ngapa-ngapain gue kan, ya?" gumamnya dalam hati.

Saat Fang Shuqing masih bergumam sendiri, salah satu pelayannya masuk ke dalam ruangan.

"Nyonya, Selir Zhang datang untuk menemui Anda," ucapnya.

"Oh, biarkan ia masuk," kata Fang Shuqing dengan antusias.

Selir Zhang merupakan selir yang belakangan ini sering mengobrol dengan Fang Shuqing. Orangnya baik dan ramah.

"Selir Zhang!" sapa Fang Shuqing dengan semangat. Ia senang sekali bisa bertemu seseorang yang ramah setelah menemui orang seperti He Renxin.

"Apa kabar Anda, Selir Fang?" tanya wanita cantik yang baru saja memasuki ruangan.

Ashes of the SilkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang