Chapter 13

606 50 1
                                    

Para selir duduk dan mulai mempersembahkan berbagai hadiah. Di antaranya ada perhiasan emas, giok, dan kain sutra. Mereka semua memastikan untuk memilih hadiah dengan kualitas terbaik, agar nama baik keluarga tidak tercoreng.

Zhang Chunqian mengeluarkan dua buah gulungan kain. Lalu ia berkata, "Selir Tian, ini adalah kain sutra terbaik khas Yueshui. Silakan dicek teksturnya."

Dengan segera, tangan Selir Tian meraba-raba kain tersebut.

"Halus sekali, ya. Yueshui memang penghasil kain terbaik."

Sebagai putri dari gubernur provinsi Yueshui, pujian itu tentu membuat Zhang Chunqian tersanjung.

Sekarang giliran Fang Shuqing untuk memberikan hadiahnya. "Saya menyiapkan kalung emas untuk Anda."

Senyum di wajah Selir Tian makin melebar. Sejauh ini semua hadiah yang diberikan kepadanya memiliki kualitas terbaik. Ia menantikan pemberian selir-selir lainnya.

Selir Mu menyodorkan kotak hadiah yang sudah disiapkannya.

"Sa-saya ingin memberikan ini untuk Selir Tian," ucapnya dengan suara pelan.

Melihat isi hadiahnya, bukan senyuman atau ucapan terima kasih yang Selir Tian berikan. Melainkan ekspresi geram di wajahnya.

"Apa maksudnya ini, Selir Mu? Anda meremehkan saya?!" bentak Selir Tian.

Suasana sontak menjadi tegang. Para selir saling melihat satu sama lain, bingung kenapa selir berbalut hanfu perak itu marah besar.

"Ada apa Selir Tian? Kenapa tiba-tiba memarahi Selir Mu?" tanya seorang selir.

"Coba Anda lihat apa yang Selir Mu berikan!" katanya sambil menyodorkan sebuah kotak.

Terlihat di dalamnya ada cincin perunggu polos. Kualitasnya sangat biasa. Barang seperti ini banyak beredar di pasaran, biasanya para rakyat biasa lah yang membeli karena harganya yang murah.

Selir Mu ketakutan melihat Selir Tian geram. Ia menahan air matanya agar tidak keluar.

"Saya tahu keluarga Anda ini bangkrut. Tapi apa maksudnya dengan memberikan saya barang rakyat jelata?!" bentak Selir Tian.

Yang dibentaknya hanya bisa menangis sesenggukan. Ia tidak berani melawan.

"Selir Mu ini sudah pemalu, cengeng, miskin lagi! Kenapa juga Anda bisa jadi selir raja?" ejek Selir Tian.

Para wanita yang melihat Selir Mu ditindas hanya diam saja. Mereka mencari aman. Untuk bertahan di istana, masing-masing orang harus menjaga dirinya sendiri dan tidak mencampuri urusan orang lain.

"Selir Tian, ucapan Anda sangat tidak sopan," kata Fang Shuqing tiba-tiba. Ia tidak tahan melihat selir yang memang cengeng itu diinjak-injak.

Para selir bingung melihat Fang Shuqing yang tidak dekat dengan Selir Mu sama sekali, malah angkat bicara untuk membelanya.

Dengan muka serius, Fang Shuqing lanjut bicara. "Rasanya tidak etis untuk mengejek Selir Mu di depan semua orang."

Selir Tian tertawa mengejek. Ia menjawab, "Tidak etis? Tapi yang saya bilang kan itu semuanya kenyataan."

Selir itu beranjak dari kursinya dan mendekatkan mulutnya ke telinga Fang Shuqing. Ia membisikkan seuntas kalimat yang akan terngiang-ngiang di kepala lawan bicaranya sepanjang hari.

"Lagipula, apa hak Selir Fang — seorang selir yang tidak pernah dikunjungi raja — untuk menceramahi saya?"

- ISTANA SELIR -

Suasana kediaman Fang Shuqing menjadi muram akibat dirinya yang dari tadi hanya diam saja dengan wajah cemberut. Ia masih kesal dengan Selir Tian yang meremehkannya.

"Shuqing, sudahlah jangan diambil hati. Aku yakin suatu hari raja akan mengunjungimu," ucap Zhang Chunqian.

Fang Shuqing segera menatap mata temannya itu. "Masalahnya bukan di situ, Kak. Aku tidak peduli dengan raja. Aku hanya kesal Selir Tian mengejekku."

Zhang Chunqian menghela napas panjang. "Memang Selir Tian sudah kelewatan."

"Iya kan? Apa coba lebihnya dia? Dikunjungi raja beberapa kali saja sudah sombong setengah mati," ucap Fang Shuqing penuh kekesalan.

Sepertinya ia bisa mengerti sekarang, kenapa Fang Shuqing yang dulu sangatlah gigih mendekati raja sampai akhirnya dibunuh Selir Zhou.

Rasa sayang raja pada seorang selir sangat menentukan kedudukannya di istana. Jika selir yang sangat disayangi seperti He Renxin disegani semua orang, maka selir yang tidak pernah bertemu raja seperti Fang Shuqing akan diremehkan.

"Apakah Kak Chunqian pernah dikunjungi raja?" tanyanya.

"Hmm... Hanya pernah sekali. Waktu itu sang raja masih menjadi Putra Mahkota," jawabnya datar.

Fang Shuqing penasaran kenapa orang secantik itu bisa hanya sekali dikunjungi raja. Temannya itu juga bukan tipe wanita pemalu seperti Selir Mu.

"Atau mungkin..."

Saat ia pikir-pikir lagi, apa mungkin hal ini ada hubungannya dengan rumor tentang 'kekasih' Zhang Chunqian? Waktu itu ia tidak jadi menanyakannya karena tidak tega.

Zhang Chunqian tertawa kecil melihat ekspresi temannya yang sangat serius.

"Kamu bingung ya kenapa raja hanya pernah mengunjungiku sekali?"

Kepala Fang Shuqing langsung mengangguk. Ia sangat penasaran dengan alasannya.

"Sebenarnya... aku yang menginginkan hal itu," jawabnya sambil tersenyum pahit.

Bukannya puas, di dalam kepala Fang Shuqing malah bertambah banyak pertanyaan. Ia tidak mengerti apa maksud perkataan itu.

Zhang Chunqian menarik napas dalam-dalam dan memberi jeda pada ucapannya. Seakan-akan bersiap untuk mengungkapkan hal yang sulit untuk diutarakan.

"Aku sudah bersumpah untuk setia pada lelaki lain sebelum ke sini. Untungnya, Yang Mulia Raja bisa mengerti."

"..."

Situasi menjadi hening dan canggung. Fang Shuqing tidak tahu harus merespon bagaimana. Mereka berdua tidak ada yang berbicara lagi setelah itu.

Zhang Chunqian pergi meninggalkan kediaman Fang Shuqing tanpa berkata apa-apa lagi selain ucapan pamit. Ia berjalan tanpa membalikkan badannya sama sekali.

"Akhirnya aku bilang juga...," gumamnya.

Di setiap langkah yang ia ambil menuju kediamannya, ia semakin teringat kenangan masa lalu.

Ketika raja terdahulu masih hidup, raja sekarang masihlah Putra Mahkota. Putra Mahkota itu memanggil selirnya, Zhang Chunqian ke kediamannya.

Zhang Chunqian saat itu sudah bersiap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Mungkin dia akan diasingkan atau dihukum mati. Tapi ia tidak peduli, selama ia bisa menjaga kesetiaannya pada An Feng.

"Aku harus menolaknya," tekadnya.

Ia sudah bersiap seandainya Putra Mahkota memaksanya tidur bersama atau menyentuhnya tanpa izin. Bahkan di hadapan ancaman nyawa, ia akan tetap melawan. Tekadnya sudah bulat.

"Ayo duduk di sebelahku," kata Putra Mahkota begitu melihat selirnya telah sampai.

Zhang Chunqian dengan ragu mengikuti perkataan Putra Mahkota. Ekspresinya sangat tegang saat itu.

"Kamu tidak terlihat suka padaku."

Selirnya langsung menjawab dengan mantap. "Saya mencintai lelaki lain."

"..."

Tanpa diduga, bukan kemarahan yang muncul dari Putra Mahkota. Tapi ucapan yang Zhang Chunqian tidak pernah kira.

"Aku minta maaf..."

Wanita itu hanya bengong, masih bingung akibat kalimat tak terduga.

"...karena sudah menghancurkan cintamu."

Setetes air mata jatuh dari pelupuk Zhang Chunqian. Ternyata tidak ada gunanya ia bersiap untuk mati.


Ashes of the SilkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang