Chapter 11

648 43 2
                                    

Kurang lebih sudah sebulan Fang Shuqing tinggal di dunia ini. Ia makin terbiasa dengan kehidupan selir. Walaupun kadang, muncul rasa rindu pada kehidupan lamanya sebagai Widya.

"Xuebai, lu ada di sini?" tanya Fang Shuqing yang sedang memakai baju tidur.

Muncul seekor rubah di depannya. Cahaya bulan membuat bulu putihnya bersinar.

"Aku di sini. Ada apa?" jawab rubah itu.

Fang Shuqing menatap ke bawah dan berbicara dengan lesu.

"Gue... kangen rumah sama temen-temen."

Xuebai tidak berkata apa-apa. Ia tahu jelas bahwa Fang Shuqing takkan bisa kembali sebelum menyelesaikan kehidupannya di sini. Apapun yang dia katakan tidak akan membantu.

"Gue pengen ngeliat mereka lagi...," ucap Fang Shuqing sambil menahan tangisnya.

Tiba-tiba Xuebai kepikiran sebuah ide.

"Aku tidak tahu apa ini membantu, tapi aku bisa membuatmu memimpikan sesuatu yang spesifik."

Fang Shuqing menunjukkan ekspresi tidak mengerti.

"Aku bisa membuatmu bertemu keluarga dan teman di dalam mimpi," usul rubah itu.

"Bukannya itu cuma ilusi?" tanya Fang Shuqing kecewa.

Xuebai menghela napas. "Itu memang hanya ilusi. Tapi setidaknya kamu bisa tetap melihat wajah mereka."

Wanita di depannya tetap tidak teryakinkan mendengar kalimat itu.

"Apakah kamu ingat? Saat sebelum ke dunia ini, kamu sudah bermimpi tentang istana ini. Itu adalah ulahku."

Saat dipikir-pikir lagi, memang benar Fang Shuqing sempat bermimpi beberapa kali tentang istana sebelum pergi ke dunia ini. Ia sadar itu bukan kenyataan tapi rasanya sangat asli.

Setelah beberapa menit, akhrnya ia mengiyakan usul Xuebai. Katanya tidak boleh dilakukan sering-sering, takutnya ilusi itu akan dianggap kenyataan. Tapi rasanya tetap patut dicoba.

Fang Shuqing merebahkan tubuhnya di ranjang. Ia menutup matanya lalu tidur.

...
......
.........

"Lu kenapa, Wid? Cerita aja sama gua," tanya cewek yang duduk di sebelahnya.

"Gue gak kenapa-kenapa," jawab Widya sambil mengusap tangisannya dengan lengan baju.

Ia tidak bisa percaya sekarang Fira berada di sisinya. Setelah sekitar sebulan ia tinggal di istana, akhirnya ia bisa melihat wajah sahabatnya walaupun hanya di mimpi.

Fira mendesaknya untuk menceritakan apa yang terjadi karena khawatir.

"Gue kangen sama semuanya, Fir. Semua kejadian ini terjadi cepet banget. Tiba-tiba aja gue udah jadi selir di istana," kata Widya sambil berkucuran air mata.

Fira memasang muka bingung tapi masih berusaha mendengarkan curahan hati temannya.

"Di tempat itu, gue harus bertahan dan survive. Gue udah bertekad buat hidup seneng. Tapi gue gak yakin sama diri gue sendiri."

Setelah meluapkan seluruh unek-uneknya, Widya menangis deras di pelukan temannya.

"Gua gak ngerti apa maksud lu soal selir di istana," ucap Fira dengan serius setelah temannya sudah tenang.

"Tapi Wid apapun yang lu lagi alamin sekarang, gua yakin lu bisa ngelewatinnya. Lu itu orang yang kuat. Kalo udah bertekad, apapun bisa lu lakuin."

"So please, survive and live happily."

- ISTANA SELIR -

Wu Qingling menepuk badan majikannya pelan.

Ashes of the SilkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang