15. Pulang

207 42 201
                                    

Aku sedih deh:"( makin kesini komenannya sepi:"(

Jadi ga semangat:(




ㅍ=ㅍ=ㅍ=ㅍ=ㅍ
Mas Salman
ㅍ=ㅍ=ㅍ=ㅍ=ㅍ








Cukup hening ketika pasangan itu bertatap mata. Hanya suara angin dingin berhembus menerpa wajah mereka. Sang gadis menatap lekat pada suaminya yang menatapnya dalam, nampak nanar. Seperti ada harapan dalam tatapannya. Pertanda bahwa Salman sangat berharap akan balasan cintanya.

Dan kata-kata sang suami barusan juga terngiang dalam benak Chacha.

"Dan saya... Akan lepaskan kamu."

Hatinya seperti memberontak tidak terima. Seakan tidak setuju jika Salman menyerah begitu saja. Dia ingin melihat Salman berjuang untuknya. Dia ingin terlihat seolah dia layak diperjuangkan.

Hey, Chacha. Bukankah selama ini Salman memperjuangkan kamu? Lalu apa yang dia lakukan selama seminggu kemarin? Kamu pikir dia hanya main-main?

Chacha mengerjapkan matanya beberapa kali saat sang suami menepuk tautan tangan mereka. Lamunannya buyar ketika tangannya terlepas dari tautan itu. Salman meletakkan tangan Chacha ketempat sebelumnya lagi.

"Dah, pulang yuk. Beres-beres, besok kita pulang." ucap Salman yang kini berdiri membuat istrinya mendongak lebih ke atas.

Lalu detik selanjutnya Chacha turut berdiri, mengambil dua termos di dalam dan turun ke bawah untuk pulang bersama suaminya. Dalam hatinya masih bertanya-tanya.

Apakah Salman akan menyerah? Apakah Salman akan melepaskannya? Mengapa semudah itu dia melepaskan Chacha? Menggugurkan pernikahan mereka yang belum genap satu bulan? Apa Salman bercanda?

Lalu mengapa Chacha menjadi setakut ini? Mengapa dia menjadi khawatir? Mengapa dia rasanya tidak terima? Dan... Mengapa dia ragu dengan perasaannya sendiri? Apakah... Chacha mulai membalas cinta Salman?

Tiba-tiba ucapan dari bunda beberapa hari yng lalu, terngiang lagi di telinga Chacha.

"Selama kamu di Jogja besok, pikirin tentang rumah tangga kamu. Mau cerai, apa nda."

Sekarang Chacha malah pusing memikirkannya.

.

.

.


.

Hari ini, mereka harus pulang. Tepat saat setelah mereka sholat isya', mereka membereskan segala barang-barang yang mereka bawa dan buah tangan untuk keluarga dan tetangga.

Chacha masih sibuk mempersiapkan diri. Dia memasukkan ponsel dan beberapa barang pribadi yang ukurannya sedang ke dalam tas selempang toscanya. Namun saat tangannya meletakkan ponsel ke dalam tas, tak sengaja di merasakan benda kecil yang entah apa itu ada disana.

Dia mengeluarkam benda itu, dan melihat apa yang dia pegang. Benda kecil berbentuk lingkaran berwarna emas dan permata biru di tengahnya. Itu cincin pernikahannya.

Seketika memori di hari pernikahannya dengan Salman beberapa hari yang lalu memutar di ingatannya. Terputar seperti film dokumenter yang diputar di bioskop.

Mas Salman •Park Serim•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang