29. Terbongkar

176 28 156
                                    

Gais, buat kalian yg baca book ku yg Foxboy from Isekai, maaf aku mau fokusin ini dulu... Soalnya udah mau di puncak konflik:)

Kalo book ini dah selesai, baru aku lanjutin yg foxboy:)










ㅍ=ㅍ=ㅍ=ㅍ=ㅍ
Mas Salman
ㅍ=ㅍ=ㅍ=ㅍ=ㅍ













Pukul delapan malam, dia sudah merapikan pakaiannya kembali ke dalam koper. Jadwal penerbangan menuju ibu kota Indonesia sekitar dua jam lagi. Mungkin saatnya dia pamit pada keluarganya di sini.

Pria itu menarik resleting koper hingga tertutup rapat lagi. Di belakangnya, pintu terbuka agak lebar. Memudahkan orang lewat dapat mengintip. Dan benar, ibu dari pria itu mengintipnya saat melewati kamar putra bungsunya.

Karena sebentar lagi anaknya akan pulang, akhirnya dia memutuskan untuk berbincang dengannya sejenak. Karena sedari kemarin mereka hanya mempersiapkan pernikahan anak sulungnya yang kini telah memiliki istri. "Salman," panggilnya dengan lembut, seperti biasanya.

Pria itu menoleh, mendapati ibunya yang berdiri di ambang pintu kamarnya. "Loh? Mama? Sini masuk Ma. Jangan berdiri disitu doang."

Wanita berusia matang itu tersenyum hangat. Anaknya masih sama seperti dulu, meski sekarang dia telah memiliki hidup sendiri di Jakarta. Wanita itu masuk, dan duduk di tepi ranjang putranya. Ketika Salman sudah selesai mengepaki barangnya, dia menurunkan kopernya dari atas ranjang.

"Man, Mama mau cerita deh."

Pria itu mengangkat kedua alisnya, tumben ibunya ingin curhat padanya dan izin lebih dulu. Biasanya ibunya akan langsung mengatakan apa yang ingin dikatakan. Akhirnya Salman duduk di samping sang ibu. "Mama mau cerita apa?"

Wanita itu mengulum senyum sejenak, matanya beralih oada plafon rumah. "Mama... Semalem mimpi, kamu sama Chacha dateng kesini. Tapi Chacha lagi hamil besar." jelas ibunya yang menerangkan bagaimana kisah di mimpinya semalam. Yang terasa sangat nyata dan ibunya tak bisa mengatakan jika ini hanya mimpi. Sungguh terasa nyata.

Salman diam sejenak, dia menelan ludahnya agak kesusahan. Bagaimana bisa? Mimpinya dan ibunya sama. Dia juga bermimpi jika datang kesini bersama istrinya yang tengah hamil besar. Apakah mungkin istrinya benar-benar tengah berbadan dua?

Ah tidak mungkin, gadis itu saja masih sekolah. Lagipula, Salman tidak mungkin seegois itu untuk menuruti nafsunya ketimbang mengalah demi pendidikan istrinya.

Tergelak pelan, dia akhirnya menjawab, "Ngga ah Ma. Chacha aja baru aja lulus, kalo misal dia hamil aku dah kabarin Mama kali."

Wanita itu mengusap punggung lebar putra bungsunya dan disusul helaan nafas samar. "Ya tapi kayaknya Mama kepengen banget bisa nimang cucu. Kan kamu juga dah satu tahunan nikah sama Chacha."

Salman meraih tangan kecil ibunya, menggenggamnya erat. "Mama sabar ya, doain aja sebentar lagi salah satu menantu Mama ada yang hamil." ucapnya dan diamini sang ibu.

Pasangan ibu dan anak itu saling melempar senyum. Tetapi sejujurnya, Salman merasa perasaannya tidak enak. Dia memikirkan istrinya yang dia tinggal sendiri di rumah. Apakah dia baik-baik saja disana? Dia tidak sakit kan?

Salman menciba berfikir positif, mungkin dia merasa seperti ini lantaran rindu pada istrinya saja.


.



Mas Salman •Park Serim•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang