Part 16

144 27 2
                                    

Jawaban Naya itu membuat Jay sedikit kesal. Jujur saja Jay adalah tipe orang yang harus ditanggapi apapun yang ia katakan. Mendengar apa yang Naya ucapkan membuat Jay, melepaskan genggaman tangannya pada tangan Naya.

Naya juga menarik tangannya, kemudian memegang ujung jaket Jay lagi.

Sampai diparkiran. Keduanya hanya diam, Naya turun dari motor milik Jay lalu berusaha membuka pengait helmnya.

Kenapa malah disaat seperti ini, pengait helm harus susah dilepaskan. Jay sadar kalau Naya kesulitan membuka helmnya. Lalu laki laki itu turun dari motornya dan mendekat pada Naya.

Jay memegang tangan Naya yang masih berada pada pengait helm itu. Membuat keduanya saling bertatapan. "Sini," ucap jay. Namun Naya menepisnya.

"Aku bisa sendiri," ucap Naya, sedangkan Jay memasang smirk, ia yakin Naya tetap tidak bisa membukannya.

Tapi pada akhirnya Naya menyerah dan berjalan menuju gedung apartment mereka, sedangkan Jay yang melihatnya segera menyusul.

Sampai didalam banyak yang melihat Naya yang masih menggunakan helm. Kini Jay dan Naya sedang menunggu pintu lift terbuka. Setelah beberapa menit akhirnya lift kosong itu terbuka.

Naya masuk lebih dulu, kemudian Jay menyusulnya. Naya menekan tombol nomor 10 tapi Jay tidak bergerak. Ia bahkan tidak menekan tombol lantai apartment nya.

"Nay," panggil Jay, membuat Naya yang tadinya menghadap ke arah kiri kini menoleh ke arah laki laki itu.

Lagi lagi Jay menarik tangan Naya agar mendekat ke arahnya. Kenapa Jay selalu bisa membuat jantung Naya bekerja sangat cepat. Jay memajukan tangan dan wajahnya.

Kemudian tangannya membuka pengait helm Naya, "Udah tuh. Kalo gak bisa buka, gausah gengsi minta tolong," ujar Jay tapi setelah itu Naya mengalihkan pandangannya. Hal yang tidak Jay ketahui adalah saat ini Naya sedang mengatur detak jantungnya.

Saat sampai di lantai 10, hanya Naya yang keluar.

"Nanti aku telpon, angkat ya," ucap Jay tapi lagi lagi Naya tidak memperdulikannya.

Setelah nya Jay masuk ke dalam apartment miliknya dengan malas. "Jake, lo ke apart gue bentar," kata Jay dalam voice note yang ia kirimkan kepada Jake.

Sekitar satu jam an, Jake benar benar datang ke apartment Jay. Jake yang melihat temannya seperti kehilangan arah. Laki laki keturunan Australia itu kemudian duduk disebelah Jay yang terduduk dilantai.

"Kenapa lo? Tadi perasaan semangat banget. Kenapa tiba tiba lesu begini?" Tanya Jake.

"Minta rokok. Gue pengen nyebat," balas Jay, padahal itu bukan pertanyaan yang Jake tanyakan.

Sambil mengeluarkan sebungkus rokok dari saku jaketnya, Jake berkata, "Punya lo mana emang? Terus lo kenapa sih?"

"Udah gue buang semua. Gue pengen berhenti nyebat, tapi hari ini gue lagi kesel. Naya marah gak jelas dari tadi. Dia salah paham tentang Yunkyung," ucap Jay menjelaskan.

"Kenapa lo gak jelasin?"

Jay menghidupkan rokok yang ada dimulutnya itu. "GIMANA MAU JELASIN? TIAP GUE MAU NGOMONG DIA SELALU MENGHINDAR," teriak Jay kesal. Membuat Jake ngeri melihatnya.

"Udah lo telpon?" Tanya Jake lagi.

"Gue telpon gak diangkat, gue chat bahkan gak dibaca. Gue harus gimana Jake? Gue bener bener gak suka yang kaya gini," ucap Jay, Jake hanya bisa menepuk nepuk pundak temannya agar lebih tenang.

Setelah itu Jake mengeluarkan handphone nya dari dalam tas. Ia seperti menekan nekan sesuatu pada benda persegi panjang itu.

"Halo?" Ucap seseorang dari sambungan itu.

Jake memberikan isyarat pada Jay agar laki laki itu berbicara.

"Jake?" Panggil Naya lagi.

"Nay, aku tunggu kamu di rooftop sekarang. Tolong dateng sebentar aja," ujar Jay lalu mematikan sambungan dari handphone Jake itu.

Jay segera berlari keluar dari kamar, tapi sebelumnya ia mematikan rokok yang baru ia hisap sedikit itu. Laki laki ini langsung menuju rooftop apartment.

Sampai disana Jay hanya bisa menunggu Naya. Ia tidak tahu apakah Naya akan datang atau tidak. Memikirkan Naya membuatnya bingung. Haruskah Jay maju? Atau menyerah dan melepaskan Naya?

Semenit berada disana, Jay belum menemukan tanda tanda munculnya Naya. Jay menghela nafasnya panjang lalu duduk ditempat dimana ia pertama kali mengobrol bersama Naya.

"Nay, coba aja lo mau denger penjelasan gue," lirih Jay, dan tiba tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang.


Jay menoleh, "Naya," panggilnya pada seseorang yang menepuk pundaknya tadi. "Aku kira kamu gak mau dateng kesini,"

"Jay, maaf ya. Aku gak bermaksud buat marah atau diemin kamu kaya tadi," ujar Naya menunduk.

Sadar akan Naya yang menunduk, Jay mengangkat kepala gadis itu agar melihatnya. "Bukan salah kamu kok. Denger ya, Aku sama Yunkyung dulu memang punya hubungan. Tapi itu udah berakhir. She just my ex. Kita gak punya hubungan apa apa lagi sekarang," jelas Jay membuat Naya semakin bersalah karena tidak mau mendengarkan penjelasan Jay dari tadi.

"Dan yang perlu kamu tau, Nay, aku sukanya sama kamu sekarang, not anyone." Ucap Jay sambil menangkup pipi Naya menggunakan tangannya.

Naya juga memegang tangan Jay sekarang, "Maaf ya, janji aku gak bakal kaya gini lagi," balas Naya membuat Jay tersenyum lebar.

Kemudian Jay melepaskan tangannya dari pipi Naya, "Gimme hug," kata Jay sambil merentangkan tangannya, lalu Naya memukul pundak Jay pelan. "Gak mau," ucapnya.

"Yaudah kalau gak mau," balas Jay sambil pura pura marah dan berbalik membelakangi Naya. Tapi dengan cepat Naya memeluk Jay dari belakang. "Gak mau nolak maksudnya," ucap Naya membuat Jay tertawa.

Posisinya sekarang Naya memeluk Jay dari belakang, tapi tidak lama Jay membalikan badannya dan membalas pelukan Naya.

Namun tiba tiba, bruak!


Pintu rooftop itu terbuka memperlihatkan Nicholas, Jake dan Sunghoon yang terjatuh.

"Nikol... gara gara lo sih!" Kesal Jake karena mereka jadi ketahuan.

Sementara Naya dan Jay saling tatap, dan keduanya menjadi awkard.

———————
dahlah ya daripada lumutan di draft😉

Among Us [Jay, Junho, Nayoung]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang