BAB XI

3.7K 388 13
                                    


.

.

.

.

.

"Aku akan bekerja di klub. Kita akan...umm...bertemu di lain kesempatan. Aku bisa mendapatkan pekerjaan di tempat lain tapi aku butuh uang dari klub." Win menjelaskan hal ini kepada dirinya sama seperti saat menjelaskannya pada Bright. Win tidak begitu yakin apa yang akan dia katakan saat muncul disini. Win hanya tahu bahwa dia harus berhadapan dengan Bright. Pada awalnya Gigie telah memohon padanya untuk memberitahu Bright tentang kehamilannya. Akan tetapi, setelah Gigie mendengar apa yang sebenarnya terjadi dengan ayah Win, Prim dan ibunya, Gigie tidak berpihak lagi pada Bright seperti sebelumnya. Gigie setuju bahwa tidak ada untungnya memberitahu Bright mengenai apapun.

.

Mengumpulkan keberanian untuk kembali ke rumah ini setelah Win meninggalkannya tiga setengah minggu yang lalu adalah hal yang sangat sulit. Harapan bahwa hatinya tidak akan bereaksi saat melihat wajah Bright telah sia-sia. Dadanya mengerut sangat parah sehingga suatu keajaiban bahwa masih bisa bernapas. Tidak perlu berbicara. Jika Win hamil bayinya...bayi mereka. Tapi kebohongan. Penipuan. Siapa dirinya. Semua itu telah menahan Win untuk mengucapkan kata-kata yang seharusnya dia dengar. Win tidak bisa. Itu salah. Dia telah menjadi seseorang yang egois. Win tahu itu. Itu tidak akan mengubah apapun. Bayi yang Win kandung sekarang mungkin tidak akan pernah tahu tentang Bright. Win tidak bisa membiarkan perasaaan ini mengaburkan tujuannya akan masa depannya...atau masa depan anak yang sekarang ada dalam kadungannya. Ayah Win, ibu Bright dan Prim tidak akan pernah menjadi bagian dari kehidupan anak nya. Win tidak akan membiarkannya. Dia tidak bisa.

.

"Tentu saja. Yeah, bekerja di klub akan menghasilkan banyak uang." Bright berhenti dan menjalankan tangannya di rambut. "Win, tidak ada yang berubah. Tidak bagiku. Kau tidak butuh ijinku. Ini adalah yang benar-benar aku inginkan. Adanya kau disini. Melihat wajahmu. Ya Tuhan, Win, aku tidak bisa melakukan ini. Aku tidak bisa berpura-pura bahwa aku tidak gemetar dengan adanya kau berdiri di rumahku sekarang."

.

Win tidak bisa melihatnya. Tidak sekarang. Dia tidak pernah mengira Bright akan mengatakan semua hal itu. Percakapan yang kaku dan menegangkan menjadi lebih dari yang Win perkirakan. Itu adalah yang Win inginkan. Hatinya tidak bisa menerima yang lainnya. "Aku harus pergi, Bright. Aku tidak bisa, aku hanya ingin memastikan bahwa kau tidak masalah dengan adanya diriku di kota ini. Aku akan menjaga jarak."

.

Bright bergerak sangat cepat hingga Win tidak menyadari sampai dia berdiri antara Win dan pintu. "Aku minta maaf. Aku mencoba untuk bersikap tenang. Aku mencoba untuk berhati-hati tetapi aku menghancurkannya. Aku akan berbuat lebih baik. Aku janji. Pergilah ke tempat Gigie. Lupakan apa yang barusan ku katakan. Aku akan bersikap baik. Aku janji. Hanya saja...hanya saja jangan pergi. Tolonglah."

.

Apa yang akan Win katakan? Bright berusaha membuat Win untuk menenangkannya. Untuk meminta maaf padanya. Bright adalah senjata mematikan bagi emosi dan akal sehat Win. Jarak. Mereka butuh jarak.

.

Win mengangguk dan melangkah melewatinya. "Aku akan...umm...mungkin akan bertemu lagi dengan mu." Berhasil mengeluarkan suara parau sebelum membuka pintu dan melangkah keluar rumah. Win tidak menoleh ke belakang tapi tahu jika Bright melihatnya pergi. Itu satu-satunya alasan Win untuk tidak berlari. Jarak...mereka butuh jarak. Dan Win butuh menangis.

.

.

.

.

.

Seolah tahu kalau Win akan datang. Win sudah memutuskan akan langsung pergi ke ruang makan dan mencari Arm. Win rasa Arm tahu dimana menemukan Joss. Tetapi Joss telah menunggu Win di pintu saat dia membuka pintu masuk belakang klub.

.

"Dan dia kembali. Sejujurnya aku mengira kau tidak akan kembali," Joss menggumam saat pintu tertutup di belakang Win.

.

"Mungkin hanya sebentar," Win mengendikkan bahu. Joss berkedip dan menganggukkan kepalanya menuju ruangan yang mengarah ke kantornya. "Ayo kita bicara."

.

"Oke," Win berkata sambil mengikutinya.

.

"Gigie sudah meneleponku dua kali hari ini. Dia ingin tahu apakah aku sudah bertemu dengan mu. Memastikan kau mendapatkan pekerjaanmu kembali," Joss berkata sambil membuka pintu kantornya dan menahannya supaya Win bisa masuk kedalam. "Yang tidak kusangka adalah telepon yang baru saja ku terima sekitar sepuluh menit yang lalu. Itu mengejutkanku. Dari caramu melarikan diri dari sini tiga minggu yang lalu dan meninggalkan Bright begitu saja, aku tidak mengira dia akan meneleponku untuk kepentinganmu. Dia tidak perlu melakukannya. Aku sudah setuju bahwa kau akan mendapatkan pekerjaanmu kembali."

.

Win berhenti dan melihat ke arah Joss. Apakah benar yang Win dengar darinya? .

.

"Bright?" Tanya Win, hampir takut bahwa dia tengah berhalusinasi terhadap komentar itu. Joss menutup pintunya kemudian berjalan dan berdiri di depan mejanya. Dia bersandar pada kayu berkilau yang terlihat mahal itu dan menyilangkan tangannya di depan dada. Senyum yang ada sejak Win datang telah hilang. Dia terlihat lebih khawatir sekarang.

.

"Ya, Bright. Aku tahu kebenaran telah terungkap. Jirayu telah memberitahuku sebagian. Setidaknya hanya yang dia ketahui. Tapi kemudian aku tahu siapa dirimu. Atau yang disangka Bright dan Prim sebelumnya. Aku memperingatkanmu Bright akan memilih Prim. Dia telah memilihnya saat aku memberimu peringatan. Apakah kau benar-benar ingin kembali ke semua ini? Apakah Alabama begitu buruknya?"

.

Tidak. Alabama tidak seburuk itu. Tetapi berusia sembilan belas tahun dan hamil sendirian tanpa keluarga cukup buruk. Bagaimanapun hal itu bukanlah sesuatu yang ingin Win ceritakan pada Joss. "Kembali kesini tidak mudah. Melihat...mereka, juga tidak mudah. Tapi aku perlu mengetahui apa yang akan kulakukan selanjutnya. Kemana aku akan pergi. Tak ada yang tersisa bagiku di Alabama. Aku tidak bisa berada disana dan berpura-pura ada yang kumiliki disana. Ini waktunya bagiku menemukan hidup baru. Dan Gigie adalah satu satunya temanku. Pilihan tempat untukku pergi sedikit terbatas."

.

Alis Joss bergerak naik. "Ouch. Lalu aku apa? Aku pikir kita teman."

.

Tersenyum, Win berjalan dan berdiri di belakang kursi di seberang Joss. "Kita teman tapi...bukan teman dekat."

.

"Bukan karena aku tidak mencoba yang terbaik."

.

Win tertawa kecil dan Joss menyeringai. "Senang mendengar itu. Aku merindukannya." Mungkin kembali tidak akan begitu sulit. "Kau mendapatkan pekerjaanmu. Itu milikmu. Aku punya masalah dengan para gadis pembawa minuman dan Arm masih merajuk. Dia tidak akrab dengan pelayan yang lain. Dia juga merindukanmu."

.

"Terima kasih," jawab Win. "Aku menghargainya. Aku ingin jujur padamu. Dalam empat bulan, aku bermaksud untuk pergi. Aku tidak bisa tinggal disini selamanya. Aku punya..."

.

"Kau punya kehidupan yang harus kau cari. Yah, aku mendengarmu. Rosemary bukanlah tempat untuk menanam akarmu. Aku mengerti. Untuk berapapun lamanya, kau mendapatkan pekerjaan. Win-jaa."

.

.

.

.

.

DOWN [ BrightWin ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang