BAB XVII

3.1K 359 7
                                    


.

.

.

.

.

Hari pertama kembali bekerja dan Joss menugaskan Win di ruang makan. Untuk shift sarapan dan makan siang. Tidak baik. Dia harus berdiri di luar dapur secara mental mempersiapkan diri untuk tidak berpikir tentang bau masakan. Bangun paginya selalu disertai mual, Win memaksakan diri untuk makan dua biskuit asin dan minum beberapa Gingerale (minuman jahe), hanya itu yang bisa masuk ke perutnya akhir-akhir ini. Saat Win berjalan memasuki dapur, bau masakan masuk ke hidungnya. Bacon...oh Tuhan, daging babi asap itu...

.

"Kau tahu rasanya menyenangkan kalau kau sebenarnya disuruh bekerja disana," guman Arm dari belakang. Win berbalik, terkejut dari konflik di batinnya dan melihat dia tersenyum geli kepada Win. "Para juru masak tidak begitu buruk. Kau akan bisa mengatasi teriakannya dalam waktu yang singkat. Selain itu, terakhir kali kau membuat mereka akan melakukan apapun yang kau minta."

.

Win memaksakan diri untuk tersenyum. "Kau benar. Aku bisa melakukan ini. Kurasa, aku hanya belum siap pada orang-orang yang akan mengajukan pertanyaan kepadaku." Sebenarnya bukan itu tepatnya namun hal itu juga bukan suatu kebohongan.

.

Arm membuka pintu dan bau masakan menusuk hidung Win dengan segera. Telur, bacon, sosis, lemak. Oh, tidak. Tubuhnya tiba-tiba mengeluarkan keringat dingin dan perutnya seperti diaduk-aduk. "Aku, ugh, ingin ke kamar kecil dulu," jelas Win dan berjalan menuju toilet karyawan secepat yang dia bisa tanpa harus berlari. Hal itu akan terlihat lebih mencurigakan.

.

Win menutup pintu di belakangnya dan suara klik pintu tertutup saat dia berlutut di lantai keramik yang dingin. Win segera meraih toilet ketika semua yang dia makan tadi malam dan pagi ini kembali keluar. Win terus muntah tapi sudah tidak ada lagi yang keluar kemudian bersikukuh berdiri meski masih merasa lemas. Win membasahi tisu towel untuk membersihkan wajah. T-shirt polo putihnya melekat di badan karena keringat yang keluar di seluruh tubuh. Dia perlu mengganti kaos.

.

Win berkumur dengan obat kumur yang ada di atas meja dan meluruskan kaosnya sebaik mungkin. Barangkali tak seorangpun akan memperhatikan. Win bisa melakukan ini. Dia cukup menahan napas sementara saat berada di dapur. Itulah yang akan dia lakukan. Win mengambil napas dalam-dalam setiap kali akan memasuki dapur. Dia harus mengatasi hal ini.

.

Ketika Win membuka pintu, matanya terpaku pada Joss. Dia berdiri bersandar di dinding menghadap toilet dengan tangan disilangkan di dadanya sedang mengamati. Win terlambat bekerja.

.

"Maafkan aku. Aku tahu aku terlambat. Aku hanya butuh istirahat sebentar sebelum aku mulai bekerja. Aku berjanji ini tidak akan terjadi lagi. Aku akan pulang terlambat untuk menebusnya─"

.

"Kantorku. Sekarang," bentaknya dan berbalik berjalan menyusuri lorong. Detak jantung Win semakin naik dan dia mengikuti dengan cepat di belakang. Win tidak ingin Joss marah padanya. Dia menginginkan pekerjaan ini selama beberapa bulan ke depan. Saat ini Win berbicara pada dirinya sendiri ingin tetap tinggal disini dan memikirkan apa yang harus dilakukan, Win benar-benar tidak ingin pergi. Belum.

.

Joss membuka pintu untuk Win dan melangkah masuk.

.

DOWN [ BrightWin ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang