Proses Revisi!
Ale sedang berada dibutik milik Bunda. Panggilannya untuk Barbara, Mama Al.
Ale menatap sekeliling dengan bosan. Banyak orang yang sedari tadi berlalu lalang dihadapannya. Ale sampai sudah hapal siapa saja orang-orang itu.
Sore ini, Mama dan Papahnya sedang berada dipesta pernikahan kolega papah. Ale yang tidak terlalu suka acara seperti itu, bertemu orang asing yang sok akrab karena tahu siapa dirinya, membuat Ale merasa risih. Maka dari itu, karena Al pun sedang sibuk dikantor, Ale terpaksa diantar kebutik Barbara karena mereka tidak akan pernah mau meninggalkan Ale sendirian dirumah walau ada pelayan.
"Sayang kamu bosan yah?" Barbara menghampiri Ale yang matanya sudah kelihatan mengantuk.
Ale mengangguk, tidak berusaha menutup rasa bosannya." Bunda kapan selesai?"
Barbara mengelus pelan rambut Ale. Sambil tersenyum dirinya berkata." Kalo mau tidur, ayo keruang kerja bunda. Disana ada kamar, supaya kamu bisa istirahat.
Ale hanya mengangguk dan memgikuti langkah Barbara. Gedung butik bundanya memang besar. Sean tidak mau setengah-setengah dalam untuk menyenangkan istrinya.
Al mewarisi sifat dari ayahnya itu.
|∞|
Ale yang bergelung diselimut sambil bergumam kecil terbangun karena terganggu dengan tangan kekar yang memeluk dirinya dari belakang. Ale tahu siapa orang itu, tentu saja sahabat rasa pacarnya yang posesif.
Alnovian Fernandez.
Ale berbalik dan menatap wajah Al yang ternyata tidak tidur.
"Kamu kapan pulang?" tanya Ale sambil mengembungkan pipinya." Aku bosan kemaren."
Al mengecup ujung hidung Ale." Aku belajar buat nerusin perusahaan ayah Ale. Maaf buat kamu nunggu lama."
Ale hanya mengangguk dan menenggelamkan kepalanya didada bidang Al yang merupakan tempat favoritnya untuk bersandar. Bau khas Al yang maskulin, membuat Ale merasa mengantuk dan kembali memejamkan matanya.
"Kamu enggak mau sekolah?" tanya Al sambil mengelus rambut Ale lembut.
"Aku mau sekolah, tapi enggak mau belajar." Ale berucap lirih sambil mendusel hidungnya kedada Al.
"Yaudah, enggak usah aja. Enggak ada yang akan marah juga." Ale langsung menjauhkan dirinya sedikit untuk menatap Al yang juga menatapnya.
"Ih, mentang-mentang anak yang punya sekolah. Jadi sombong." Al hanya terkekeh dan mengecup dahi Ale yang refleks memejamkan matanya.
"Asal jangan bandel aja." Ale memukul pelan dada Al kesal." Aku anak baik, enggak pernah bandel."
Al hanya mengangguk mengiyakan.
Terserah Ale saja, yang penting bahagia.
●●●●
"Aku mau naik motor!" sungut Ale sambil bersedekap dada. Menatap kesal Al yang langsung menolak.
"Nanti masuk angin." Al berucap datar. Nah kan, kembali lagi sifatnya.
Setelah jam menunjukkan pukul setengah tujuh. Al dan Ale memilih untuk pergi kesekolah. Sayangnya, sikap keras kepala Ale kembali.
Saat melihat sepasang kekasih berboncengan motor sambil bercanda ria, Ale merasa iri dan ingin Al melakukan hal yang sama. Sayangnya, Al tidak menyetujuinya dan malah menatap datar kearah Ale, pertanda bahwa dirinya tidak ingin dibantah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Al untuk Ale (TAMAT)
Teen FictionSebuah kebahagian bagi Ale memiliki sahabat seperti Al yang selalu mengutamakannya. Banyak orang berkata persahabatan mereka sudah selayaknya orang pacaran. Apakah itu semua bisa menjadi kenyataan? Bagaimana kisah mereka berdua? Kuylah baca. Jangan...