Proses revisi!
Ale berjalan berdampingan dengan Al yang memasang wajah datar, saat murid lain terutama para siswi menyapanya. Sikap keluarganya, terutama Al kepada dirinya semenjak keluar dari rumah sakit semakin posesif. Harus menuruti semua yang dia bilang, jadinya bikin Ale rasa lelah, tapi dirinya tahu, mereka melakukan itu karena tidak mau dirinya sakit kembali.
'Liat tuh Al makin ganteng aja deh'
'Ale udah sehat?'
'Ale kemaren pingsan dan bikin heboh'
'Idih lebay'
'Cantikan juga gua'
'Kalo disuruh milih, gue lebih suka sama Ale daripada Loren si tukang buli.'
Mendengar perkataan siswi terakhir, membuat suasana hati Ale membaik. Tentu saja dari segala hal, dirinya lebih baik daripada Loren yang cuma bikin kesal saja dan suka membuli orang lain.
Rafa tiba-tiba datang dan merangkul Ale yang membuat tangannya dipukul kencang oleh Al yang dengan posesif merangkul pinggang Ale menjauhi Rafa yang memberengut kesal.
"Yaelah Al, posesif bener deh... Pacar aja bukan." Kalimat terakhir diucapkan lirih oleh Rafa, tapi rupanya Al masih mendengarnya.
"Lo mau mati dengan cara apa?" tanyanya dingin. Membuat Rafa berlari cepat meninggalkan mereka.
Ale yang melihat itu, hanya bisa terkekeh gemas melihat Al yang marah.
"Rafa benar kok, kamu posesif banget." Al melepaskan rangkulannya dipinggang dan menatap Ale datar." Kamu mau dipeluk Rafa?" Ale langsung menggeleng kecil sambil menatap Al kesal." Bukan itu maksud aku Al, cuma kamu itu--"
"Kamu enggak suka sama sikap aku begini? Ini semua demi kebaikan kamu sendiri. Lihat, kemaren sakit gara-gara kamu selalu bandel enggak dengarin perkataan aku." Ale tersentak mendengar perkataan Al yang meninggikan suaranya, serta memojokkannya.
Semua murid menatap kearah mereka dengan tatapan penasaran. Pertama kali melihat kejadian Al menaikkan suaranya kepada Ale.
"Kamu bentak dan salahin aku?" tanya Ale tidak percaya dengan air mata yang mengalir dipipi.
Dirinya tidak suka dibentak!
Ale menormalkan wajahnya dan menatap Ale dengan raut wajah bersalah.
"Bukan kayak gitu Ale, dengarin aku--"
"Enggak!" bentak Ale keras. Tidak perduli dengan tatapan semua orang.
Para sahabatnya yang ingin menghampiri mereka pun terkejut.
Al berusaha memeluk Ale yang langsung ditepis kuat. " Jangan sentuh!" Setelah mengatakan itu, Ale langsung lari meninggalkan Al yang berteriak prustasi. Riska dan Leta mengejar Ale sedangkan Ian dan Rafa mencoba menenangkan Al.
Ale berlari disepanjang koridor, hingga tiba-tiba ada seseorang yang membekap mulutnya dan menyeretnya pergi.
Riska dan Leta yang baru sampai, kehilangan Ale dan merasa khawatir.
"Ale kemana? Larinya cepat juga." Leta berkata sambil menormalkan napasnya akibat berlari.
Akhirnya mereka berlari kearah koridor yang berlawanan dengan dimana Ale diseret.
●●●●
Ale diseret menuju gudang belakang yang sudah tidak terpakai. Penuh debu serta kotor.

KAMU SEDANG MEMBACA
Al untuk Ale (TAMAT)
Ficção AdolescenteSebuah kebahagian bagi Ale memiliki sahabat seperti Al yang selalu mengutamakannya. Banyak orang berkata persahabatan mereka sudah selayaknya orang pacaran. Apakah itu semua bisa menjadi kenyataan? Bagaimana kisah mereka berdua? Kuylah baca. Jangan...