Proses Revisi!
Sekarang, Ale sudah tidur dengan nyenyak dikamarnya, ditemani oleh Al yang setia memeluknya dengan erat dan rela menjadi guling bagi Ale.
Diruang keluarga, orang tua Al dan Ale sedang membicarakan tentang masalah disekolah tadi.
Matt memancarkan kemarahan yang tidak berusaha ditutupi." Beraninya mereka melakukan hal itu kepada anak ku!"
Ema mengelus pundak suaminya dengan pelan. Hatinya juga merasa sakit, anaknya yang tidak pernah mengalami kekerasan, bahkan dicubit pun tidak harus menerima tamparan serta siksaan dari orang yang bahkan tidak sederajat dengan mereka.
Sebenarnya, mereka tidak pernah melihat orang lain dari level kekayaannya, namun melihat apa yang Loren serta teman-temannya lakukan kepada Ale tidak akan membuat mereka tinggal diam.
Mereka ingin menuntut atas tindak kekerasan, tapi karena masih ada hati nurani dari sang istri serta Ale tidak menyetujuinya, akhirnya dengan terpaksa mereka batalkan.
●●●
Ale yang sudah bisa bersekolah kembali, setelah dua hari hanya mengurung diri dikamar, karena masih merasa shock atas apa yang terjadi padanya.
Terhibur karena perdebatan Riska dan Rafa yang memperebutkan makanan, membuat Ale merasa senang. Apalagi ada Al yang merangkulnya dari samping, membuat Ale merasa terlindungi.
Loren beserta dua temannya, tiba-tiba datang dengan menggunakan pakaian biasa menghampiri Ale sambil menangis. Tidak ada lagi benda mewah. Hanya memakai baju biasa, tanpa sama sekali make-up.
Satpam yang berada dibelakangnya, langsung terengah-terengah akibat berlari mengejar Loren dan teman-temannya yang memaksa masuk sekolah.
Memang, mereka sudah dikeluarkan serta tidak diperbolehkan masuk kembali.
Loren yang berusaha memegang tangan Ale dengan cepat ditepis oleh Riska yang menatap mereka dengan garang.
"Jangan coba sentuh-sentuhn Ale dengan tangan kalian yang kotor! Gue dari kemaren sudah gatal banget pengen nabok kaliam semua sampe babak belur!"
Loren yang masih menangis, menatap Ale." Ale gue mohon maafin gue.. tolong jangan berhentiin bokap gue dari pekerjaan mereka"
"Gue juga Ale, sekarang kami sama sekali enggak punya uang. Bokap gue dipenjara." Meta mengatupkan kedua tangannya, memohon kepada Ale.
Ayah Loren dan Meta memang bekerja diperusahaan Ayah Al sebagai wakil direktur, sedangkan Ayah meta bekerja sebagai manejer.
Selain dipecat, semua fasilitas yang disediakan perusahaan ditarik kembali. Tidak ada lagi rumah mewah serta mobil. Disita untuk membayar hutang mereka dibank. Apalagi Ayah mereka berdua memang bekerja sama untuk menggelapkan uang perusahaan. Itulah yang memang sedang diselidiki oleh Al beserta ayahnya secara diam-diam, yang membuat Al harus sering berada dikantor.
Sedangkan Krisa, hanya bisa diam sambil menunduk. Selama ini dia berbohong sebagai anak orang kaya. Orang tuanya hanyalah pedagang kecil-kecilan. Kemaren terbongkar, saat Ayahnya datang ke acara rapat.
Setelah semua orang tahu, Krisa dibuli habis-habisan. Apalagi Loren dan Meta yang juga menjadi benci kepadanya. Disini pun, dirinya diseret dengan paksa agar ikut meminta maaf, kalo saja Ale membantu mereka.
Namun, itu hanya angan mereka saja. Karena Al tidak akan pernah membiarkan itu terjadi dan akan menjadi tameng bagi Alenya.
Ale menatap Al yang sedari hanya menatap mereka datar. Tidak ada sama sekali rasa kasihan.
"Al, aku..."
"Aku enggak akan maafin mereka! Semua itu adalah ganjaran yang mereka dapat. Jadi jangan merasa kasihan." Ale hanya bisa diam, dirinya merasa kasihan, tapi tidak bisa berbuat apa-apa.
"Jangan harap bokap kalian akan dibebaskan! Mereka harus dihukum atas kejahatan yang mereka lakukan. Jadi, walaupun kalian menabrakan diri dan bunuh diri. Semua enggak akan berubah." Perkataan Al yang sadis, membuat semua orang bergidik ngeri.
Loren menangis histeris, saat satpam menyeretnya keluar. Meta dan krisa memilih berjalan keluar sendiri, daripada diseret dan menambah rasa malunya.
Semua murid melihat kejadian tersebut dengan ngeri.
Ganjaran yang didapatkan oleh Loren, membuat mereka tidak akan berani menentang atau mencari masalah dengan Ale.
●●●●
"Gue bahagia banget lihat penderitaan tuh para cabe!" Riska berucap dengan berapi-api.
Rafa meringis mendengarnya." Sadis sih, jadi miskin mereka. Lagian kenapa pake cari masalah coba"
Leta mengangguk, menyetujuinya."Masalah korupsi juga, untung aja tidak terlalu merugikan perusahaan yah."
"Karena mengetahuinya lebih cepat aja. Jadi, uangnya belum sempat dipake." Ian menimpali.
Sedangkan Ale dan Al duduk saling berhadapan. Al menggengam tangan Ale lembut dan sesekali mengecupnya. Rutinitas yang akan sering dirinya lakukan.
Ale masih memikirkan kejadian tadi. Bagaimana kehidupan Loren dan teman-temannya sekarang?
Apakah akan putus sekolah?
Melihat itu, Al langsung mencium pipi Ale dengan cepat. Hal itu, membuat Ale tersentak kaget lalu memukul Al dengan pelan.
Wajahnya memerah, karena merasa malu. Melihat sekeliling dan menghela napas lega karena tidak ada yang melihatnya.
"Kamu jangan lakuin itu disini dong." Ale berprotes sambil mengembungkan pipinya.
Al hanya terkekeh dan menepuk pelan pipi Ale yang mengembung." Jadi.. kalo ditempat sepi boleh dong.
Awalnya, Ale menggeleng, lalu sedetik kemudian mengangguk." Aku pikir-pikir dulu deh."
"Jangan pacaran mulu deh!" Rafa berujar,merasa iri dengan kemesraan yang ditunjukkan oleh dua sahabat rasa pacar itu.
Ale melotot sebal, menatap Rafa sambil menjulurkan lidahnya." Sewot aja! Enggak ada yang pacaran juga. Fitnah terus."
"Pacaran kagak, tapi mesra-mesraan mulu." Riska menimpali, karena juga merasa iri karena sampai sekarang masih jomblo.
"Sewot aja para jomblo!"
"Lo juga jomblo kali!" ucap Rafa dan Riska bersamaan, lalu saling bertatapan dan melemparkan ejekan.
"Ngikut aja lo sukinah!"
"Lu kali yang ngikutin gue Bambang!"
"Jangan-jangan kalian jodoh?" Ian menimpali yang dibalas lemparan botol kosong oleh Riska.
"Ogah!"
Rafa langsung menatapnya tidak terima." Gue juga enggak mau sama lo! Bukan tipe gue banget."
"Iyalah, masa gue yang cantik sama lo yang burik mirip itik buruk rupa!" Riska berdesis sinis.
Leta yang malas dan jengah mendengar perdebatan dua sahabatnya itu, langsung memasukkan roti kemulut Riska dan Rafa hingga melotot sambil tersedak.
"Berisik!"
Tbc.
Keteraluan enggak sih? Gue kok ngerasa kasihan sama Loren yah. Padahal pas ngetik suka aja gitu.
Hohoho, jadi kalo suka jangan lupa votmen yah👉👈

KAMU SEDANG MEMBACA
Al untuk Ale (TAMAT)
Novela JuvenilSebuah kebahagian bagi Ale memiliki sahabat seperti Al yang selalu mengutamakannya. Banyak orang berkata persahabatan mereka sudah selayaknya orang pacaran. Apakah itu semua bisa menjadi kenyataan? Bagaimana kisah mereka berdua? Kuylah baca. Jangan...