Duabelas

392 37 2
                                    

Vote and komen
Proses revisi!

Warning typo!!

//rumah Ale//

Ale yang tertidur, membuka matanya dengan perlahan karena merasakan elusan dirambutnya.

"Aduh, Ale kebangun gara-gara mama ya? Maaf ya sayang." Ema memasang wajah bersalah dan mengecup pipi anaknya dengan penuh kasih sayang.

Ale langsung menggeleng pelan sambil tersenyum lemah.

"Mama enggak ganggu kok. Ale memang sudah gak ngantuk lagi."

Ema menatap anaknya yang terbaring lemah. Berharap, bahwa rasa sakit anaknya berpindah kepadanya. Ema memang memiliki kekhawatiran penuh apabila saat Ale jatuh sakit.

"Ale cepat sembuh ya nak. Mama sayang banget sama anak mama yang paling cantik ini."

Ale terkekeh pelan sambil mengusap tangan mamanya yang berada diatas tangannya.

"Iyalah, anak mama kan cuma Ale aja."

Tidak lama, Matt datang bersama kedua orang tua Al. Bergantian mencium dahi Ale dengan lembut. Semua orang merasa khawatir melihat kondisi Ale.

"Cepat sembuh sayang. Biar bisa ganggu Al lagi." Barbara berucap sambil tersenyum lembut.

Ale hanya mengangguk karena keadaannya yang tidak memungkinkan untuk berbicara banyak.

"Al mana?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Ale, membuat semua orang saling tatap, kemudian tersenyum.

"Pasti peka banget kalo enggak ada Al."

"Al kan sahabat tersayangnya."

Ale terkekeh kecil lalu mengembungkan pipinya.

"Ale sayang semua kok. Enggak cuma Al aja."

Al datang membawa makanan yang disediakan rumah sakit. Ale yang melihat itu langsung menggeleng.

"Enggak mau makanan rumah sakit. Rasanya enggak enak," tolaknya, yang langsung dihadiahi gelengan oleh semua orang.

"Supaya cepat sembuh, kamu harus makan!" Ale cemberut mendengarnya. Orang tua mereka memilih untuk keluar ruangan.

"Al, aku enggak mau. Lebih baik beliin nasi goreng aja deh." Al menggeleng singkat. Sambil berusaha menyuapi Ale yang tidak mau membuka mulutnya.

"Kalo kamu enggak mau makan... enggak akan bisa keluar rumah sakit. Pilih aja, makan ini atau enggak makan makanan yang lain selamanya." Dengan terpaksa Ale membuka mulutnya. Sekitar lima belas menit. Acara makannya selesai.

Sekarang waktu Ale untuk kembali beristirahat, namun karena tidak mengantuk. Al tidak bisa memaksanya untuk tertidur.

●●●●

Setelah tiga hari berada dirumah sakit, sampai tidak pernah keluar ruang rawat sampai sembuh total. Akhirnya Ale bisa kembali kekamarnya dan tidur dikasur empuknya.

Sekarang, ada Riska dan Leta dikamarnya. Mereka bertiga berencana untuk menonton drakor bersama, atas paksaan Leta.

Ian dan Rafa juga sedang bermain game dikamar Al.

Al sengaja membuat Ale bersenang-senang bersama dua sahabatnya. Sedangkan dirinya akan bersama dua orang yang sedang asik bermain game dikamarnya yang terlihat berantakan dengan snack dimana-mana.

"Kalo kalian enggak bersihin dengan cepat. Jangan harap bisa keluar dari rumah ini!"

Rafa dan Ian dengan lekas membersihkan semuanya. Daripada kehilangan nyawa, lebih baik kehilangan rangking game yang bisa dinaikkan lagi.

Lain dikamar Ale yang sudah persis seperti kamar yang baru saja terkena gempa.

Banyak snack serta bantal guling yang berserakan. Tiga sahabat itu, sesekali menggigit jari saat menonton adegan romantis dan juga berteriak histeris saat ada adegan yang mengandung jump scare.

Ema yang masuk kekamar Ale, terkejut melihat keadaan kamar. Namun melihat keceriaan anaknya bersama para sahabatnya membuat Ema tidak jadi mengomel dan memilih pergi agar tidak menganggu putrinya.

"Ale, status lo sama Al sampai sekarang apaan sih? Gue kepo banget." Riska bertanya sambil memakan snack.

Ale terkikik dan menatap kedua sahabatnya dengan wajah imutnya.

"Sahabat rasa pacar kan?" Riska dan Leta saling berpandangan, lalu menerjang Ale yang  harus menerima gelitikan super dari kedua sahabatnya.

Ale terus tertawa menahan geli hingga laptop Leta terjatuh dari kasur hingga retak.

Mereka bertiga menghentikan kegiatannya lalu menatap Laptop Leta yang mengenaskan.

Tendangan kaki Ale membuatnya terpelanting, tapi untungnya Leta tidak marah karena laptop masih bisa diperbaiki.

"Nonton drakor diponsel deh."

"Yang sabar ini cobaan." Riska menjawab santai.

Tidak lama, mereka bertiga memilih kedapur untuk mengambil makanan, dan melihat kehadiran Rian dan Rafa yang sudah duduk dengan nyaman sambil menyantap makanan yang disedikan oleh Ema.

"Ngapain kalian disini? Bukannya ditempat Al yah?"

Rafa meneguk air putih dan mengusap mulutnya." Diusir kami gara-gara bikin kamar Al berantakan. Makanya minta makan kesini."

Riska langsung mendelik." Enggak tahu malu." Yang diangguki Leta dan Ale.

Namun Rafa dan Ian tidak perduli dan memilih makan dengan lahap.

Akhirnya, Ale, Riska dan Leta ikut makan bersama mereka berdua.

Al yang datang, langsung duduk disamping Ale sambil mengusap bibirnya yang kotor karena bumbu makanan.

"Al kemana tadi?" tanya Ale sambil meminum jus alpukatnya.

Al mengelus rambut Ale dengan sayang, lalu mengambil minuman bekas Ale untuk dirinya minum.

"Enggak habis ngapa-ngapain." Ale hanya mengangguk dan merentangkan kedua tangannya minta digendong.

Dengan sigap, Al mengangkat Ale seperti koala yang membuat para sahabatnya merasa kesal.

"Yaelah, mau kemana lo pada?"

"Iya nih. Tamu ditinggal."

Ale terkikik dan menjulurkan lidahnya kearah para sahabatnya." Kalian makan aja yah. Anggap aja rumah sendiri."

Al membawa Ale menuju ruang tamu. Al menurunkan Ale keatas Sofa yang disusulnya duduk disamping.

Tidak lama, para sahabatnya datang sambil membawa banyak snack.

Semuanya duduk diatas karpet bulu kecuali Al dan Ale yang berada disofa.

Ale merebahkan dirinya kepangkuan Al dan menonton televisi yang menampilkan flm action.

Ale mengambar pola abstrak diperut Al dengan tangannya karena merasa bosan.

Al pun hanya diam sambil terus mengelus kepala Ale. Hal yang paling dia suka, karena kelembutan rambut Ale yang tidak akan pernah dirinya bagi kepada siapapun.

Tbc.

Jangan lupa votmennya 😗

Al untuk Ale (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang