Sembilan

437 38 3
                                    

Vote and komen

Proses revisi!

Ale yang sedang tertidur merasa terganggu karena merasakan adanya guncangan yang membuat dia terbangun, dan ternyata pelakunya adalah sahabatnya riska. Sedangkan Leta hanya diam duduk di kursi belajar Ale.

"Kalian ngapain kesini? minta sumbangan?" Dengan nyawa yang belum terkumpul semua, Ale menatap dua sahabatnya dengan wajah polos.

Riska melotot mendengar perkataan Ale." Anjir... ngapain minta sumbangan kalo gue sudah tajir." Ale memutar bola matanya malas.

"Sombong!"

"Biarin, emang fakta kok."

Ale mengusap matanya perlahan lalu menguap lebar." Kenapa bangunin aku sih? Ngantuk nih, malah enggak manusiawi lagi banguninnya."

"Idih, gue udah nahan kesabaran ngebangunin lo yang kebo." Leta bersungut sebal. Ale sangat susah dibangunkan apabila sudah tertidur nyenyak, membuat mereka sering gemas untuk menenggelamkannya ke lautan.

Ale kembali merebahkan dirinya, namun tangannya ditarik Leta dan Riska untuk kembali duduk.

"Jangan tidur lagi Soleha! Susah tahu bangunin elo."

Ale mengembungkan pipinya, lalu mengangguk pelan." Memang kita mau ngapain?" tanyanya sambil sekekali menguap kembali.

"Gimana kalo kita shopping aja." Riska menjawab dengan semangat.

"Ale miskin, enggak punya uang." Mendengar hal itu, Riska menggeram gemas.

"Ye, sok merendah untuk meroket!"

"Lah kan aku emang miskin, yang punya duit orang tua Ale."

"Lu jangan buat gua kesel ye gua sleding otak lu entar," sahut riska kesal

"Emang otak bisa di sleding?" tanya Leta dengan wajah bingung. Riska sekarang kesabarannya sudah diambang batas. Kenapa hari ini dua sahabatnya ini menguji kesabarannya.


"

Iya, gue ganti sama yang baru. Biar enggak bego-bego banget!" Riska berujar kesal, Ale dan Leta pun hanya tertawa melihat sahabatnya itu.

"Riska jangan marah dong, entar nambah tua."  Ale berucap dengan nada polos-- alias sok polos.

Akhirnya mereka bertiga memilih untuk kesalon untuk mengganti warna rambut. Sebenarnya Ale hanya menemani Riska saja, yang tiba-tiba ingin mengganti warna rambutnya agar lebih sedikit memberi warna baru. Namun, sayangnya dirinya tergoda dan akhirnya ikut mewarnai rambut, sedangkan Leta hanya menemani dua sahabatnya.

Ale memilih warna toska sedangkan Riska memang menyukai warna abu-abu.

Tiga jam berlalu, akhirnya mewarnai rambutnya selesai. Setelah itu mereka memilih untuk singgah dicafe hanya sekedar nongkrong sebentar.

"Oiya, Al enggak marah lo ngerwarnain rambut?" Riska bertanya sambil meminum jus apel kesukaannya.

Ale yang sedang memakan es-krim seketika terkejut saat teringat bahwa dirinya lupa memberitahu Al bahwa sedang pergi. Dengan cepat Ale mencari ponselnya yang ternyata tertinggal dirumah.

"Astaga, lupa. Ponsel aku ketinggalan." Riska dan Leta langsung melotot horor dan segera mengecek ponsel mereka masing-masing. Benar saja, berpuluh-puluh misscal dari Al.

Al untuk Ale (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang