Pulang sekolah Al dan Ale singgah di cafe Angkasa, tempat nongkrong para remaja sehabis pulang sekolah. Cafe ini juga sering dijadikan tempat tongkrongan Ale beserta sahabatnya, tapi hari ini mereka hanya berdua saja karena mempunyai kesibukan masing-masing.
Rafa yang harus latihan basket dan tidak boleh absen dikarenakan Rafa merupakan kapten basketnya, Rian beralasan mengantar mamanya arisan sedangkan Leta dan Riska malas karena mau langsung pulang, jadi hanya mereka berdua.
Saat mereka duduk di meja pojok pelayan pun menghampiri mereka.
"Mau pesan apa kak?" tanyanya dengan suara yang sedikit-- centil. Apalagi sedari tadi hanya menatap Al terus.
Rasanya ingin Ale colok matanya!
Berasa paling cantik nih pelayan? Dandanan menor kayak badut aja, jangan sok keras.
"Kamu pesan apa." Al malah memusatkan pandangannya kepada Ale dan tidak mengacuhkan pelayan yang terlihat kesal.
"Hm... aku mau nasgor pedes sama jus alpukat aja."
"Enggak boleh! Yang lain aja selain makan pedas. Entar sakit perut, ngerepotin orang." Ale yang mendengarnya langsung mendelik kesal kearah Al yang terlihat cuek. Malu dong, pelayan ganjen sampe terkikik kecil menatapnya sinis.
"Ya udah, enggak usah makan aja sekalian." Ale merebahkan kepalanya dimeja. Enggak perduli sudah, biar dikatain anak kecil.
"Kami pesan Nasgor spesial dua sama jus alpukat dua." Al bersuara final yang membuat Ale menghentakkan kakinya dilantai beberapa kali.
"Ada yang lain kak?" Pelayan genit itu berusaha kembali berbicara dengan nada suaranya yang sedikit-- lebay.
" Enggak ada."
" Ini kak, saya rekomendasikan makanan terenak disini. Ini itu--"
"Udah dibilang enggak kan? Cepetan dong sana! Gue udah lapar." Ale menjawab kesal sambil menatap garang pelayan yang langsung pergi dengan raut wajah kesal.
"Ish, nyebelin banget sih pelayan tadi. Ganjen banget! Orang lapar juga."
Al hanya bisa mengelus rambut Ale lembut, lalu kembali memusatkan perhatiannya pada layar ponsel.
"Al, hadap sini deh, bentar," bisik Ale yang membuat Al langsung melihat kearahnya sambil mengangkat alisnya bingung.
Ale menangkup kedua pipi Al gemes, yang membuat orang-orang yang berada dicafe menatap kearah mereka. Namun Ale yang tidak memiliki malu, tidak menghiraukannya.
"Kamu jangan ganteng banget dong Al, entar banyak yang suka." Ale menyuarakan pikirannya sejak tadi. Apalagi melihat banyak cewek melihat kearah mereka iri.
Al mendorong dahi Ale perlahan, lalu mengusapnya kemudian dengan lembut." Apasih Ale, jangan aneh-aneh."
Ale melepaskan kedua tangannya dari pipi Al, kemudian merebahkan kepalanya dimeja tanpa melepaskan pandangan matanya.
"Darimana aneh-anehnya coba? Aku tuh kesal, para cewek centil diluar sana bikin naik darah mulu. Sok berani ngedeketin kamu, tapi pas udah ditatap tajam, langsung kicep." Al terkekeh geli mendengarnya, dan Ale refleks menutup wajah Al dengan kedua tangannya.
"Datarin lagi wajahnya, cepat!" Ale berujar sebal, lalu menjauhkan tangannya, dan nyengir lucu melihat wajah Al yang berubah datar sambil menatap Ale.
"Nah, gitu aja udah."
Sekitar 15 menit, pelayan centil itu kembali datang sambil tersenyum yang enggak ada manis-manisnya sama sekali menurut Ale.
KAMU SEDANG MEMBACA
Al untuk Ale (TAMAT)
Teen FictionSebuah kebahagian bagi Ale memiliki sahabat seperti Al yang selalu mengutamakannya. Banyak orang berkata persahabatan mereka sudah selayaknya orang pacaran. Apakah itu semua bisa menjadi kenyataan? Bagaimana kisah mereka berdua? Kuylah baca. Jangan...