Proses revisi!
Sekarang hubungan Al dan Ale kembali seperti sedia kala. Bahkan, semakin dekat dan Ale pun semakin manja kepada Al.
Tentu saja itu yang dia mau.
Seperti sekarang, Ale bermanja kepadanya. Mereka berdua menonton drakor romantis, dan itupun atas paksaan Ale.
Al sebenarnya tidak ikut menonton. Dia hanya memperhatikan gadisnya dari samping dengan mata yang menyiratkan rasa sayang yang-- berlebih.
Walaupun Ale pokus menonton, namun karena merasa risih karena terus ditatap, akhirnya Ale mematikan laptopnya dan menatap Al dengan kesal.
"Kamu ih, kenapa liatin aku kayak ini." Al hanya terkekeh pelan dan mengelus rambut gadisnya dengan penuh kasih sayang.
"Kamu cantik." Akunya
"Aku kan emang cantik dari dulu kali." Ale menjawab pede sambil tersenyum kearah Al menjawab dengan anggukan.
"Dimata aku kamu paling cantik, kedua setelah mama." Al kira Ale akan marah. Namun, gadisnya malah mengangguk antusias.
"Bunda emang cantik banget. Aku penasaran perawatannya pake apa. Kalo Mama aku, yah.. cantik juga deh. Satu banding satulah."
Al hanya mengangguk dan akhirnya mereka memilih untuk berkumpul dengan Orang tua mereka yang telah menunggu diruang keluarga.
●●●●
"Balikin lipstik gue bangke," teriak Riska, mengejar Rafa yang dengan kampretnya berlari sambil sesekali mengejeknya.
"Awas aja kalo lo ada ditangan gue. Kepala lo gue pecahin!" lanjutnya sambil berhenti berlari, dan terduduk dikursi Leta karena saat ini tidak masuk dikarenakan sedang flu.
Bukannya takut, Rafa malah tertawa mengejek dan menggunakan lipstik Riska untuk melukis dipapan tulis hingga membuat Riska yang melihatnya kembali tersulut marah, dikarenakan lipstik tersebut adalah lipstik yang mahal dan dibeli mamanya saat berada di Los Angels.
"Mati aja lo Bangke! Lipstik kesayangan gue." Riska merenggek dan memeluk Ale yang duduk disampingnya.
"Yaudah gih, kamu jual aja ginjal Rafa buat beli yang baru." Ale berucap santai dan membuat Riska mendelik.
"Gak ada yang mau beli. Soalnya ginjal Rafa itu enggak bagus dan berkualitas!" Rafa yang tidak terima, hanya mendengkus kesal. Kemudian menghampiri Riska dan menyerahkan lipstik yang sudah tidak berbentuk. Ujungnya yang patah.
"Gue gak mau lagi, lipstiknya udah terkontiminasi sama bakteri dan kotor. Jadi lo ambil aja." Tidak ada kekesalan, karena dirinya bisa dengan mudah meminta Mamanya untuk membelinya kembali.
"Yaelah anjir. Sok banget, bukannya tadi lo kesal banget. Kok malag santai aja lagi." Ian berbicara tanpa mengalihkan tatapannya dari ponsel.
"Sengaja aja. Lagi pengen marah-marah." Riska berujar santai merebahkan kepala dibahu Ale yang sedang menatap Al sambil senyum-senyum gak jelas.
"Sa ae lu tong!"
Gue bukan lontong!"
●●●●
Tbc.
Pendek bet, tapi otak gue nge blank dah😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Al untuk Ale (TAMAT)
JugendliteraturSebuah kebahagian bagi Ale memiliki sahabat seperti Al yang selalu mengutamakannya. Banyak orang berkata persahabatan mereka sudah selayaknya orang pacaran. Apakah itu semua bisa menjadi kenyataan? Bagaimana kisah mereka berdua? Kuylah baca. Jangan...