01 - Narasi Pertama

3.6K 327 84
                                    

Meski kuberlari di bawah hujan, pedihku tak dapat hanyut terbawa.
Lantas yang hanyut terbawa, hanya air mataku saja.

___________________

**MENTARI**

Seperti biasa, hari ini aku bekerja di Restoran Brown Grass. Sebuah restoran bergaya western yang kental dan sangat cocok untuk kalangan anak muda sampai dewasa muda.

Dari kejauhan, aku melihat seorang lelaki tengah memasuki restoran. Tugasku sebagai pelayan restoran alias waitress, sudah pasti menyambutnya dengan daftar menu yang restoran ini sediakan.

Lelaki berkulit cerah, berkemeja putih, dan bercelana hitam itu pun mulai duduk dengan raut yang tenang. Aku pun lekas menghampirinya.

"Silakan, Kak." Aku tersenyum ramah sambil memberikan daftar menu.

Dia menyahutiku dengan senyuman tipis, lalu mulai menelisik daftar menu yang kuberikan tadi.

Semenit menunggu, dia mengangkat kepala dan menatapku. "Beef sandwich satu, sama...," lalu kembali mengecek daftar menu sebentar, "salad tuna satu."

Aku mengangguk. "Minumnya, Kak?"

"Air mineral botol aja. Dua, ya," jawabnya.

Setelah itu, aku mengulangi pesanannya agar tiada yang salah. Setelah terkonfirmasi benar dan tidak ada perubahan, aku undur diri dari untuk menyampaikan orderan ke bagian dapur.

"Mbak."

Tapi dia memanggil lagi. Aku berbalik dan mendekati lagi.

"Iya, Kak?"

"KTP saya kemarin hilang. Kebetulan, saya kemarin ke sini juga, di jam yang sama. Saya mau tanya, KTP saya ketinggalan di sini gak, ya? Boleh minta tolong dicek?" tanyanya lembut, lengkap dengan sorot mata yang teduh.

"Oh iya, Kak. Nanti saya tanyakan ke belakang, ya. KTP-nya atas nama siapa, Kak? Boleh ditulis di sini?" Aku menyodorkan pulpen dan kertas dari buku catatan kecil, tempatku menuliskan orderan pelanggan.

Dia mengambil kertas dan pulpenku, lalu segera menulis. Beberapa detik kemudian, dia selesai. "Ini, Mbak," katanya, mendorong kertas kecil itu dengan jari telunjuk dan tengahnya ke arahku.

 "Ini, Mbak," katanya, mendorong kertas kecil itu dengan jari telunjuk dan tengahnya ke arahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mengambil kertas tersebut dari atas mejanya dan pamit ke belakang. Lalu, singgah di bagian dapur untuk meletakan kertas daftar orderan miliknya. Kemudian, aku berjalan lagi ke ruang Pak Setyo, pria berumur hampir 40 tahun yang menjabat sebagai kepala restoran.

MIDNIGHT LOVERS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang